Sarana dan Perangkat Upakara (Uparengga) Yadnya


ULATAN KELABANG

Dalam pelaksanaan praktek-praktek keagamaan, umat Hindu tidak pernah lepas dengan penggunaan Kelabang sebagai uparengga dalam meyadnya, baik yang terbuat dari bambu maupun dari daun selepahan (daun kelapa)  mengandung makna kekuatan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang menitik beratkan pada aspek Asuri sampad atau keraksaan serta Kelabang diyakini sebagai perpaduan antara kekuatan Asuri sampad dengan kekuatan Brahma (Kala dan abang).

Ada beberapa jenis Kelabang yang lumrah digunakan oleh umat Hindu seperti :

Kelabang Dangap-dangap

Kelabang ini bahannya terbuat dari daun kelapa tua yang masih melekat pada pelepahnya, dibuat anyaman seperti binatang, memiliki bentuk kepala, badan dan ekor. Kelabang ini dipakai sebagai alas upakara caru, memiliki makna simbul sebagai kekuatan butha kala yang dapat diilustrasikan dari kata dangap-dangap yang artinya suka menggangu kehidupan manusia, karena butha kala pun mengharapkan sorga. Untuk mendapatkan sorga, harus dibantu oleh manusia berupa penyupatan, maka umat Hindu setiap saat membuat upakara caru sebagai penyupatan (pengeruat) agar memperoleh keseimbangn dengan lingkungannya.

Kelabang Dangap dangap, sebagai alas dari Caru simbol kekuatan bhuta kala yang di dalamnya tersirat unsur penyupatan.

Kelabang Wong wongan

Kelabang ini dibuat dari daun kelapa tua yang masih menyatu dengan pelepahnya, dibuat anyaman menyerupai manusia, merupakan simbul Sang Kala Wong atau Sang Kala Badeg.

Ini umumnya digunakan pada saat upacara pewiwahan /pesakapan.

Kelabang Taring

Klabang Taring maknanya membuat pikiran menjadi lebih terang (suci), taring juga sebagai simbol langit, sehingga pelengkap kelabang taring adalah hiasan daun enau muda yang disebut dengan ambu, yang diartikan sebagai awan dilangit.

Ini sebagai sarana peneduh sebagai lambang agar pikiran umat selalu bersih dan suci.

Kelabang Mantri atau kelabang sakti

Klabang mantri ini memiliki fungsi untuk “ngilangin sarwa leteh” menghalangi energi buruk yang mengancam pemilik, atau yang menjalankan yadnya, baik berupa desti aneluh nerangjana serta mahluk gaib yang hendak mengganggu jalannya upacara yadnya.

Kelabang mantri biasanya diletakan pada pagar tembok penyengker atau tembok payadnyan dan sengkui, digunakan pada ritual pecaruan dengan ulatan disesuaikan dengan jumlah penguripannya.

Kelabang losok

Merupakan ulatan kelabang yang memiliki fungsi untuk menghilangkan energi negatif, menghindarkan pengaruh desti dan butha kala dalam upacara yadnya. biasanya kelabang ini digunakan dalam ritual membungkus tulang belulang yang sudah hangus terbakar (galih) saat upacara ngaben untuk kemudian dimasukan ke dalam bungkak nyuh gading.

Kelabang Sengkui

Biasanya kelabang sengkui ini digunakan dalam ritual upacara bhuta yadnya (caru), dimana jumlah ulatan kelabang ini mengikuti jumlah urip pecaruan. Makna kelabang ini adalah nyupat dan nyomia bhuta kala.

Untuk itu, sebagai umat Hindu berkewajiban untuk memahami hakekat penggunaan Kelabang sebagai Uparengga dalam pelaksanaan Panca Maha Yadnya, guna menjaga kesucian serta menberikan perlindungan baik secara sekala maupun Niskala dari Pelaksanaan panca Maha Yadnya (Yadnya Prakerti & Dewi Tapini)





Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga