Isi Lontar Siwa Banda Sakoti


Bila terasa nafas pada hidung kiri lebih keras, pusatkan pikiran pada Sang Hyang Wisnu, jika berhasil beliau menganugrahi, kalau dalam pemusatan pikiran terasa panas, keluarkan disertai mantra ONG, U, kalau jalan nafas dari kedua hidung pusatkan pikiran pada Hyang Iswara, jika sudah keluarkan nafas disertai mantra ONG, MA, kalau nafas menyebar, mulut tidak bisa bicara, hidung tidak dapat menghirup, mata tidak melihat dan sebagainya.

Ingatkan, perkataan Sang Guru (nafas palaywan), tetapi pusatkan pikiran pada bhatara yang berstana inti pikiran, tapi tutupkan sepuluh indria. Lagi pertemuan Panca-Atma dengan Panca Bayu ; Biana dengan Atiatma, Bayu udana dengan wiratma, samana bayu adalah cet-atma, apana bayu adalah paramatma, prana bayu adalah atma dan perlu diingat kesuniadnyana jangan lalai. Tutur sakti, tidak kena tuwa, pikiran sakti, tidak kena lupa dan lain-lain, semua kelebihan fikiran disebut Sang Hyang Trudeayana-Wisesa tidak tembus pandang disebut bayu agung kesemuanya perwujudan Hyang Tri prmana-Sakti, Tri Adnyana Wisesa, Sakti Manon, Tutur Sakti, sarinya pikiran sarinya lokanata itu semua dasar kesenangan (parama suka).

Nguluwing bolong bening tidak berdaging dilihatnya tegang, di depan ke belakang, yang kelihatan dan yang tidak dan lain-lain. Taat memikir dan menghayati kelepasan / kebebasan, yang utama, rincian kematian dan disebut keputusan. Tak dharma disebut Mari-Brahma jika mengetahui semuanya sakti dunia. Yang diumpamakan sarung adalah badan yang dikagumi alam sekala-niskala semuanya menjadi menunggu yang disebut Hyang Atma. Tutur Wisesa, pikiran menyatu dalam jiwa disebut sarung memasuki keris. Jiwa masuk dalam pikiran, keris masuk dalam sarung dan saling menyusupi disebut kemoksan.
Yang bernama Suniadnyana, yang hilang tanpa sebab, hanya 12 ruas jari, jauh dari sika (rambut) yang digelungkan disebut Siwa Lingga. Kemudian Bioma-Siwa-Lingga, Bioma-Siwa-Mreta, Parama-Siwa-Kanda, Sada-Siwa, Sunia-Hredaya semuanya berwujud Ongkara terbalik. Pustaka jati diumpamakan Gebang dalam diri, Sunia Toya disebut gebang diumpamakan areng ada pada badan, parama-pada-Bangkara namanya.

Hyang Wisesa, tidak tertandingi, prameya ada yang tidak kesulitan, semuanya terbentuk lagi Mawibuh, terang selalu ibarat menulis. Acintya tak terpikirkan. Tutur idep, tempat yang tak tertempati diumpamakan sumbu, samiadnyana, kebahagiaan yang tidak kembali pada kesengsaraan Sang Hyang Asta Pranawa, artinya delapan wujud Sang Hyang Ongkara.

Satwa artinya pekerti yang jujur. Sang Hyang Ongkara melahirkan Panca Brahma, Panca Brahma melahirkan Pancaksara, Pancaksara melahirkan Triaksara, Triaksara melahirkan dua aksara, dua aksara melahirkan Ekaksara dan Suniangkara artinya sudah putus.

Bioma-Siwa berwujud dua ; Dewi gayatri dan Dewa Brahma-Loka, pikiran yang tidak pernah marah, Wisnu-loka, pikiran yang senang (Hyang Urip). Istrinya bernama Dewi Radnyana pada waktu akan mati pusatkan pikiran, jangan ragu-ragu itu disebut Dewi Miradnyana, dibawahnya ada 10 kepala, yang bernama Hyang Sada Siwa, istrinya Dewi Gayatri beliau yang memerintahkan Bhatara, menikmati sarinya dunia. Bhatara Sada-Siwa berwujud lampu tanpa asap yang berstana pada ubun-ubun oleh karena kepala tidak bisa dilangkahi.

Dewata yang keluar dari dalam diri berjalan melalui Ongkara dan tiga urat nadi, Pranawa artinya uratnadi yang tengah, Anawaha artinya urat nadi di kanan, Rasawaha artinya urat nadi di saluran air. Urat nadi di kanan disebut roh bangun, atma sinarnya matahri yang ditengah disebut wiratma, susumna kelepasan dan yang di kiri disebut antaratma, pinggala, sinarnya bulan.

Pranawa berada pada lidah, kalau manunggal akan meninggalkan tiga urat nadi. Kelakuan jiwanya baik, itu nyata tidak mati / hidup, jangan jauhkan dari antakarana, jangan bingung jadi manusia karena pangkalnya jantung disebut Guhia jati. Stana Hyang Nirbana-Siwa, karena kesaktiannya pada jantung maka disebut Guhia Sabda Jati ptih berwujud suara disebut Mahamuni (Hyang Mona) bergetar rasa pikiran jantung terbuka, dan suara berarti jantung tertutup.

Disebutkan Padma rahasia, selalu tinggal diam dalam hati sebagai Guhya Paramarta berada pada ujung hati. Hyang Parama-Tianta-Nurbana-Siwa, Hyang Buhiati-Guhia berada pada tengah hati, Hyang Sada-Siwa berada pada dagingnya hati, Hyang Guhia Wijaya.

Pada dasar hati Hyang Nirmala-Sada Siwa pada otot dan dalam hati, Sida Jati Karana pada tergantung atma. Guhia Wijaya, dasar empedu sebagai tempat yang Hyang Nirbana-Siwa,pertengahan empedu Hyang Parama Guhia, sebagai tempat Hyang Sada Siwa, Guhia jati pada ujung empedu tempat Hyang Nirmala Siwa dan Guhia pada perkumpulan empedu tempat Hyang Siwa, Guhia Rasa tempat Hyang Siwa Nira Warana.
Ekatwa, keputusan tunggal, bagian akhir berwujud Siwa-Jati pada diri, penyatuannya disebut Siwa-Jati-Purusa, terletak pada bagian tengah Rwa, yang disebut bagian tengah dahi, memperbaiki alis, bagian akhir Antakarana.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Buku Terkait
Baca Juga