Buku Kanda pat Catur Sanak

Kanda Pat Catur Sanak Rp. 290.000

Penyusun : Komang Putra
Tahun : 2025
Konten : A5 • 362 pages Warna
Bahasa : Kawi • Bali • Indonesia
Cover : Hard Cover
Kertas : Book Paper Cream

TOKOPEDIA WEB ORDER

Klik Gambar untuk Lihat Daftar Isi

 

Buku Tattwa Kanda Pat – Catur Sanak
Disertai Pangringkesan Aksara Bali dalam Tubuh

Dalam mengungkap keberadaan Catur Sanak di alam semesta, Tattwa Kanda Pat sangat berhubungan dengan sistem filsafat dari Śiwa Tattwa memegang peranan penting di dalam kancah kefilsafatannya diantara sistem-sistem filsafat lainnya. Secara metafisika, Prakṛti hanya tergantung pada aktivitas dari unsur pokok guna-nya sendiri.

Dalam perkembangannya, ini melahirkan asas dunia/alam yang ada di luar diri manusia. Azas ini adalah Pañca Tan Matra (lima unsur halus) yaitu sari benih, rasa, suara, sentuhan warna, dan bau. Penggabungan antara unsur-unsur yang halus inilah menimbulkan adanya unsur-unsur Pañca Mahā bhūta. Śiwa dan Śakti sebagai prinsip kosmik Catur Sanak, merupakan proses alami integrasi dan transformasi.

Peran Catur Sanak sangat penting dalam kehidupan manusia, dari baru lahir sampai dewasa dan bahkan meninggal. Saudara empat selalu bersama manusia itu sendiri. Semakin hari manusia itu semakin besar maka saudara Empat tersebut juga mengalami perubahan status atau terjadi perubahan nama dari Yeh nyom, Darah, Ari-ari, dan Lamad.

Nama-nama tersebut seiring dengan perjalanan waktu mengalami perubahan. Yeh Nyom menjadi Anggapati, Darah menjadi Mrajapati, Ari-ari menjadi Banaspati, Lamad menjadi Banaspati Raja. Sang Catur Sanak ini selalu menjaga manusia itu sendiri.

Keberadaan Catur Sanak mesti dialami melalui pengalaman batin agar senantiasa terhubung dengan mereka. Melalui keterhubungan itu, akan dapat membangunkan jiwa dari tidur panjangnya.

Kanda Pat sebagai Tiga Aspek Utama : Butha, Manusa dan Dewa

Konsep Kanda Pat tidak hanya berhenti pada empat elemen fisik (Yeh Nyom, Getih, Lamas, Ari-ari) dan empat penguasa alam (Anggapati, Mrajapati, Banaspati, Banaspatiraja). Secara mendasar, ajaran Kanda Pat mencakup tiga aspek keberadaan yang menyatu dalam diri manusia:

(Dia itu sebagai manusia, sebagai Butha (kekuatan negatif/alam bawah), dan sebagai Dewata (kekuatan positif/Tuhan)).

  1. Kanda Pat Bhuta: Merujuk pada empat saudara dalam aspek kekuatan negatif/alam bawah. Keempat sosok spiritual (Anggapati, Mrajapati, Banaspati, Banaspatiraja) sering dikaitkan dengan aspek Bhuta, yang merupakan kala atau nafsu dalam diri dan energi di sekitar yang bisa mengganggu.

  2. Kanda Pat Manusa: Merujuk pada aspek manusiawi dan potensi kekuatan spiritual yang bisa dibangkitkan.

  3. Kanda Pat Dewa/Dewata: Merujuk pada empat saudara dalam aspek kekuatan positif/keilahian, yang menjadi pelindung tertinggi manusia.

Ajaran ini menekankan bahwa manusia memiliki potensi untuk menjadi ketiganya—Bhuta, Manusa, dan Dewa. Melalui pelaksanaan Dharma (kebenaran) dan penghormatan kepada Kanda Pat, seseorang dapat mengendalikan aspek Bhuta dan menguatkan aspek Dewata dalam dirinya.

Pengakuan dan penghormatan terhadap Kanda Pat terintegrasi erat dalam seluruh rangkaian upacara Manusa Yadnya (upacara lingkaran hidup manusia), karena mereka adalah saksi dan penolong utama kelahiran manusia.

  1. Saat Kelahiran (Nyambutin): Upacara kelahiran diawali dengan perlakuan khusus terhadap empat unsur Kanda Pat Rare. Ari-ari (plasenta) dikubur atau diurus dengan upacara khusus untuk menghormati jasanya sebagai “saudara” pertama bayi.

  2. Tiga Bulanan (Tiga Sasih): Pada upacara ini, persembahan khusus diberikan kepada Kanda Pat sebagai wujud terima kasih karena telah menjaga janin hingga bayi mencapai usia tiga bulan.

  3. Otonan (Hari Lahir): Otonan, yang dirayakan setiap 6 bulan sekali (210 hari), merupakan momen penting untuk menjalin kembali keharmonisan dengan Kanda Pat. Upacara ini bertujuan untuk memohon keselamatan, membersihkan diri, dan menguatkan batin, dengan harapan Kanda Pat senantiasa melindungi dan mendampingi kehidupan.

  4. Saat Kematian (Pitra Yadnya): Ketika manusia meninggal, unsur-unsur Kanda Pat yang bersifat fisik akan kembali melebur ke asalnya, sementara energi spiritualnya menjadi bagian dari perjalanan roh menuju penyucian (moksa). Upacara penyucian roh juga mencakup permohonan kepada Catur Sanak agar tidak mengganggu perjalanan atman.

Aspek Spiritual Kanda Pat (Catur Sanak)

Selain unsur fisik, Kanda Pat juga dipahami dalam aspek spiritual yang merujuk pada manifestasi empat dewa/kekuatan yang bertindak sebagai penjaga dan penguasa alam:

  1. Anggapati

    • Perwujudan: Mendiami badan manusia.

    • Peran: Mewakili unsur nafsu atau kala dalam diri. Berpotensi mengganggu manusia yang lemah atau didominasi oleh nafsu negatif.

  2. Mrajapati

    • Perwujudan: Penguasa kuburan (setra) dan perempatan agung.

    • Peran: Berhak merusak mayat yang ditanam tidak sesuai aturan atau mengganggu orang yang melanggar ketentuan upacara.

  3. Banaspati

    • Perwujudan: Mendiami sungai atau batu besar.

    • Peran: Berhak mengganggu atau memakan orang yang berada di tempat atau waktu yang terlarang (sandikala atau tengai tepet).

  4. Banaspatiraja

    • Perwujudan: Penguasa pohon-pohon besar dan hutan (sering diwujudkan dalam bentuk Barong).

    • Peran: Penjaga atau pelindung kayu-kayu besar; berhak mengganggu orang yang menebang pohon tanpa izin pada waktu terlarang.

Keempat sosok spiritual ini adalah perwujudan Dewi Uma yang telah kembali ke Siwa Loka. Mereka bisa menjadi pelindung sejati jika dihormati, namun bisa juga menjadi ancaman jika dilupakan atau diabaikan.

Pentingnya Kanda Pat dalam Kehidupan

Dalam ajaran Hindu Bali, Kanda Pat Catur Sanak memiliki peran yang sangat menentukan. Mereka adalah manifestasi kekuatan Tuhan yang diberikan kepada manusia sebagai teman dan pelindung abadi.

  • Pelindung Sepanjang Hidup: Mereka senantiasa mendampingi manusia, menjaga dari gangguan gaib dan membantu melewati berbagai kesulitan hidup, dari bisnis hingga masalah keluarga.

  • Pengingat Diri: Mempersembahkan sesajen kepada Kanda Pat adalah cara untuk mengingatkan diri akan jasa mereka dan menjalin hubungan yang harmonis. Ini juga melatih kesadaran diri agar tidak dikuasai oleh sifat-sifat negatif yang diwakili oleh Anggapati (nafsu/kala).

  • Upacara Manusa Yadnya: Penghormatan kepada Kanda Pat diwujudkan melalui berbagai upacara, terutama dalam rangkaian upacara Manusa Yadnya (upacara lingkaran hidup manusia), seperti upacara kelahiran dan otonan (hari lahir).

Umat Hindu melakukan berbagai persembahan seperti banten saiban (persembahan harian) sebelum makan, membuat pelangkiran di atas tempat tidur sebagai stana mereka, dan bersembahyang sebelum tidur, sebagai wujud terima kasih dan permohonan perlindungan agar Kanda Pat selalu menjaga dan tidak mengganggu.

Secara keseluruhan, Kanda Pat Catur Sanak mengajarkan tentang keseimbangan dalam diri dan alam semesta, mengingatkan bahwa ada kekuatan-kekuatan gaib yang harus diakui dan dihormati agar kehidupan manusia berjalan dengan harmonis dan selamat. Memahami Kanda Pat berarti memahami hakikat diri sendiri sebagai bagian dari makrokosmos yang dikelilingi oleh empat penjaga setia.

Dengan senantiasa mengingat dan menghormati Kanda Pat Catur Sanak, manusia Bali meyakini bahwa mereka tidak pernah sendiri, melainkan didampingi oleh empat saudara gaib yang menjembatani hubungan antara alam fisik (sekala) dan alam spiritual (niskala).

Kanda Pat dan Pancha aksara

Hubungan antara Kanda Pat dan Panca Aksara sangat erat dalam ajaran spiritual Hindu Bali, menandai pertautan antara dimensi fisik/bhuta dengan dimensi dewata/rohani dalam diri manusia (Bhuwana Alit).

Secara singkat, Kanda Pat adalah saudara gaib manusia yang perlu diselaraskan, sementara Panca Aksara adalah aksara suci yang digunakan untuk mengontrol, menyucikan, dan menghubungkan diri dengan energi ketuhanan.

Panca Aksara (Lima Aksara) merujuk pada lima aksara suci utama yang melambangkan manifestasi Tuhan, khususnya Sadāśiwa atau Śiwa dalam konteks Saiwa Siddhanta:

  1. Na-Ma-Śi-Wā-Ya (sering disebut Pañcākṣaramantra Śiwa) atau varian lain seperti Sa-Ba-Ta-A-I (melambangkan Pañca Mahabhūta atau Pañca Dewata).

  2. Aksara-aksara ini mewakili lima elemen alam semesta (eter, angin, api, air, tanah) atau lima arah mata angin/dewata. Mempelajarinya adalah cara untuk memahami dan mengendalikan energi kosmik (Bhuwana Agung) yang ada di dalam diri (Bhuwana Alit).

  3. Digunakan sebagai mantra dan wijaksara (biji aksara) untuk penyucian, perlindungan, dan mencapai penyatuan rohani (yoga).

Keterkaitan utama antara keduanya terletak pada konsep bahwa energi dan kekuatan dalam diri manusia (yang diwakili oleh Kanda Pat) harus disucikan dan diselaraskan menggunakan energi spiritual yang diwakili oleh Panca Aksara.

Dalam ritual penyucian dan meditasi, energi Kanda Pat perlu diintegrasikan dan disublimasi menggunakan kekuatan aksara suci seperti Panca Aksara (dan seringkali Dasaksara) untuk mencapai kesadaran Manusa Ye, Bhuta Ye, Dewa Ye (dia adalah manusia, dia adalah bhuta, dia adalah dewata). Artinya, manusia harus mampu mengendalikan dan menyelaraskan ketiga potensi tersebut dalam dirinya.

Hubungan Kanda Pat dan DasaBayu

Keterkaitan ini sering ditemukan dalam lontar-lontar yang membahas ilmu kesaktian atau yoga meditasi, di mana Kanda Pat dan Dasabayu dipandang sebagai dua aspek vital yang harus dikuasai untuk mencapai kesempurnaan batin.

Kanda Pat adalah “wadah” atau esensi diri, sedangkan Dasabayu adalah “energi” atau napas kehidupan yang menggerakkan wadah tersebut. 

Dasabayu (Sepuluh Angin) – Energi Kehidupan :

  • Dasabayu (Dasa Wayu) adalah sepuluh jenis kekuatan atau energi vital (Bayu) yang bekerja di dalam tubuh halus (Suksma Sarira) manusia. Ini merupakan konsep dari yoga dan fisiologi spiritual.

  • Dasabayu mengatur semua fungsi kehidupan, termasuk pernapasan, pencernaan, gerakan, dan fungsi mental. Mengendalikan Dasabayu berarti menguasai energi dan kesadaran di dalam diri.

  • Menguasai energi internal melalui latihan seperti meditasi (Meditasi Dasa Bayu) untuk mencapai kekuatan batin atau kesaktian.

Ajaran yang menggabungkan keduanya mengajarkan bahwa penguasaan atas Dasabayu sangat diperlukan untuk menyelaraskan Kanda Pat, dan sebaliknya:

Kanda Pat mewakili “keberadaan” manusia yang perlu disucikan (Manusa Ye, Bhuta Ye, Dewa Ye). Dasabayu adalah “sarana” atau metode batin untuk mengangkat kualitas Kanda Pat.Dalam konteks ilmu spiritual yang lebih tinggi, menguasai teknik Meditasi Dasa Bayu memberikan kekuatan untuk mengendalikan unsur angin (Bayu) yang merupakan salah satu dari lima elemen yang menyusun tubuh.

Penguasaan energi ini akan menghasilkan perlindungan dan kewisesan, yang seringkali dihubungkan dengan kemampuan menjaga atau mengendalikan Kanda Pat agar selalu berada di jalur dewa (kebaikan).

Singkatnya, Kanda Pat adalah saudara gaib dan unsur yang harus diselaraskan, dan Dasabayu adalah energi batin/napas yang digunakan sebagai kunci untuk menyelaraskan dan menguatkan Kanda Pat.