Filosofi dalam Tutur Lontar Bubuksah & Gagakaking

Cerita Bubhuksah dan Gagakaking merupakan sebuah karya sastra keagamaan. Sebagai sebuah cerita yang bernafaskan religius mengutarakan tentang cita-cita dan hakikat pembebasan jiwa menuju alam murni yakni Moksa. Lontar Tutur Bubuksah merupakan salah satu kesusastraan populer yang berkembang sekitar pertengahan abad ke-14 di zaman Majapahit dan berkembang sampai ke Bali. Naskah Tutur Bubuksah sebagai satu karya… Detail

Tata Cara Pemangku Nganteb Pecaruan Eka Sata

Caru Eka Sata adalah kurban suci yang digunakan untuk mengharmoniskan lingkungan pekarangan seperti areal perumahan, tempat suci dll. Kekuatan-kekuatan yang bersifat negatif yang sering menimbulkan gangguan serta bencana, tetapi dengan Bhuta Yadnya ini maka kekuatan – kekuatan tersebut akan dapat melindungi secara niskala kehidupan manusia dan lingkungannya. Caru Eka Sata mempunyai 2 fungsi, yaitu secara sekala… Detail

Tutur Gong Besi, Pinugrahan dari Bhatara Dalem

Gong Besi adalah termasuk lontar tutur yang besrifat Siwaistik. Lontar ini tergolong muda dan kemungkinan besar ditulis di Bali. Ditilik dari isinya, lontar ini isinya lebih dari satu, hal ini dapat dimengerti karena adanya kebiasaan dari para penyalin lontar memasukan beberapa materi dalam satu lontar. Pokok-pokok isinya dapat disampaikan sebagai berikut : Bagian yang berisi… Detail

Penggunaan Puja Mantra (Stava, Stuti, Stotra dan Sehe)

Pūjāstava tidak dapat dilepaskan dengan teologi Hindu pada umumnya. Untuk itu penguasaan terhadap mantra-mantra Veda maupun pūjā, stuti, stava, stotra atau sêhê sangat mendukung pemahaman terhadap teologi tersebut. Pemahaman terhadap teologi Hindu hendaknya juga diikuti dengan upaya untuk menyucikan diri pribadi sebagai sarana untuk merealisasikan pemahaman dan penghayatannya itu. Penyucian yang mantap akan membuka atau… Detail

Tatacara Pelaksanaan Upacara dalam Lontar Sundarigama

Isi dari lontar ini adalah tatacara pelaksanaan upacara agama, yang merupakan sabda bhatara guru (Siwa) kepada para pendeta yang menjadi penasehat raja. Karenanya Sundarigama dipandang sebagai tradisi suci yang patut diwariskan secara turun-temurun dan patut disampaikan kepada setiap umat dan krama bali, agar wilayah tempat dilaksanakan upacara menjadi tentram dan kehidupan warga/rakyat pun menjadi sejahtera…. Detail

Dudonan Upacara Madiksa Untuk Sulinggih

Kata Diksa adalah kata dalam bahasa Sansekerta yang artinya suatu upacara penerimaan menjadi murid dalam hal kesucian. Dari kata diksa ini muncullah kata diksita yang artinya diterima menjadi murid dalam hal kesucian. Dalam perkembangannya lebih lanjut, kata diksa berarti aksara yaitu suatu upacara penyucian diri untuk mencapai tingkatan dwijati. Diksa dalam Visnu-Yamala didefinisikan sebagai berikut… Detail

Lontar Tattwa Gama Tiga

1b. Om Awighnamastu nama siddam. Pwa ki magama tiga, Gria Badulu. “Om Déwa-déwi Tri déwananem, Tri Murti, Tri Linggatmakem, Tri Purusha, suddhanityem sarwa jagat jiwatmanem. Om guru déwa guru rupem, guru madya guru purwa, guru pantarem, Aem (A-ricem) Brahma Iswara déwam Wisnu jiwatma tri lokem, sarwa jagat prathistanem sarwa wighna winasanem, Shiwa Sadashiwa, tirthan mrethaning… Detail

Sangkul Putih dan Kusumdewa untuk Pemangku

Seorang Pemangku atau Pinandhita dalam melaksanakan tugas dan swadharmanya sebagai orang suci dalam hal melayani umat dan memiliki kawenangan untuk nganteb upacara yadnya harus mengetahui gagelarannya sebagai Pemangku seperti yang tersurat dalam Lontar Sangkul putih maupun Lingganing Kusumdewa. Dalam lontar ini sangat jelas sekali mengenai gagelaran Pemangku itu. Urutan atau eedan yang lumbrah disebut dudonan… Detail

Lontar Ageman Pemangku (Tata Cara Kepemangkuan)

Dalam melaksanakan sebuah yadnya maka akan ada yang disebut tri manggalaning yadnya yaitu, yajamana karya atau orang yang melakukan yadnya/ upacara, sang pancagra/tukang banten, dan sang sadhaka (sulinggih dan pemangku) yang akan muput upakara atau nganteb banten upacara. Keberadaan Pemangku sangatlah penting dalam upacara yadnya. Pemangku dalam melaksanakan swadharmanya harus berlandaskan akan sastra yang menjadi acuan dalam menjalankan sasananya sebagai Pemangku. Dalam menjalankan swadharmaning Jro Mangku, seorang Pemangku harus mengetahui tatacara… Detail

Perjuangan Masyarakat Bali Menjadi Agama Hindu Dharma

Sebelum penaklukan Bali oleh Majapahit tahun 1343, agama Bali tidak disebut sebagai agama Hindu. Nama-nama atau aliran agama yang pernah muncul di Bali mulai abad abad ke-7 adalah Çiwa, Buddha, Çiwa-Buddha, Wisnu, agama Buddha aliran Tantrisme. Biarpun dalam setiap zaman ada aliran dominan –karena menjadi agama penguasa–, namun aliran-aliran lain pada umumnya masih bertahan. Setelah… Detail