Upacara Perkawinan Patiwangi untuk Beda Kasta (Tri Wangsa)


Proses Pelaksanaan Upacara Patiwangi

Proses pelaksanaan Upacara Patiwangi dilaksanakan memulai beberapa tahapan, di mulai dari pemangku matur piuning, nunas penglukatan, me-Patiwangi, dan terakhir proses muspa yang dipimpin oleh pengamong Pure Bale Agung, selanjutnya dilakukan dengan nunas tirta dan mapamit.

 

1. Mantur Piuning

Adapun sarana yang di pakai untuk matur piuning adalah banten Pejati, yang di pimpin oleh Pemangku Pura Desa/Baleagung sebagai pengemong di Pura tersebut.
Matur piuning ini dimaksudkan sebagai sebuah bentuk pemberitahuan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manivestasinya sebagai Dewa Brahma agar di berikan tuntunan dalam melaksanakan Upacara Patiwangi bagi keluarga yang bersangkutan.

Doa Mantra :

OM Pakulun batara-batari iriki ring Baleagung, tityang nunas lugra ngojah linggih hyang bhatari, puniki panjak singgih bhatara pedek tangkil, ipun ngaturang pras ajengan daksina Pejati, ledang singgihan Bhatara nyaksinin saha ngayab sari, taler muputang baktin ipun duaning ipun ngemargiang upacara Patiwangi duaning wawu ipun mejatu karma alaki rabi duaning ipun tios wangsa mangkin ratu ngicen pamargi.sapunapi polah palih ipun santukan lanang ipun jaba Wangsa mangda pun ngunutin swdharmaning jaba, mangkin banget tunas tityang ring hyang bhatari mangda ledang singgih hyang bhatari nuntun, patiurip ipun mangda manggihin kerahayuan, labda karya, rahayu werdhi manawita kirang langkung aturan tityang, kirang pangak.sama tityang pinaka juru canang nambet tityang kalintang, tityang ngelungsur pangampura.

Terjemahannya:
OM Ratu Hyang Batara-batari yang berstana di dini saya mohon maaf telah menyebut namamu, umat- Mu datang menghadap mempersembahkan daksina Pejati dengan sesantun agung, semoga ratu Batara dapat menyaksikan dan menyelesaikan persembahan mereka karena mereka melaksanakan Upacara Patiwangi, sebab mereka baru bertemu jodoh, mereka berbeda wangsa. klen, sekarang ratu memberikan jalan bagaimana menuntun agar dia si perempuan mengikuti tatacara suaminya yang dari keturunan jaba wangsa. Semoga ia dapat mengikuti tata cara Jaba wangsa, sekarang saya mohon kepada Hyang Bhatari semoga hyang bhatari memberikan jalan kehidupan mereka untuk menemukan kebahagiaan dan keharmonisan dalam berkuarga. Demikan kurang lebih yang saya ucapkan dalam mengantarkan upacara ini dan yang saya persembahkan sebagai Juru Canang saya minta maaf.

 

2. Panglukatan dan Pebersihan

Ngelungsur panglukatan dimaksudkan bahwa dalam upacara sudah menginjak ke prosesi inti dari pelaksanaan Upacara Patiwangi. Sarana ngelungsur pangelukatan dengan menggunakan prayascita yang berisi tirtha penglukatan dan tirta pabersihan.

Upacara ini bertujuan untuk membersihkan lahir dan bhatin, lahir dibersihkan dengan air dan bhatin dibersihkan dengan wedha mantra. Sehingga pada saat melaksanakan pemujaan diharapkan upacara memiliki kekuatan spiritual.

Pertama penganten duduk dalam posisi Padmasa dan bajrasana (bersila bagi yang laki dan bersimpuh bagi yang perempuan). Kemuadian pemangku memercikan titra/air suci pengelukatan pebersihan, jero mangku kembali Matur Piuning kepada Dewa Brahma untuk pelaksanaan patiwangi, kemudian barulah pelaksanaan Patiwangi dilanjutkan.

Upakara yang dipakai terdiri dari: 4 buah Pejati, banten suci asoroh, saluran pebuut, dan saperadeg.  Juga di lengkapi dengan tetabuhan, dupa dan cunang sari.

 

3. Mengelilingi Pura

Proses Patiwangi selanjutnya adalah penganten berdiri dan diarahkan oleh pemangku agar mengelilingi Bale Agung sebanyak tiga kali putaran searah dengan jarum jam. Penganten perempuan diberikan rantasan putih kuning untuk dijinjing di atas kepala. Sedangkan penganten laki-laki diberikan sebuah salaran (semacam rangkaian buah-buahan untuk di pikul), Kemudian penganten berjalan mengelilingi baleagung sebanyak tiga kali. Mempelai wanita dari keturunan Tri Wangsa dengan nyuun runtasan putih kuning, diikuti oleh suaminya yang membawa salaran. Keluarga lainnya ada juga ikut berjalan keliling dibelakang penganten laki- laki.

Salah satu keluarga nyuwun/menjunjung banten 1 buah Pejati.

Setelah berkeliling sebanyak tiga kali putaran maka semua sarana banten yang di pergunakan di letakan di Bale Agung, mulai saat itulah secara simbolis wangsa dari mempelai wanita syah setara dengan mempelai laki- laki dari keturunan Jaba Wangsa.

Rantasan putih-kuning yang dibawa mempelai perempuan dari keturunan Tri Wangsa diberikan kepada Pemangku sebagai simbolis ucapan trimakasih kehadapan pemangku yang berjasa memimpin Upacara ini.

 

4. Sembahyang

Sembahyang/muspa dilaksanakan setelah mengelilingi pura Baleagung.

Penganten duduk menghadap pelinggih yang diikuti oleh keluarga lainnya, kemudian pemangku memberikan aba-aba untuk melakukan persembahyangan. Jero Mangku bersama mempelai serta keluarga duduk siap untuk melaksanakan persembahyangan sebanyak 5 kali.

Di dalam melakukan muspa ini hanya dalam muspa yang ketiga menggunakan kwangen berisikan uang kepeng sebanyak 11 kepeng.

Setelah persembahyangan selesai maka rangkaian upacara Patiwangi diakhiri dengan memohon tirta atau air suci dan bija terakhir mepamit ngaturang parama suksma. Kemudian para penganten kembali ke rumahnya untuk melanjutkan upacara pernikahan.


Sumber

Upacara Patiwangi

Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M. Si., Prof. Dr. Dra. Relin D.E., M. Ag., Dra. Ni Gusti Ayu Kartika, M. Ag., Jero Ayu Ningrat, S. Ag. M. Ag.



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga