Ala Ayuning Dewasa (Wariga) Dalam Lontar Aji Swamandala


Di Bali hampir setiap kegiatan bisa dicarikan padewasan. Padewasan berasal dari kata dewasa yang artinya hari pilihan, hari baik. Jadi, padewasan berati ilmu tentang hari yang baik. Sedangkan Dewasa Ayu artinya adalah hari yang baik untuk melaksanakan suatu aktivitas. Pada umumnya penentuan dewasa dipergunakan untuk kegiatan panca yadnya. Padahal, hampir di setiap sendi kehidupan bisa dianalisis dari sudut dewasa. Mulai dari kegiatan upacara keagamaan, seni, budaya, perikanan, pertanian, peternakan, peralatan senjata, pembangunan, dan aneka usaha senantiasa menggunakan ala ayuning dewasa.

Dalam Lontar Aji Swamandala memuat banyak hal yang berkaitan dengan wariga, berkaitan dengan ala-ayuning dewasa yang dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan upacara yadnya. Dalam Lontar Aji Swamandala menguraikan tentang dewasa dewa yadnya, mengubur mayat dan yang lainya yang berkaitan dengan orang meninggal. Serta ala ayuning dewasa dalam sasih, pananggal, panglong panca wara, sapta wara dan uraian tentang wuku mulai dari sinta hingga watu gunung.

Lontar Aji Swamandala Paragraf ke-2

Inilah Sang Hyang Aji Swamandala mengajarkan tentang baik dan buruk, seperti memperbaiki parhyangan, hari baik bila menyelenggarakan karya, seperti makiis, mañcawalikrama pada waktu tilêm cetra, sesudah wuku Galungan, sebelum, Buda, Paang, jangan melangsungkan tawur kesanga, sebelum pêgatuakan paang.
Bila hal itu dilaksanakan, karya tidak akan berhasil, para dewata akan pergi, dewa menghilang. Bila ada halangan berat, dapat dilaksanakan pada tilêm kedasa pangasangan itu sebagai penyelesaiannya. Jangan yang lain. tetapi itu ada permohonan ampun kepada Sang Hyang Widhi di Besakih, karena masyarakat berhalangan, dan kepada Hyang Bairawi Durga, mohon ampun dengan segenap upakaranya yaitu mempersembahkan bantên tumpêng guru, peras penyeneng, daksina. Upakara itu hanya satu dipersembahkan di Besakih.

Lontar Aji Swamandala Paragraf ke-3

Bila orang mempersembahkan tawur, sebelum pergantian wuku pang, pada waktu Tilêm Kasanga, sesudah wuku Galungan, Dungulan, sebelum Wuku Paang, dunia akan rusak. Demikian penjelasannya.

Lontar Aji Swamandala Paragraf ke-13

Inilah alanya (buruknya) hari: wuku tidak mempunyai guru, sasih yang tidak mempunyai tumpek, bulan yang tidak mempunyai sirah, demikian juga tanggal dan panglong. Janganlah sangsi, tidak ditimpa kesusahan, halangan. Hendaknya mengetahui, tahu saudara-saudaranya di Bhuwana Alit dan di Bhuwana Agung, tempat matahari dan bulan dan tempat para Dewata Nawasanga.

Lontar Aji Swamandala Paragraf ke-39

Ini adalah dewasa pager bhumi yang patut dipergunakan untuk mengupacarai calon raja untuk menjadi raja, atau hari baik untuk memilih raja (pemimpin) kembali untuk menduduki keratin. Phalanya adalah: panjang umur, berlimpah kemuliaan, rakyat sejahtera dan penuh hormat. Dijauhi penyakit selalu dalam keadaan bahagia. Hari baik itu adalah, hari Rabu, Pahing Landep tanggal ke 13 bertemu dengan Guru, Waya, Tulus. Itulah yang disebut dengan dewasa pager bhumi. )

Lontar Aji Swamandala Paragraf ke-40

Dan Rabu Pon tanggal ke 10 adalah hari baik untuk mengupacarai bayi, pahalanya adalah panjang umur, jarang ditimpa penyakit. Hari Rabu Wage tanggal ke 10 adalah hari yang penuh kesejahteraan dan kebahagiaan. Hari baik untuk memuja Hyang Hayu (Tuhan, phalanya para dewa berkenan dan menganugrahkan panjang umur.

Lontar Aji Swamandala Paragraf ke-41

Hari Sabtu Wage bertemu guru tanggal ke 3 adalah hari penuh kesejahteraan dan kasih sayang. Hari baik untuk memuja Bhatàra Sri Sedana, sewata kekayaan. Hari Sabtu Wage tanggak ke 1 adalah hari baik untuk mengambil istri.

