Upacara dan Banten Ngulapin


Kata Ngulapin berasal dari kata Ulap. Ulap adalah bahasa Jawa kuna dan juga bahasa Bali, yang artinya silau. Silau yang dimaksudkan di sini adalah seperti keadaan mata ketika menatap atau memandang sinar matahari. Kalau dijadikan kata majemuk menjadi ulap-ulap.

Ulap-ulap dalam bahasa Bali  berarti suatu alat yang berbentuk empat persegi panjang/bujur sangkar, terbuat dari secarik kain putih yang berisi tulisan hurup-hurup keramat yang menurut agama Hindu dikatakan mempunyai kekuatan yang magis. Biasanya itu diletakan pada halaman depan dari sebuah bangunan, dibawah atap pada kolong rumah, pada waktu memberi upacara ngulap ngambe dari suatu bangunan tersebut. Maksudnya adalah untuk memohon kehadapan Ida Sang Hyang Widhi, agar supaya jika ada unsur-unsur yang ingin mengganggu, menjadi silau.

Biasanya upacara ngulapin ini lebih sering dijumpai ketika ada seseorang yang mengalami kecelakaan. Karena ketika kecelakaan dikatakan bahwa  bayu yang ada pada diri manusia akan terlepas. Ini tentu akan berdampak negatif karena bayu menjadi penggerak kehidupan manusia. Upacara pengulapan inilah yang akan mengembalikan bayu, sehingga hidup orang yang bersangkutan bisa kembali normal seperti sedia kala. Upacara pengulapan bisa dilakukan di perepatan terdekat, karena tujuannya untuk memanggil bagian diri yang tertinggal di tempat kejadian.

Upacara Ngulapin juga dilakukan untuk menyeimbangkan empat saudara yang ada dalam diri manusia yang dikenal dengan sebutan catur sanak — anggapati, rajapati, banaspati dan banaspati raja. Jika manusia terkejut, maka keempat saudara yang ada pada diri seseorang akan menjadi tidak seimbang. Keseimbangan inilah yang akan dikembalikan melalui berbagai sarana yang digunakan dalam upacara pengulapan. Selain itu juga dikatakan bahwa dengan upacara ngulapin, dapat mengurangi atau menghilangkan trauma pada seseorang yang mengalami kecelakaan atau kejadian yang mengejutkan.

Jenis – Jenis Ngulapin

Ada beberapa macam  Upacara Ngulapin yang mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda. Yaitu sebagai berikut:

  1. Ngulapin Pitra.
    Mula pertama dari proses pembakaran mayat, adalah upacara ngangkid atau ngulapin di setra. Yang dimaksud dengan upacara ini adalah mencari galih atau tulang yang akan diaben. Setelah pelaksanaan ini selesai maka terjadilah macam-macam versi, ada juga yang diajak pulang untuk sembahyang pada sanggah kemulan Ring Bhatara Yang Guru.
  2. Ngulapin Orang baru Sembuh dari Penyakit.
    Adapun maksudnya disini adalah supaya orang yang diupacarai ini bisa makan segala macam makanan, maksudnya tidak terpengaruh oleh makanan yang menyebabkan sakitnya kumat/kambuh, dalam bahasa Bali disebut dengan betus. Kendatipun ia sudah sehat tapi kalau belum diadakan upacara pengulapan ia tidak boleh makan sewenang-wenang seperti makan jotan, daging guling dan lain sebagainya, dan juga tidak diperkenankan keluar rumah.
  3. Ngulapin Pretima.
    Yang dimaksud dengan upacara ngulapin ini ialah apabila pretima itu pernah jatuh, disebabkan karena disenggol oleh binatang, seperti kucing tat kala ada upacara di sekitar pratima itu, jatuh karena tempatnya tidak baik, dibawa oleh manusia, selain dari itu mungkin pratima itu pernah dicuri atau dimasuki oleh pencuri.

SARANA BANTEN SAYUT PENGULAPAN

  1. Aledan sayut
  2. 2 buah tumpeng
  3. 1 buah tulung urip
  4. 5 buah tumpeng sari
  5. 5 buah tipat kedis
  6. 5 buah anak tulung
  7. 5 buah kuangen 
  8. 200 keping pis bolong
  9. Canang burat wangi
  10. sampian pusung 
  11. sampian kembang
  12. beras dan base tampelan 
  13. Raka -Raka dan buah

Berikut gambar tetandingan Banten Sayut Pangulap:

1. Sediakan tempat banten bisa bokor isi taledan kemudian beras dan base tampel

2. Kemudian isi aledan peras , tumpeng 2 buah, dan  Tulung urip
  3. Isi 5 buah tumpeng sari dan 5 buah panak tulung
  4. Isi 5 buah tipat kedis dan 5 buah Kuangen
  5. Isi Canang burat wangi dan pipis bolong 200 keping
  6. Terakhir lengkapi dengan sampian kembang dan sampian pusung.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan