- 1Ringkasan Sejarah Arya Kuthawaringin - Kubontubuh
- 1..11324 - 1343
- 1..21343 - 1352
- 1..31352 - 1380
- 1..41380
- 1..51383 - 1460
- 1..61460 - 1550
- 1..71550 - 1580
- 1..81580 - 1665
- 1..91665
- 1..101665
- 2Naskah Babad Arya Kuthawaringin - Kubontubuh
- 3Prasasti Piagam Raja Purana Pura Arya Kubon Tubuh
- 4Pura Dalem Tugu - Kawitan Sira Arya Kubontubuh - Kuthawaringin
- 4.1Pura Dalem Tugu
- 4.1.10.1Sejarah berdirinya Pura Dalem Tugu
- 4.1.10.2Status Pura Dalem Tugu
- 4.1.10.3Fungsi Pura Dalem Tugu
- 4.1.10.4Sebutan untuk Pura Dalem Tugu
- 4.2Pura Mrajan Kawitan
- 4.2.10.1Sejarah berdirinya Pura Mrajan Kawitan
- 4.2.10.2Status dari Pura Mrajan Kawitan
- 4.2.10.3Fungsi Pura Mrajan Kawitan
- 4.2.10.4Sebutan untuk Pura Mrajan Kawitan
- 4.3Pura Waringin
- 4.3.10.1Sejarah berdirinya Pura Waringin
- 4.3.10.2Status Pura Waringin
- 4.3.10.3Fungsi Pura Waringin
- 4.3.10.4Sebutan Untuk Pura Waringin
- 5Denah Palinggih Pura Dalem Tugu
- 5.3.10.1I. Jeroan
- 5.3.10.2II. Jaba Tengah
- 5.3.10.3III. Jaba Sisi
- 6Gegaduhan Pura Dalem Tugu sesuai Teks Raja Purana Pura
Pura Dalem Tugu – Kawitan Sira Arya Kubontubuh – Kuthawaringin
Pura Dalem Tugu di Gelgel, Klungkung didirikan oleh Sira Arya Kuthawaringin, Pura Mrajan Kawitan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh di Gelgel, Klungkung didirikan oleh Kyayi Gusti Agung Bandhesa Gelgel dan Pura Waringin di Desa Waringin, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem yang didirikan oleh Kyayi Wayahan Kuthawaringin yaitu putera sulung Kyayi Gusti Parembu, adalah pura-pura yang secara geneologis terkait satu dengan lainnya, dengan Pura Dalem Tugu sebagai pusatnya.
Pemahaman tentang sejarah pendirian, status, fungsi dan sebutan dari ketiga pura termaksud bagi para sameton pratisentana diperlukan untuk lebih memantapkan hati dalam menentukan urutan prioritas pura yang akan dituju untuk melaksanakan kewajiban berbhakti kepada leluhur dalam kerangka konsep Tri Rna sesuai dengan inti tattwa Agama Hindu yang terhimpun dalam Panca Srada.
Oleh karena itu uraian selanjutnya akan berkisah tentang sejarah berdiri beserta pendirinya, status, fungsi dan sebutan masing-masing dari ketiga pura termaksud.
Pura Dalem Tugu
Sejarah berdirinya Pura Dalem Tugu
Kata Dalem dari nama Pura Dalem Tugu berasal dari kata Dalem dari Kahyangan Dalem Desa yang juga disebut Dalem Jagat dan kemudian lumrah dikenal sebagai Dalem Suci.
Kahyangan termaksud merupakan sthana Sang Hyang Amurwabhumi dan sudah ada sebelum munculnya Kahyangan Tiga. Sedangkan Dalem Pangulun Setra atau Dalem Cungkub yang merupakan salah satu unsur (pura) dari Kahyangan Tiga, merupakan sthana Dewa Siwa dalam manifestasinya sebagai Durga Bhairawi. Dengan demikian Dalem Desa, Dalem Jagat atau Dalem Suci yang merupakan cikal-bakalnya pura yang kemudian dikenal dengan nama Pura Dalem Tugu, bukanlah Dalem Pangulun Setra.
Sedangkan kata Tugu dari nama Pura Dalem Tugu tersebut berasal dari Palinggih Sang Hyang Tugu (Sang Hyang Ghanapati) yang didirikan dibagian utara dalam palemahan Pura Dalem Suci termaksud, dimana I Gusti Agung Bandhesa Gelgel bersama para arya lainnya berikrar (madewa saksi) untuk membulatkan sikap dikalangan para pejabat kerajaan sebelum menjemput Ida I Dewa Ketut Ngulesir ke Desa Pandak untuk mohon kesediaan beliau dinobatkan menjadi Dalem pengganti Dalem Ile.
Proses sejarah dari Kahyangan Dalem Desa, Dalem Jagat atau Dalem Suci menjadi Pura Dalem Tugu seperti dimaksud diatas, berjalan seiring dengan perjalanan hidup beserta kiprah peranan Sira Arya Kuthawaringin beserta putera-putera beliau dalam perjalanan sejarah pemerintahan Dalem Samprangan dan Dalem Gelgel, seperti ilustrasi singkat dibawah ini.
Pura Dalem Jagat tersebut didirikan oleh Sira Arya Kuthawaringin beberapa lama setelah beliau menjabat Penguasa Wilayah (Amanca Agung), Wilayah Tenggara Bali berkedudukan di Gelgel dengan rakyat 5.000 orang. Wilayah Kemancaan Agung itu meliputi : Gelgel, Kamasan, Tojan hingga pantai Klotok, Dukuh Nyuhaya, Kacangpaos (Kacangdawa), Siku sampai Klungkung. Penugasan dengan jabatan Amanca Agung tersebut diterima sesuai pembagian tugas kepada 15 orang Arya sebagai penguasa wilayah atas nama Kerajaan Majapahit. Pembagian tugas itu dilakukan oleh Maha Patih Gajah Mada pada tahun 1343 M., yaitu setelah Bali takluk di bawah Kerajaan Majapahit yang merupakan buah kemenangan dari apa yang dikenal dengan peristiwa ekspedisi Gajah Mada ke Bali dimana Sira Arya Kuthawaringin merupakan salah seorang Arya dari 7 orang Arya yang mendampingi Maha Patih Gajah Mada dalam ekspedisi tersebut.
Fungsi semula dari Kahyangan Dalem Jagat atau Dalem Suci tersebut adalah tempat pemujaan Sang Amanca Agung di Gelgel, dimana beliau memuja Sang Hyang Parama Wisesa dalam prabawanya sebagai Sang Hyang Amurwabhumi yang bersthana di palinggih Gedong Bata.
Setelah Dalem Ketut Kresna Kepakisan bertakhta di Bali sejak tahun 1352 M., Amanca Agung Sira Arya Kuthawaringin, juga menjabat Adhi Patih dan merangkap kedudukan sebagai Tumenggung pula.
Sira Arya Kuthawaringin menurunkan 4 orang putera, yaitu Kyayi Gusti Agung Bandhesa Gelgel (kemudian juga bergelar I Gusti Kubontubuh dan/atau Kyayi Gusti Klapodhyana), Kyayi Gusti Parembu, Kyayi Gusti Candi dan I Gusti Ayu Waringin.
Sira Arya Kuthawaringin lanjut usia, jabatannya digantikan oleh putera sulungnya, yaitu I Gusti Agung Bandhesa Gelegl dengan jabatan Patih Utama.
Sira Arya Kuthawaringin wafat di Gelgel beberapa lama setelah putra sulung beliau sudah menggantikan jabatan beliau seperti telah diuraikan diatas. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun-tahun akhir dari periode pemerintahan Dalem Ketut Kresna Kepakisan yang memerintah dalam kurun waktu tahun 1352-1380 M. Sebagai kelanjutan dari proses upacara “Palebon lanjut dengan Baligia dan Atma Pratista-nya yang diselenggarakan oleh Kyayi Gusti Agung Bandhesa Gelgel bersama seluruh saudara dan sanak keluarganya di Gelgel, Roh Suci Sira Arya Kuthawaringin disthanakan (dhinarmma) di Kahyangan Dalem Suci tersebut diatas, pada palinggih babaturan.
Pembangunan palinggih Sang Hyang Tugu dalam Kahyangan Dalem Suci seperti telah diuraikan diatas dilakukan oleh I Gusti Agung Bandhesa Gelgel atas restu Dalem Ketut Smara Kepakisan beberapa lama setelah beliau dinobatkan pada tahun 1383 M. sebagai Raja (Dalem) kepertama dalam zaman Kerajaan Gelgel. Dengan demikian palinggih Tugu tersebut memiliki fungsi sebagai saksi dari peristiwa bersejarah yang atas inisiatip I Gusti Agung Bandhesa Gelgel akhirnya berhasil mengantarkan Ida I Dewa Ketut Ngulesir ke takhta kerajaan sehingga dinobatkan dengan gelar Dalem Ketut Smara Kepakisan pada tahun 1383 Masehi.
Setelah dibangunnya Tugu tersebut Kahyangan Dalem Desa, Dalem Jagat atau Dalem Suci termaksud kemudian lebih dikenal dengan nama Kahyangan (Pura) Dalem Tugu.
Setelah kembali dari menjalankan perintah Dalem, membunuh macan selem di Blambangan, Kyayi Gusti Klapodhyana diingatkan dengan sangat (winehan) oleh Dalem Ketut Smara Kepakisan, agar memugar dan mangupapira Pura Dalem Tugu dengan segala upacaranya.
Pada saat pemugaran itulah Kyayi Gusti Klapodhyana memugar palinggih padharman yang semula masih berbentuk babaturan menjadi Meru Tumpang Tiga yang dibangun di sebelah utara palinggih Gedong Bata, di sebelah selatan palinggih Sang Hyang Tugu.
Status Pura Dalem Tugu
Status Pura Dalem Tugu diyakini merupakan Pura Kawitan/Padharman, berdasarkan historis dari proses berdirinya pura tersebut seperti diuraikan pada butir a diatas.
Diyakini memiliki status Pura Padharman, karena roh suci Sira Arya Kuthawaringin distanakan (kata “padharman” berasal dari kata dhinarmma yang artinya distanakan atau dilinggihang) pada palinggih Meru Tumpang Tiga yang dibangun di sebelah utara palinggih Gedong Bata, di sebelah selatan palinggih Tugu di Pura Dalem Tugu seperti diuraikan diatas.
Diyakini memiliki status Pura Kawitan, karena :
- Yang dilinggihang (dhinarmma) di pura tersebut adalah roh suci Sira Arya Kuthawaringin yang merupakan leluhur (yang menurunkan Kyayi Gusti Agung Bandhesa Gelgel, Kyayi Gusti Parembu, Kyayi Gusti Candi dan I Gusti Ayu Waringin) pangked yang paling atas yang datang dan jenek di Bali. Kata “kawitan” berasal dari wit yang artinya asal-usul, dalam konteks Pura Kawitan arti kata wit adalah leluhur sehinga Pura Kawitan merupakan tempat pemujaan leluhur.
- Leluhur pangked berikutnya, diyakini ngiring leluhur pangked yang paling atas (Bhatara Kawitan) pada sthana beliau di palinggih Meru Tumpang Tiga di Pura Dalem Tugu.
Fungsi Pura Dalem Tugu
Fungsi Pura Dalem Tugu adalah :
- Pusat Penyungsungan bagi seluruh Pratisentana Sira Arya Kuthawaringin, karena dalam Babad Arya Kuthawaringin terungkap bahwa upacara “Palebon lanjut dengan Baligia dengan Atma Pratista” Sira Arya Kuthawaringin di Gelgel, diselenggarakan oleh seluruh putra beliau, yaitu tidak hanya oleh Kyayi Gusti Agung Bandhesa Gelgel (putra sulung yang selanjutnya menurunkan warga Kubontubuh-Kuthawaringin) tetapi bersama kedua adik beliau, yaitu Kyayi Gusti Parembu dan Kyayi Gusti Candi.
- Juga berfungsi sebagai saksi sejarah berdirinya Kerajaan Gelgel dengan adanya Palinggih Sang Hyang Tugu (Sang Hyang Ghanapati) yang dibangun dibagian utara dalam palemahan Pura Dalem Tugu tersebut.
Sebutan untuk Pura Dalem Tugu
Berdasarkan sejarah berdirinya, status dan fungsinya seperti diuraikan pada butir diatas , sesuai dengan isi Ketetapan Pesamuan Pusat Khusus Pratisentana Sira Arya Kubontubuh Propinsi Bali No.I/PPK-PSAK/2004 tanggal 25 Januari 2004 beserta penyempurnaannya, maka sebutan yang tepat untuk dicantumkan pada papan nama Pura Dalem Tugu adalah :
PURA DALEM TUGU
PURA KAWITAN/PADHARMAN
SIRA ARYA KUTHAWARINGIN-KUBONTUBUH
Pura Mrajan Kawitan
Sejarah berdirinya Pura Mrajan Kawitan
Kapan didirikan dan siapa pendiri dari Pura Mrajan Kawitan dapat disimak dari kutipan uraian yang tercantum dalam Lampiran IVB. Babad Sira Arya Kuthawaringin-Kubontubuh seperti dibawah ini :
”Ida I Dewa Ketut Ngulesir dinobatkan pada tahun saka 1305 (1383 M) dengan gelar Dalem Sri Smara Kepakisan, berkedudukan di Gelgel yang kemudian bernama Swechalinggarsapura. I Gusti Agung Bandhesa Gelgel, Patih Utama, menyerahkan puri-nya (Istana Kepatihan) kepada Dalem Ketut Semara Kepakisan untuk dijadikan Istana Dalem di Gelgel, kemudian beliau pindah/ membangun Istana Kepatihan yang baru lengkap dengan Pamrajannya di sebelah barat daya Istana Kepatihan terdahulu yang sudah menjadi Istana Dalem atau di sebelah utara Kahyangan Dalem Suci tempat pemujaan beliau, yaitu di tegalan Abyan Kawan yang dita nami pohon kelapa. Sejak itu beliau juga bergelar Kyayi (I Gusti)
Kubontubuh atau Kyayi (I Gusti) Klapodhyana. Mrajan dari puri barunya ini diyakini merupakan Pura Mrajan yang diwariskan kepada pratisentananya hingga sekarang yang sesuai Ketetapan Pesamuan Pusat Khusus Pratisentana Sira Arya Kubon tubuh Propinsi Bali No.I/PPK-PSAK/2004 tgl. 25 Januari 2004 disebut Pura Mrajan Kawitan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh”.
Status dari Pura Mrajan Kawitan
Status dari pura ini yang dahulu sering pula disebut Pura Pesimpenan adalah Pura Mrajan Kawitan, karena secara historis pura tersebut diyakini berasal dari mrajan pada puri (Istana Kepatihan) baru yang dibangun oleh Kyayi Gusti Agung Bandhesa Gelgel di tegalan Abian Kawan setelah purinya (Istana Kepatihan) yang lama diserahkan kepada Dalem Ketut Semara Kepakisan untuk dijadikan Istana Dalem (Keraton) di Gelgel.
Fungsi Pura Mrajan Kawitan
Fungsi Pura Mrajan Kawitan adalah Pusat Penyungsungan bagi Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin yaitu keturunan dari Kyayi Gusti Agung Bandhesa Gelgel yang juga bergelar Kyayi Gusti Klapodhyana atau I Gusti Kubontubuh.
Sebutan untuk Pura Mrajan Kawitan
Berdasarkan sejarah berdirinya, status dan fungsinya seperti diuraikan dalam butir a, b dan c diatas, sesuai dengan isi Ketetapan Pesamuan Pusat Khusus Pratisentana Sira Arya Kubontubuh Propinsi Bali No.I/PPK-PSAK/2004 tanggal 25 Januari 2004 beserta penyempurnaannya, maka sebutan yang tepat untuk dicantumkan pada papan nama Pura Mrajan Kawitan adalah :
PURA MRAJAN KAWITAN
PRATISENTANA SIRA ARYA KUBONTUBUH
Pura Waringin
Sejarah berdirinya Pura Waringin
Pura Waringin di Desa Waringin-Pempatan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem didirikan oleh Kyayi Wayahan Kuthawaringin, yaitu putera sulung Kyayi Gusti Parembu. Sedangkan Kyayi Gusti Parembu itu adalah adik kandung dari Kyayi Gusti Agung Bandhesa Gelgel yang juga bergelar I Gusti Kubontubuh atau Kyayi Gusti Klapodhyana yang menurunkan Warga Kubontubuh yang kini terhimpun dalam wadah organisasi yang bernama Pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin.
Pura ini didirikan setelah Kyayi Gusti Parembu wafat, sebagai kelanjutan dari proses upacara plebon-baligia-atmapratista di Desa Waringin, dimana beliau bermukim sejak gagal menjalankan tugas untuk mengejar Dalem Tarukan atas perintah Dalem Ile. Berdasarkan proses pendirian pura tersebut, maka yang disthanakan di Pura Waringin itu tentunya roh suci almarhum Kyayi Gusti Parembu dan bukanlah roh suci Sira Arya Kuthawaringin (ayahandanya Kyayi Gusti Parembu). Kesimpulan ini lebih diperkuat dengan adanya kalimat dalam Babad Arya Kuthawaringin yang mengatakan bahwa di Pura Waringin itu “tidak ketinggalan” juga dibangun palinggih untuk memuja arwah almarhum Sira Arya Kuthawaringin. Adanya kata-kata “tidak ketinggalan” dalam kalimat tersebut menunjukkan pengertian bahwa palinggih yang dibangun untuk memuja arwah almarhum Sira Arya Kuthawaringin itu hanyalah merupakan palinggih pasimpangan (pengayengan) dan bukan palinggih dimana secara historis roh suci beliau disthanakan dalam rangkaian proses upacara palebon-baligia-atmapratistanya di Pura Dalem Tugu seperti yang sudah diuraikan pada butir 1 diatas.
Kesimpulan tersebut akan menjadi lebih meyakinkan lagi bila dilihat dari periode peristiwanya, dimana wafatnya Kyayi Gusti Parembu beserta pendirian Pura Waringin itu diperkirakan baru terjadi pada akhir periode pemerintahan Dalem Ketut Smara Kepakisan yang memerintah dalam kurun waktu tahun 1383-1460M. atau pada awal periode pemerintahan Dalem Waturenggong yang memerintah dalam kurun waktu tahun 1460-1550M. Sedangkan wafatnya beserta proses mensthanakan roh suci Sira Arya Kuthawaringin di Pura Dalem Tugu telah terjadi lama sebelum Pura Waringin itu didirikan, yaitu pada tahun-tahun akhir dari periode pemerintahan Dalem Ketut Kresna Kepakisan yang memerintah dalam kurun waktu tahun 1352-1380M. seperti sudah pula diuraikan pada butir 1 diatas.
Status Pura Waringin
Sesuai dengan terminologi yang dipakai dalam sebutan pura ini oleh pengemponnya, status Pura Waringan adalah Pura Dalem Kawitan.
Fungsi Pura Waringin
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan diatas, menjadi jelas bahwa Pura Waringin itu memiliki fungsi sebagai pura pusat penyungsungan bagi seluruh pratisentana Kyayi Gusti Parembu.
Sebutan Untuk Pura Waringin
Oleh pengemponnya sebutan yang diberikan untuk pura ini adalah : Pura Dalem Kawitan Sira Arya Kuthawaringin. Tetapi bila dilihat dari tokoh yang disthanakan di pura termaksud, lebih tepat kiranya bila sebutan untuk pura itu adalah :
PURA DALEM KAWITAN
KYAYI GUSTI PAREMBU
Meskipun di pura tersebut memang ada palinggih pasimpangan (pengayengan) untuk memuja roh suci Sira Arya Kuthawaringin seperti sudah diuraikan pada butir diatas.
Demikianlah keberadaan dan keterkaitan antara ketiga pura yang telah diuraikan diatas.
Semoga para sameton pratisentana Sira Arya Kuthawaringin, yang merupakan warih Kubontubuh-Kuthawaringin, warih Parembu-Kuthawaringin maupun warih Candhi-Kuthawaringin, setelah membaca uraian diatas mudah-mudahan dapat lebih memantapkan hati dalam melaksanakan kewajiban berbhakti kepada leluhur dalam kerangka konsep Tri Rna pada pura-pura termaksud.