Prosesi Upacara Metatah (Potong Gigi) Massal


4. Mebyakala. Setelah upacara pengekeban selesai dilanjutkan dengan upacara mebyakala yang dipimpin oleh pemangku sonteng. Upacara ini dilakukan di halaman tepatnya di bale peyadnyan. Banten byakala diletakan di bawah depan orang yang akan diupacarai. Setelah itu dilanjutkan dengan nunas penglukatan, dan terakhir natab banten byakala. Tujuan upacara ini adalah membersihkan jasmani orang yang akan diupacarai dengana banten pembersihan dan juga dengan tujuan agar Bhuta Kala tidak menganggu jalannya upacara.

Sesudah upacara mabyakala dilaksanakan didepan Balai Gede atau Bale Payadnyan barulah dilanjutkan metatah pada saat upacara nyekah secara bergilir secara berkelompok atau klien. Upacara metatah saat nyekah dapat dilaksanakan di dua tempat, pertama yaitu di tengah-tengah bale peyadnyan dan kedua di bale gede tergantung luas sempitnya bale peyadnyan.

Pada pelaksanaan upacara metatah saat nyekah tempatnya di bale peyadnyan sangat sempit jadi pelaksanaan upacara metatah dilaksanakan di bale gede tanpa mengurangi makna dari pelaksanaan upacara metatah saat nyekah.

Dalam pelaksanana upacara metatah peserta bergantian menuju tempat metatah yang diawali oleh anak laki-laki tertua sampai yang terkecil dan selanjutnya anak perempuan.

5. Sembahyang di Pekarangan. Semua peserta yang ikut metatah setelah mebyakala dilasanakan persembahanyan bersama. Untuk memohon kehadapan Ida Sang Hyang Widhi dalam prabhawanya terutama yang ditujukan kehadapan Bhatara Surya (Siwa Raditya) dan Sang Hyang Semara Ratih serta juga kehadapan Bhatara Kawitan dengan memakai satu kwangen yang berisi 11 pis bolong (uang kepeng) tujuannya adalah untuk memohon kesaksian dan waranugraha-Nya dalam pelaksanaan upacara tidak ada yang mengganggu terutama hal-hal yang bersifat gaib.

Kwangen   yang   dipergunakan   pada  saat sembahyang  tersebut  dengan  11  uang kepeng tersebut ditaruh di bawah bantal yang dipakai saat upacara metatah, setelah upacara potong selesai kwangen tersebut dimasukkan ke dalam kelapa gading yang telah dikasturi dan dibuang airnya akan digunakan sebagai tempat ludah.

6. Ngendag. Upacara ngendag (ngerajah badan). Upacara ini dipimpin oleh sangging atau orang yang bertugas mengasah gigi. Adapaun bagian yang akan dirajah yaitu: alis (selaning leleta), gigi, bahu kanan, bahu kiri, dan dada, dengan menggunakan cincin permata mirah atau tangkai daun sirih yang telah diolesi madu. Sesudah dirajah dilanjutkan dengan tirtha pemandes yang dipercikkan dan diraupkan dengan memohon keselamatan saat berlangsungnya upacara metatah massal dengan meletakan aksara suci sebagai berikut :

    1. Aksara suci Ongkara pada selangan alis (selaning leleta)
    2. Aksara suci Mang, Ung, Ang, pada gigi
    3. Aksara suci Ungkara pada bahu kanan
    4. Aksara suci Angkara pada bahu kiri
    5. Aksara suci Mangakara pada dada

Adapun tujuan rerajahan yang disuratkan bagi   perserta metatah  adalah untuk menyatukan kekuatan bhuana agung dan bhuana alit serta dapat menolak bala yang dapat mengganggu kehidupan diri manusia. Berdasarkan keterangan Ida Bagus Nyana selaku sangging bahwa orang boleh ngerajah adalah

    1. orang yang sudah mengikuti upacara pewintenan sari,
    2. mengetahui mantra-mantra rerajahan, dan
    3. paham dalam pembuatan rerajahan.

7. Mengasah Gigi (Memotong Gigi. Orang yang diupacarai tidur dengan posisi tangan dengan amustikarana di atas dada, kemudian dari ujung kaki sampai ujung bahu dirurub (ditutupi) dengan kain putih kuning. Sesudah itu dilanjutkan dengan pemasangan pedanggal yang terbuat dari tebu     ireng  dan     sepotong       pohon            dadap. Pedanggal diletakkan pada gigi geraham kanan dan geraham kiri, kemudian dilanjutkan dengan mengasah gigi menggunakan kikir. Setiap tahap diselingi dengan pembuangan kotoran gigi yang sudah diasah dengan pedanggal dan ditaruh pada kelapa gading yang telah dikasturi.

Setiap tahapan dilakukan pergantian pemasangan pedanggal dan berkumur dengan air cendana. Hal ini dilakukan sampai gigi menjadi rata dan dianggap selesai. Setelah upacara metatah selesai orang yang diupacarai diharuskan berkumur dengan air cendana sebanyak tiga kali, dan air kumuranya dibuang pada kelapa gading. Tujuan berkumur dengan air cendana adalah untuk membersihkan kotoran gigi bekas diasah.

Selanjutnya orang yang diupacarai menggigit daun sirih (base lekesan) 3 kali gigitan sirih lengkap dengan isinya seperti: buah pinang dan kapur gambir dengan tujuan untuk menguatkan gigi kemudian gigi diberi pengurip-urip terbuat dari kunir yang dikupas bersih. Hal ini bertujuan untuk mengobati luka-luka saat pengasahan gigi. Sebelum turun dari bale gede (tempat pengasahan gigi) dihaturkan peras penanjung dipimpin oleh tukang banten (serati banten), setelah itu orang yang diupacarai turun dengan menginjak banten tersebut sebanyak tiga kali, seperti gambar diatas.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga