Penyatuan Dasa Aksara Bali, Sebagai Sumber Kekuatan


Tapak Dara (+) adalah simbol penyatuan Rwabhineda (Dualitas)

( | ) dan segitiga yang puncaknya ke atas, mewakili Purusa/Bapa Akasha/Lingga/Maskulin/Phallus.

( – ) dan segitiga yang puncaknya ke bawah mewakili Prakerti/Ibu Prtivi/Yoni/Feminim/Uterus.

Penggabungan kedua segitiga Purusa dan Pradana ini memunculkan sebuah bentuk geometri bintang enam sudut atau jika ditarik garis antar keenam titik sudut terluarnya maka disebut juga sebagai segienam (Hexagon). Di barat sana, bintang ini juga dikenal dengan sebutan “Star David”. Simbol ini menunjukkan kita pada bentuk geometri yang mendasar dari molekul dan atom yang ada di Bumi ini. Mulai dari sarang lebah, molekul air, salju, kristal hingga penggambaran umum gerak elektron-elektron yang memutari Nukleus.

Tahap lanjut dalam upaya menyeimbangkan Daya yang ada di sekitar diri kita dan yang ada di dalam diri kita adalah dengan menggerakkannya atau disebut juga pemutaran. Jika dibutuhkan dapat diputar ke arah Pradaksina (Purwaà Daksina)/(Timur ke Selatan)/(ke kanan), atau Prasawiya (Purwaà Uttara)/(Timur ke Utara)/(ke kiri). Kedua jenis putaran ini bukan tentang mana yang baik atau mana yang buruk. Masing-masing putaran tentunya mempunyai kegunaan dan hasil yang berbeda, jadi bukan untuk dihadap-tandingkan, tapi untuk saling melengkapi. Kesepuluh aksara merupakan simbol-simbol yang diwariskan oleh leluhur kita untuk memudahkan kita terhubung dengan Daya-daya (Energi) yang berada di Buana Agung dan Buana Sarira.

Hanya dengan melampaui Rwabhineda (dualitas), menyatukan/melihat dalam satu kesatuan yang utuh/keutuhanan, maka pintu gerbang menuju Sat akan ditemukan.


Menurut Lontar Kanda Pat, jika manusia dapat menguasai cara penggunaan pangangge sastra atau sastra busana, maka dia dianggap telah menguasai ajaran Durga, dewi kematian yang ada di kuburan. Seseorang yang mampu mempergunakan wisah, yakni, huruf h, maka orang tersebut akan mampu melakukan aneluh, membencanai orang lain. Bila dia mampu mempergunakan aksara wisah dan taling maka dia dapat melakukan tranjana (ilmu sihir). Kalau dia mampu mempergunakan wisah dan cecek, maka dia akan dapat melaksanakan hanuju, menunjukkan kekuatannya ke suatu sasaran yang tepat.

Jika salah mempelajarinya maka kekuatan aksara ini akan dapat membahayakan jiwa orang yang mempelajarinya.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Dapatkan Dalam Versi Cetak
Baca Juga