Lontar Aji Swamandala Paragraf ke-42

Hari jumat Umanis tanggal ke 5 adalah hari penuh kebajikan. Hari baik untuk memuja Hyang Hayu (Tuhan), pahalanya pada dewata melimpahkan anugrah dengan penuh kebahagiaan.

Lontar Aji Swamandala Paragraf ke-43

Hari Rabu Kliwon tanggal ke 1 disebut Mreta adalah hari baik untuk menyelenggarakan upacara di Sanggah. Hari Kamis Wage tanggal ke 7 disebut hari Dana Teke (harta datang) adalah hari baik untuk mengupacarai rumah (agar memperoleh) kesejahteraan. Hari Rabu Pahing tanggal ke 3 adalah hari baik pembangun rumah, phalanya dijauhi segala penyakit. Hari Sabtu Pahing tanggal ke 3 disebut Pagerwesi adalah hari baik membangun tembok.

Lontar Aji Swamandala Paragraf ke-44

Inilah caru alaning dewasa (caru untuk menolak pengaruh buruknya hari), wuku tanpa guru, nyalawadi, wulan tan pasirah, Erangan,, Kala, dangu, Pasah. Semua hari yang tidak baik ada upacara untuk menjadikannya hari baik. Pahalanya (orang yang melaksanakan yajña) maupun orang yang memberi dewasa tidak akan mendapatkan rintangan dari sanak saudaranya yang ada di dalam dirinya sendiri maupun sanak saudaranya yang berada di makrokosmos.

Lontar Aji Swamandala Paragraf ke-47

Uku Prangbakat, Landep, Wayang, Medangkungan dan Kuningan dapat dipakai (untuk melaksanakan upacara yajña), tetapi upacara caru-nya besar. Uku Sinta, Sungsang, Dungulan, Tambir, Bala, Watugunung, Gumbreg dan Pahang adalah hari baik untuk melaksanakan upacara yajña, demikian disebutkan di dalam ajaran

Lontar Aji Swamandala Paragraf ke-48

Menurut Sang Hyang Swamandala, yaitu ajaran yang patut dipegang oleh Sang sadaka apabila hendaknya menganugrahkan dewasa kepada masyarakat tentang hari yang disebut baik atau buruk dan keburukan dari wuku yang disebut wala-wadi yaitu: Sinta, Landep, Gumbreg, Medangkungan, Sungsang, Dungulan, Pahang, Tambir, Perangbakat, Bala, Wayang, Watugunung.

Kesemua wuku tersebut di atas adalah wuku yang tidak baik untuk membangun atau melaksanakan upacara memuja Hyang, menyucikan diri, membuat rumah, melaksanakan upacara atiwa-tiwa (ngaben), narpana pitra, perkawinan, mengupacarai bayi, upacara agunting (memotong rambut).

Akibat mendapat rintangan, umur pendek. Tidak mendapat kebahagiaan, selalu menderita penyakit. Jika (pada waktu tersebut di atas) membangun rumah, (rumah itu) akan ditempati oleh Bhuta Dengen (pemiliknya) akan sakit-sakitan lalu mati.

Lontar Aji Swamandala Paragraf ke-49

Jika memuja Bhatara akan mendapatkan duka bertubi-tubi. Menyebabkan penyakit lepra. Sesajen yang dipersembahkan dicampur kotoran oleh Bhuta Kingkara. Oleh karena sehari-hari tersebut kumpulan hari tidak suci. Jika (pada hari-hari tersebut) membangun tempat suci, akan ditempati oleh kala. Akibatnya selalu mendapatkan bahaya.

Jika melaksanakan upacara padudusan, tirta amreta jadi racun. Menjadi penyakit yang menyebabkan mati. Uku yang dapat disucikan adalah; uku Landep, Perangbakat, Wayang, dan Kuningan, keburukan Uku tersebut sama dengan keburukan Uku tan Paguru.

Lontar Aji Swamandala Paragraf ke-50

Ini adalah keburukan dari Dewasa. Orang tidak boleh melakukan pekerjaan untuk kebaikan, memuja para Dewa, membangun rumah. Hari yang tidak baik dimaksud adalah wuku tan Paguru, Sasih tan Patumpek, Wulan tan Pasirah, Erangan, Kala, Dangu, Pasah juga adalah Prawani wulan. Jika pada wuku tan atiwa tiwa, pitra tarpana, perkawinan, mengupacarai bayi dan upacara agunting, maka akibatnya mendapatkan halangan besar, pendek umur, menderita, selalu menderita penyakit. Jika membangun rumah, rumah itu akan ditempati oleh Bhuta Dengen (yang punya rumah) mati mendadak.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga