Berbagai Jenis Ulap Ulap Pelinggih dan Bangunan Bali


Ulap-ulap merupakan media dan simbol sakral yang ada dalam kebudayaan Hindu di Bali. Ulap-ulap terbuat dari secarik kain putih dengan berisikan tulisan Aksara Suci (Aksara Modre), gambar dewa-dewi dan juga gambar sejata yang diyakini memiliki kekuatan magis. Ini memberikan pemahaman bahwa dewa/dewi yang bersangkutan memiliki otoritas terhadap bangunan yang sedang dibangun. Dari sudut pandang religi, upakara dan simbol-simbol diyakini sebagai media mencapai keseimbangan antara dimensi sakral (niskala) dan profan (sekala). Demi tercapainya tujuan tersebut, umat Hindu di Bali senantiasa mengupayakan berbagai upaya untuk menjaga keseimbangan dikedua dimensi tersebut. Dengan dipasangnya ulap-ulap serta dengan upacara pemlaspasan pada suatu bangunan merupakan pertanda bahwa bangunan tersebut telah layak dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Penciptaan simbol merupakan suatu respons manusia te ... selengkapnya


Tata Cara Mendem Sawa dan Pelaksanaan Ngaben Sederhana

Dari beberapa penelusuran terhadap Lontar di Bali, ngaben tidak selalu besar biayanya. Ada beberapa jenis ngaben yang justru sangat sederhana. Ngaben-ngaben jenis ini antara lain Mitrayadnya, Pranawa dan Swasta. Namun demikian, terdapat juga berbagai jenis upacara yang tergolong besar, seperti sawa prateka dan sawa wedhana. Sebelum sampai pada uraian pokok, perlu juga dikemukakan pengertian dasar lebih dah ... selengkapnya

Filosofi dalam Tutur Lontar Bubuksah & Gagakaking

Cerita Bubhuksah dan Gagakaking merupakan sebuah karya sastra keagamaan. Sebagai sebuah cerita yang bernafaskan religius mengutarakan tentang cita-cita dan hakikat pembebasan jiwa menuju alam murni yakni Moksa. Lontar Tutur Bubuksah merupakan salah satu kesusastraan populer yang berkembang sekitar pertengahan abad ke-14 di zaman Majapahit dan berkembang sampai ke Bali. Naskah Tutur Bubuksah sebagai satu kar ... selengkapnya

Shiwa-Buddha di Kitab Sang Hyang Kamahayanikan

Kitab Sang Hyang Kamahayanikan merupakan kitab kuno yang bersifat Tantris. Memuat ajaran jalan pembebasan (moksha), Kependetaan serta tata aturan hubungan Guru/Nabe dan murid (aguron-guron). Shiwa dan Buddha adalah dua agama yang lahir di Bharatawarsa. Untuk mengungkap perkembangan Shiwa dan Buddha, tampaknya tidak dapat dilepaskan dari evolusi agama Hindu terutama pada zaman Brahmana. Mengingat ajaran Shi ... selengkapnya

Tata Cara Mengubur Ari-Ari Sesuai Tradisi Bali

Perawatan ari-ari merupakan bagian terpenting setelah bayi lahir, bahkan menjadi prioritas sebelum merawat tubuh bayi. Ritual proses mendem ari-ari sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur orang tua. Setelah bayi terlahir, upacara dan upakara yang dibuat adalah berupa : Dapetan, Penyeneng dan Jerimpen. Sesajen tersebut, sesuai dengan daerah tertentu (loka dresta). Disebutkan dalam Dharma Kahuripan bahw ... selengkapnya

Turunnya Bhatara Tiga dalam Tutur Barong Swari

Naskah Tutur Barong Swari mengadung ajaran tatwa yang dikemas dalam cerita mitologi, mengandung nilai teologi hindu Bali. Naskah ini merupakan naskah yang beraliran siwaistik.  Tutur Barong Swari menceritakan mengenai Dewi Uma yang turun kedunia menjadi Dewi Durga yang sudah berganti nama menjadi Dewi Rohini, menuju tempat yang sunyi di tengah-tengah hutan rimba, di bawah pohon beringin beliau menangis te ... selengkapnya

Tata Cara Pemangku Nganteb Pecaruan Eka Sata

Caru Eka Sata adalah kurban suci yang digunakan untuk mengharmoniskan lingkungan pekarangan seperti areal perumahan, tempat suci dll. Kekuatan-kekuatan yang bersifat negatif yang sering menimbulkan gangguan serta bencana, tetapi dengan Bhuta Yadnya ini maka kekuatan - kekuatan tersebut akan dapat melindungi secara niskala kehidupan manusia dan lingkungannya. Caru Eka Sata mempunyai 2 fungsi, yaitu secara s ... selengkapnya