Pan Balang Tamak, Pesan Moral dari Seorang berpemikiran Cerdik dan Licik


Oleh Pan Balang Tamak, jajan itu dibagi-bagi dan dibentuk mirip seperti kotoran (tai) anjing.

Saat malam menjelang, Pan Balang Tamak pergi ke wantilan jaba pura desa untuk menaruh jaje abug iwel yang dibentuk serupa tahi anjing, tidak lupa dia mencipratkan air di sekeliling jaje Bali tersebut dan di beberapa tiang bangunan wantilan. Setelahnya, ia pulang untuk tidur hingga esok hari.

Para Krama yang sudah bersiap dengan peralatan mereka terkejut saat wantilan desa ada banyak air berserakan dan di pojok wantilan terdapat tahi anjing. Di saat seperti itu Pan Balang Tamak yang datang dengan gagah berani tanpa membawa peralatan segera memainkan perannya. Hal ini membuat para Krama lainnya terkejut.

“Mengapa kamu tidak membawa peralatan, Pan?”
“Maaf, Jero, saya memang tidak membawa peralatan. Tapi, saya punya penawaran untuk kalian semua. Jika saya membersihkan tahi anjing ini, saya merasa tidak perlu membayar denda dan atas jasa itu, saya meminta bayaran 5 gobang. Bagaimana?” tukas Pan Balang Tamak.

Para Krama setuju dengan tawaran yang diajukan Pan Balang Tamak. Tapi, namanya saja orang licik, ia belum puas dengan semua itu. Ia menantang para Krama yang ada di situ untuk memakan tahi anjing yang berserakan.

“Oiya, sebelum melakukannya, saya punya penawaran lain untuk kalian. Barangsiapa salah satu dari kalian atau semuanya sekaligus berani memakan kotoran anjing ini semuanya, maka akan saya beri uang 10 gobang. Bagaimana?”
Tantangan itu dianggap suatu hal yang gila yang ditawarkan oleh Pan Balang Tamak. Sehingga, mereka semua hanya tertawa geli dan menganggap Pan Balang sudah gila.

“Lakukan saja sendiri, masing-masing dari kami akan membayarmu sebesar 5 gobang dan kamu boleh tidak ikut kegiatan ini, jika kamu sanggup menghabiskan tahi tersebut!”
Pan tersenyum mendengar perintah itu. Sudah diduganya mereka akan berkata seperti. Maka, Pan Balang pun menghabiskan kotoran anjing jadi-jadian itu. Dan ia pun mendapat lima gobang dari masing-masing orang yang hadir di sana. Kenalah para Krama dengan tipu daya Pan Balang Tamak.

Raja (pemerintah) tersinggung akibat ulah Pan Balang Tamak

Cerita kecurangan Pan Balang Tamak dalam bermasyarakat terdengar sampai di telinga Anake Agung (raja kepala pemerintahan kala itu). Dan membuat sang raja panas hati. Seketika itu saja Sang Raja mengutus Sang Bendesa Adat (tetua desa), Kelian dan perangkatnya untuk sangkep (rapat, berembug) dan menyusun strategi untuk menyingkirkan Pan Balang Tamak. Terdapatlah ide dari raja yaitu dengan meracuni Sang Pan Balang Tamak pada pesta istana.

Singkat cerita Sang Pan Balang Tamak beserta perangkat banjar diundang makan ke istana Anake Agung. Disana makanan terlezat di sejagat Bali dihidangkan membuat Sang Pan Balang Tamak kelaparan dan bernafsu. Maka dimulailah santap makan. Setelah selesai makan dan bercakap-cakap dengan raja, baru Sang Pan Balang Tamak menyadari ada yang ganjil kenapa saya diundang makan pada hari yang tidak ada special. Ternyata setelah dipikir kemungkinan saya diracun. Setelah selesai makan dan santap saji, maka Sang Pan Balang Tamak pun berpamitan pulang. Sesampai dirumah, Sang Pan Balang Tamak berpesan pada istrinya :

“Istriku,,, aku tidak lama lagi akan meninggal karena diracun di istana. Aku mohon setelah aku meninggal tolong mayatku jangan dikubur dulu, cukup dimandikan dan dirias dengan kain putih seperti busana pemangku yang serba putih lengkap dengan genta serta sekar setaman seperti halnya hendak mapuja siwasewana, dan taruh aku di bale dangin (rumah adat yang berada di sisi timur) dalam posisi duduk bersila dan diatasku tolong diikat ‘tabuan simbar’ (lebah hitam). Kemudian setelah satu hari dan menjelang sore tempatkan aku dalam peti dan taruh di gedong bale daja (bagunan bali yang berada di sisi utara, biasanya digunakan sebagai tempat menyimpan harta benda keluarga). Dan pada malam itu tolong jangan kamu bangun atau berkeliaran dirumah baik didalam maupun halaman”.

Demikianlah hal yang diucapakan Pan Balang Tamak kepada istrinya. Dan ternyata sesaat kemudian Sang Pan Balang Tamak perutnya sakit dan meninggal seketika.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Blog Terkait


Lihat Detail Di Cerita Bali