Tutur Atma Prasangsa


Latar merupakan salah satu unsur sastra yang berhubungan dengan tempat dan waktu terjadinya sebuah peristiwa atau alur cerita tersebut. Dalam Teks Atma Prasangsa ditemukan beberapa tempat yang dicantumkan oleh pengarang diantaranya yaitu:

Kuburan Dan Taman adalah tempat dimana berkumpulnya para Atman, Sang Hyang Ratna Tranaya yang memerintahkan Bhagawan Penyarikan untuk pergi Ketempat tersebut seperti yang terdapat dalam kutipan Teks Atma Prasangsa berikut: 

Nimitān ing Sang Peñarikan tinuduh de Bhatara, dātenge ring tamān ri wāsana, ksetre māgeng, pāpupulan ing hidep nikāng wwang jālwistri, mwang kāng wwang halā-hayu

Terjemahan :
Pertama sang Penyarikan disuruh oleh Bhatara datang ke taman dan wilayah kuburan yang maha luas. Di tempat itulah merupaka pusat terkumpulnya para roh dengan berbagai macam penderitaan baik maupun buruk.

Dari hasil kutipan diatas sangat jelas dikatakan bahwa tempat kejadian atau peristiwa yaitu di taman dan kuburan yang maha luas. Disinilah tempat berkumpulnya berbagai jenis roh.

Berdasarkan Teori Roh, pernyataan tentang alam kehidupan setelah mati itu benar adanya, dalam teori ini dinyatakan bahwa setelah kematian, sang roh akan berada di dunia atau alam setelah kematian, namun roh tersebut masih terpengaruh dengan sifat duniawi. Roh tersebut masih dalam keadaan bingung dan masih merasa terikat dengan sifat duniawi. Dalam Teks Atma Prasangsa dikatakakn sebagai berkut:

Ikāng tan kawāsa minutur sakā ring unggwānya, mangrengān mamalāku wwai nasi, kāruna manāh Bhagawan Pañarikan tuminggāl ing sarwa papā samuha, anān manguwuh-uwuh, anan masyāngi rowāgnya, anan māpagi lāmpah Bhagawan Panarikan, tān iyan pāngucap nikāng ātma samuhā. Kapilu Bhagawan Pañarikan sawet ning welās nira, henti ta welās nirā umulāt ing rikāng papa kābeh. Punāpa ta dāwn ing drerida parāka, atāna -tana papa sukā sowang – soawangan

Terjemahan :
Kepiluan hati Bhagawan Penyarikan makin bertambah tatkala menyaksikan para atman ada yang merintih menahan rasa sakit, ada yang mengajak sesama atman untuk berkumpul disuatu tempat dan ada yang mengikuti kemana perginya sang Bhagawan. Selurhnya berharap agar diberikan bantuan dan kesejukan untuk meringankan penderitaannya.

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan secara singkat mengenai alam kehidupan setelah mati. Pada bab ini akan dijelaskan secara menyeluruh mengenai hal tersebut. Ada pendapat mengatakan bahwa segala kenyataan kehidupan setelah kematian badan fisik adalah hal yang tidak bisa diketahui akan tetapi setelah perkembangan penyelidikan observasi, riset tentang keadaan setelah kematian, maka keadaan dialam sesudah mati menjadi benar-benar dapat dipahami.

Langkah pertama untuk menuju pemahaman tentang kehidupan setelah mati adalah mempertanyakan, siapakah aku?

Pertama kita harus memahami bahwa badan ini bukanlah Aku, tapi Aku adalah roh yang bersemayam di dalam sebuah badan. Sebagai roh, kita telah ada sebelum tubuh seorang bayi terbentuk. Untuk lahir sebagai manusia, maka kita sebagai roh terlebih dahulu memasuki dan bergabung dengan tubuh seorang bayi di dalam kandungan.

Jenis-jenis kematian dan penyebab kematian itu banyak hal  yaitu mati tidak wajar, mati akibat bunuh diri atau dibunuh, tenggelam, jatuh dari pohon, jatuh dari kuda, tertidas batu hingga mati, mati mendadak tanpa sebab, mati karena tersiram air panas, dan jenis-jenis penyebab kematian lainnya secara mendadak.

Ketika mengalami kematian, harus segera melepaskan badan halunya agar tidak terus bergentayangan di dunia ini. Yaitu dengan cara mengembangkan rasa ikhlas untuk berpisah dengan benda – benda duniawi dan berusaha menyadari bahwa adanya kehidupan yang lebih agung di alam yang lebih halus (alam kehidupan setelah mati).

Hal pertama yang perlu diberi penjelasan dalam menggambarkan tentang alam astral, yakni tentang realitasnya yang mutlak. Yaitu, bahwa benda – benda dan penduduk alam astral sungguh nyata, mereka adalah kenyataan yang tidak dapat diabaikan, karena sebagian besar umat manusia belum dapat menyadarinya.

Dalam Teks Atma Prasangsa, yang dikatakan alam yang lebih luhur adalah tempat yang lebih tinggi dari pada surga seperti kutipan berikut:

Wus māngkāna umungguh ring kā Widyādaren, alinggih ring pādmasana mānik, angāyep ing widyadari, ingāturan boga suboga sādrasa, sināmoni den ing saptaswāra gamelan, ganjāran ing wwang sādu tuhu

Terjemahan: 
Setelah naik menuju widyadaren, duduk dipadmasana manik, berdoa kepada widyadari, dan menghaturkan Bhoga Subhoga Sadrasa, diiringi oleh suara gamelan, yang merdu indah mempesona. Itulah hadiah atau upah terhadap siapapun yang benar – benar Sang Sadhu Dharma.

Kutipan diatas merupakan tempat dimana seseorang yang telah berbuat dharma maka akan memperoleh tempat yang lebih luhur dari pada surga. Surga (suvah loka) adalah tempat para atman yang telah berbuat Dharma atau berbuat kebaikan namun belum mendapatkan tempat yang lebih istimewa. Alam yang lebih luhur.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga