Pelaksanaan (Dudonan) Upacara Ngenteg Linggih


9. Upacara Ngingkup

Upacara Ngingkup bertujuan mempersatukan unsur Sekala dan Niskala, agar Ingkup atau Wahya dan Adiatmika, bersatu secara utuh, sehingga terwujud keselarasan, keharmonisan, keseimbangan antara unsur Hyang Widhi dengan seluruh manifestasi-Nya, yang bersthana di tempat suci bersangkutan. Upacara Ngingkup ini erat rangkaiannya dengan pelaksanaan pemugaran suatu pamerajan secara fisik selesai dibangun dilanjutkan dengan proses upacaranya dari upacara Memungkah, Melaspas, dan Makebat Daun, untuk menjadikan seluruh areal Pamerajan utuh secara spiritual sehingga pembangunan fisik areal Pamerajan menjadi ingkup, secara material dan spiritual.

10. Upacara Melaspas

Upacara Melaspas bertujuan untuk membersihkan semua pelinggih dari kotoran tangan undagi (para pekerja bangunan) agar para Dewata/Bhatara-Bhatari berkenan melinggih di Pura setiap saat terutama pada saat dilangsungkan upacara pujawali, sedangkan untuk membersihkan/mensucikan areal pamerajan secara niskala dilaksanakan upacara pecaruan.

Pelaksanaan pemelaspas tergantung tingkatannya, mem-perhatikan kedudukan Pamerajan, ditentukan berdasarkan petunjuk para Pedanda sebagai Sang Yajamana, dikaitkan dengan adat setempat, yang telah berlangsung sejak dahulu agar pelaksanaan upacara menjadi lebih sempurna dan tepat.

11. Upacara Mendem Pedagingan

 Upacara Mendem Pedagingan sebagai lambang singgasana Ida Bhatara-Bhatari yang disthanakan. Bentuk serta jenis pedagingan antara satu pelinggih dengan pelinggih lainnya tidak sama, tergantung jenis bangunan pelinggih, termasuk jenis bebantennya.

12. Upacara Memben Banten

Upacara Memben Banten sekaligus termasuk upacara pemelaspas adalah upakara sebagai sedana bhakti yang dipersembahkan pada puncak karya (murdaning karya).

13. Mecaru Rsi Gana (Bhuta Yadnya)

Pengertian Caru Rsi Gana adalah Caru, dalam bahasa Sansekerta berarti manis. Sedangkan persepsi yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Bali, caru adalah korban untuk kepentingan yang lebih besar. Dalam praktik, caru memang berupa binatang seperti ayam, itik, dan lain-lain. Suatu pengorbanan yang dilandasi itikad baik untuk kepentingan jagad, dan dapat dikatakan sebagai pengorbanan suci. Jadi, caru adalah pengorbanan suci untuk mewujudkan alam, lingkungan, serta kehidupan yang manis dalam arti harmonis, seimbang dan serasi sehingga menimbulkan rasa indah membahagiakan. Rsi Gana adalah nama Dewa yang disucikan dalam Agama Hindu. Dalam Lontar Siwa Gama diceritakan bahwa Dewa Gana juga disebut Ganesa. Mecaru Rsi Gana adalah persembahan untuk menetralisir kekuatan alam yang dapat mengganggu areal pemujaan. Gana adalah putra Siwa dengan sakti-Nya Dewi Parwati yang berfungsi sebagai Dewa Pemusnah rintangan. Dalam dasa nama, Dewa Gana disebut juga Awigneswara (Raja Pemusnah Rintangan).  Caru Rsi Gana bukan caru yang dipersembahkan kepada Dewa Gana, tetapi Bhuta kala. Dewa Gana dimohon kehadiran serta anugerah-Nya untuk mengubah kekuatan Bhuta Kala, yang cenderung merusak, menjadi kekuatan welas asih, yang melindungi serta memberikan kebahagiaan. Salah satu mantra pengastawa Sang Hyang Gana berbunyi :

Sarva visa vinasanam, kala drngga-drnggi patyam, parani rogani murcchantam, trivistapopajivanam.

