Filosofi dalam Tutur Lontar Bubuksah & Gagakaking

Cerita Bubhuksah dan Gagakaking merupakan sebuah karya sastra keagamaan. Sebagai sebuah cerita yang bernafaskan religius mengutarakan tentang cita-cita dan hakikat pembebasan jiwa menuju alam murni yakni Moksa. Lontar Tutur Bubuksah merupakan salah satu kesusastraan populer yang berkembang sekitar pertengahan abad ke-14 di zaman Majapahit dan berkembang sampai ke Bali. Naskah Tutur Bubuksah sebagai satu karya… Detail

Shiwa-Buddha di Kitab Sang Hyang Kamahayanikan

Kitab Sang Hyang Kamahayanikan merupakan kitab kuno yang bersifat Tantris. Memuat ajaran jalan pembebasan (moksha), Kependetaan serta tata aturan hubungan Guru/Nabe dan murid (aguron-guron). Shiwa dan Buddha adalah dua agama yang lahir di Bharatawarsa. Untuk mengungkap perkembangan Shiwa dan Buddha, tampaknya tidak dapat dilepaskan dari evolusi agama Hindu terutama pada zaman Brahmana. Mengingat ajaran Shiwa… Detail

Turunnya Bhatara Tiga dalam Tutur Barong Swari

Naskah Tutur Barong Swari mengadung ajaran tatwa yang dikemas dalam cerita mitologi, mengandung nilai teologi hindu Bali. Naskah ini merupakan naskah yang beraliran siwaistik.  Tutur Barong Swari menceritakan mengenai Dewi Uma yang turun kedunia menjadi Dewi Durga yang sudah berganti nama menjadi Dewi Rohini, menuju tempat yang sunyi di tengah-tengah hutan rimba, di bawah pohon… Detail

Lontar Piwelas Untuk Pengasihan (Guna-Guna)

Lontar Piwelas adalah jenis lontar kediatmikan yang tergolong ilmu hitam. Piwelas adalah kata bahasa Bali yang berarti pengasihan. Lontar tersebut tidak hanya memuat aji pengasihan atau guna-guna, tetapi juga ilmu hitam yang lainnya, yaitu aji pengiwa dan pangliyakan. Aji pengasihan atau guna-guna yang dimaksud adalah: Piwelas Ni Rangdéng Dirah Piwelas Bhatara Ghana Piwelas Jarring Sutra… Detail

Lontar Tutur Katattwaning Aksara di Raga

1b. Ong awighnamāstu. Nihan upadesa warahakna ring sisya, aywa karěnga dening wong len, lwir ira sang hyang niskala, tan parupa, tan pakarnna, tan padesa, alinganira taking wěnang, tinudhuh, apan tan wěnang tinarka, sira kapralina ning dewa kabeh, paraba durllabha dahat. Hana ta isor ring niskala, nada, nga, ranira, tan pawarnna, tuwun hana rupa mantra, lwir… Detail

Pangruat (Penebusan Dosa) dalam Lontar Cempaka Gadang

Dalam Lontar Cempaka Gadang, upacara korban dengan mempersembahkan binatang bertujuan untuk pangruat, yaitu membersihkan roh leluhur yang dianggap berdosa. Selain itu, pangruat bertujuan untuk mengharmoniskan kembali keadaan alam beserta isinya. Lontar Cempaka Gadang memuat cerita tentang pangruat, yaitu menceritakan Dewi Ratna Cempaka Gadang yang mempunyai sifat jahat dan menggunakan ilmu hitam untuk menyebarkan wabah penyakit… Detail

Pelaksanaan Upakara Caru Labuh Gentuh

Caru labuh gentuh merupakan jenis upakara, banten atau sesajen yang digunakan di dalam upacara bhuta yadnya, untuk menetralisasi alam semesta bhuwana alit dan bhuwana agung menjadi harmoni, Suatu kurban suci yang bertujuan untuk menyucikan tempat (alam beserta isinya), memelihara dan memberikan penyupatan kepada para bhuta kala dan makhluk-makhluk yang dianggap lebih rendah dari pada manusia…. Detail

Agama Hindu Bali (Gama Tīrtha / Gama Tiga)

Salah satu sebutan untuk agama di Bali adalah Gama Tīrtha (Agama Air Suci). Kata tīrtha memiliki beberapa arti, yang paling umum di Bali diartikan sebagai air suci. Selain itu, tīrtha juga berarti tempat suci, karenanya sering kali tempat suci (Pura) disebut pula dengan patīrthan. Selain itu, tīrtha juga bisa diartikan guru suci. Dalam teksnya dijelaskan… Detail

Lontar Tutur Wiksu Pungu

Utamaning Utama Dana ngaran …..muwah kanistan madyotamanika petaning arta ngarania, olihnia manggaga sawah ambabad ing tegal pakubuan, ya tika kaharan olih sakeng lelepaning tangan. tuwin utamaningutama kahajaring aji, pinaka marga de sang Resiwara yan amrih wibawa lawan sriya, ndah apa pwa ya asihning Hyang Jagatkarana rumuhun, mangastuti sira aminta anugraha saha cita nirmala, kamenaning wang nanem palawija sarwa… Detail

Rangkaian Upacara Ngelungah (Ngasturi)

Upacara Ngelungah dilakukan untuk bayi yang meninggal  sudah  berusia  diatas  42 hari, namun belum meketus / tanggal gigi. Ini adalah sebuah prosesi pengembalian Atman bayi yang tidak sempat terlahir di dunia. Bayi yang sudah terbentuk dalam rahim sudah  memiliki  atman maka janin yang tidak sempat lahir baik keguguran atau digugurkan harus dikembalikan ke alam Sunya agar… Detail