– semua racun (penyebab penyakit) menjadi netral, yang angker-angker hilang, setiap penyakit yang disentuh lenyap serta memasukkan kekuatan yang melindungi jiwa.

Demikianlah persembahan caru Rsi Gana tujuan spiritualnya untuk memusnahkan seluruh bentuk dan jenis rintangan.

14. Upacara Mendak Tirta

Upacara Mendak Tirta disebut juga Nuwur Ida Bhatara Tirtha, mengundang prabawa Hyang Widhi dalam wujud sebagai manifestasi (ista dewata) yang melingga di pura-pura kahyangan jagat di Bali dan Jawa.

Upacara ini bertujuan memohon tirtha di pura-pura kahyangan jagat Bali, sebagai manifestasi  (dewata) yang diundang untuk disthanakan (kajejeran ring sanggar tawang) dalam persembahan pemujaan Karya. Untuk itulah pada saat menyelesaikan seluruh eed karya seyogyanya mengadakan Tirtayatra ke tempat-tempat / pura-pura yang tirtanya dituhur / dipendak sebagai wujud rasa syukur atas terselesaikannya yadnya yang diselenggarakan.

15. Upacara Nedunan Ida Bhatara (Dewa Yadnya)

Dalam pelaksanaan upacara ini secara skala (kenyataan) para pemangku merias pratima, jempana setelah dikeluarkan dari gedong penyimpenan (nedunan) untuk mempersiapkan upacara, pengawin lelontek, umbul-umbul duwen Ida Bhatara yang diperlukan untuk upacara melasti keesokan harinya.

16. Bagia Pula Kerthi

Pemelaspas, Pemendakkan dan Penanaman Bagia Pula Kerthi mempunyai makna setiap pekerjaan yang baik (misalnya melaksanakan yadnya ataupun perbuatan lain yang tanpa pamerih, yaitu Kerthi) pasti lambat laun atau cepat akan membuahkan kebahagiaan.

Dengan cara menanamkan di tempat suci akan memberikan kebahagiaan suci, spiritual dan material bagi lingkungannya. Ini juga mengarahkan agar mereka yang ada dalam lingkungan itu giat bekerja bersama-sama dengan hati yang tulus. Tanpa bekerja yang tulus (Kerthi) tidak mungkin akan membuahkan kebahagiaan.

17. Upacara Melasti (Dewa Yadnya)

Upacara Melasti juga disebut Mekiyis atau Mekekobok ke segara. Di dalam lontar Sundarigama disebutkan bahwa tujuan upacara ini adalah nganyudang malaning miring gumi, angemet merta ring telaning segara (menghanyutkan kekotoran dan mendapatkan air kehidupan (amertha) dari tengah laut). Pada hari ini juga dilaksanakan persembahan dan pemujaan Tawur Sapta Rsi. Wiku pamuput pemujaan dan persembahan Tawur Sapta Rsi, sesuai dengan istilah Tawur Sapta Rsi itu pemuputnya terdiri dari Tujuh Rsi atau Pedanda.

Tujuan utama upacara ini adalah  memohon “sarining amertha kamandalu” yaitu mohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, sari-sari kehidupan sebagai sumber kebahagiaan lahir dan bathin.

Di samping itu upacara melasti itu melambangkan penyucian segala alat-alat perlengkapan upacara dan penyucian sepanjang jalan yang dilalui upacara Melasti itu.

Upacara ini menggunakan penawaratna yang berkaitan dengan sanggar tawang tempat ngadegang Hyang Parama Siwa dan sesuai dengan tingkat caru yang dipersembahkan, memakai sarana kerbau dan binatang lainnya.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Buku Terkait
Baca Juga