- 1Syarat-Syarat Pemangku
- 1.1Pawintenan Pemangku
- 1.1..1Tujuan Pawintenan
- 1.1..2Tingkatan Pawintenan
- 1.1..3Jenjang Pawintenan
- 1.1..1Jenis-Jenis Pawintenan Pemangku
- 1.1..2Pelaksanaan Pawintenan Pemangku
- 1.1..3Hari Pawintenan Pemangku
- 1.1..4Kesuksman Pawintenan Pemangku
- 1.1..5Brata Pawintenan Pemangku
- 1.1Sesana, Jenis dan Tugas Jadi Pemangku
- 1.1..1Berdasarkan Swa Dharma
- 1.1..2Berdasarkan Tugas
- 1.1..3Etika Pemangku
- 1.1Larangan Menjadi Pemangku
- 1.1Kewenangan Pemangku menggunakan Genta
- 1.2Hakikat Pemangku
- 1.1Piteket ( Hal-Hal Penting) Untuk Pemangku
- 1.2Belajar Menambah Wawasan dan Pengetahuan
- 1.1Tugas dan Kewajiban Pemangku
- 1.1..1tugas-tugas Pemangku
- 1.1..2Kewenangan Pemangku
- 1.1Tikas atau Panyambrama Paheningan Pemangku
- 2Tata Cara dalam Pemilihan Pemangku
- 2.1..1Cara 1. Pemilihan secara langsung dan demokratis.
- 2.1..2Cara 2. Pemilihan berdasarkan keturunan.
- 2.1..3Cara 3. Pemilihan menggunakan kewangen (Lekesan)
- 2.1..4CARA 4. Pemilihan dengan cara nyanjaan / Matuwun.
Jenis-Jenis Pawintenan Pemangku
Untuk jenis upacara pawintenan pemangku ada banyak sekali ragamnya, misalnya:
- Pawintenan Saraswati. Bertujuan untuk mensucikan diri secara lahir dan batin dalam mempelajari pengetahuan untuk meningkatkan kepandaian berilmu
- Pawintenan Pemangku. Tujuan khususnya adalah untuk mensucikan diri secara lahir dan batin dalam tugas ke Pemangkuan yaitu sebagai Pemangku Pura yang nantinya memimpin pelaksanaan upacara serta menjadi perantara antara umat penyungsungnya.
- Pawintenan Dalang. Tujuan khususnya adalah untuk mensucikan dirinya secara lahir dan batin dalam tugasnya sebagai Dalang, sehingga nantinya dapat menjadi lebih mampu untuk menarikan pemeran serta menyuarakan tokoh-tokoh pewayangan dalam suatu acara pentas.
- Pawintenan Tukang. Tujuannya adalah untuk mensucikan diri secara lahir dan batin dalam tugas selanjutnya sebagai tukang, sesuai dengan profesi yang akan ditekuninya.
- Pawintenan Balian. Tujuannya adalah mensucikan diri secara lahir batin dalam tugas selanjutnya sebagai Balian
- Pawintenan Sadeg. Tujuan khususnya untuk mensucikan diri secara lahir batin terhadap tugas selanjutnya sebagai Sadeg atau Dasaran.
- Pawintenan Mahawisesa. Tujuan khususnya untuk mensucikan diri lahir batin, terhadap fungsionaris Pengurus Desa Adat, dengan segenap jajarannya, sehingga dalam tugasnya mampu mengemban dan melaksanakan ajaran-ajaran Agama Hindu di wilayah nya.
Pelaksanaan Pawintenan Pemangku
Khusus untuk Pawintenan Pemangku, pelaksanaannya sesuai dengan tingkat ke Pemangkuannya, yaitu
- Pawintenan Sari
Caranya dengan memohon wangsuh pada atau kakuluh, tirtha kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa, di Pura di mana nantinya yang bersangkutan akan dijadikan Pemangku. Pawintenan ini sering disebut Pawintenan ke Widhi. Pelaksanaan upacara Pawintenan ini biasanya disaksikan oleh Guru Rupaka, keluarga yang terdekat dan perangkat desa setempat. Kewenangannya adalah sampai pada tingkatan upakara memakai Suci, Saji dan Caru Ekasata - Pawintenan Mapedamel
Mapedamel artinya, memohon sarana upakara berupa “Dodol Maduparka”. Dodol Maduparka bentuknya seperti Padma dan merupakan simbolis dari Stana Sang Hyang Aji Saraswati.
Dodol Saraswati ini terbuat dari 9 macam bahan dan bahan ini merupakan hidangan dari Dewata Nawa Sanga, seperti,
-
- Empehan/Susu. Merupakan hidangan terhadap Dewa Iswara
- Air Tebu atau Gula Tebu. Hidangan terhadap Bhatara Brahma
- Punti Sasih/Pisang Emas Gading. Hidangan Dewa Mahadewa
- Madu. Hidangan Dewa Wisnu. Baem/Cula Warak dan Air Hidangan untuk Dewa Mahesora
- Uyah Uku/Garam. Hidangan Dewa Rudra
- Berem /Air Tape. Hidangan Dewa Sangkara.
- Empol/Kuwud Buah Ental. Hidangan Dewa Sambu
- Daun Aa Baas. Hidangan Dewa Siwa
Jenis Pawintenan ini dipimpin oleh Pedanda (sulinggih) yang mempunyai hak Lokapalasraya. Pelaksanaan Pawintenan disaksikan oleh Guru Rupaka, Keluarga dan Perangkat Pura atau Desa. Setelah selesai di winten diberi tambahan nama “Jero Mangku”. Kewenangannya menyelesaikan upacara sampai pada tingkatan Madia yaitu bebanten yang memakai Suci, Saji, Arepan, Pulla Gembal, Caru Panca Sato dan Upakara di Sanggar Surya.
Hari Pawintenan Pemangku
Hari yang baik dipakai untuk melaksanakan upacara Pawintenan adalah,
- Menjelang Penyineban. Adalah sebagai simbul untuk mohon keselamatan yang disebut Nyurud Hayu. Nyurud artinya memohon dan hayu artinya keselamatan. Bila diperhatikan dengan seksama dan dihayati secara mendalam, dimana setelah sekian hari lamanya Sang Hyang Widhi Wasa di puja dalam bentuk upacara dan upakara, maka pada saat menjelang penyineban sebagai symbol akan pelepasan antara yang dipuja dengan yang memuja, merupakan saat yang sangat baik untuk memohon keselamatan, sebagai perwujudan rasa subhakti atas pasuwecan Sang Hyang Widhi Wasa pada yang di winten.
- Purnama. Purnama adalah hari yang baik untuk melaksanakan upacara Pawintenan, karena pada saat ini manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Nya Bulan, akan memancarkan sinarnya yang paling terang untuk menerangi hati manusia yang memohon anugerahnya. Maka itu, Pawintenan pada saat ini bertujuan supaya pembersihan dan penyucian terhadap dirinya benar-benar bersih dan terang seperti sinarnya bulan Purnama
- Saraswati. Merupakan hari turunnya Ilmu Pengetahuan Suci. Maka itu, bagi yang melaksanakan Pawintenan pada hari ini diharapkan akan memudahkan untuk memperoleh dan mempelajari Ilmu Pengetahuan yang dapat dipakai untuk meningkatkan kebersihan dan kesucian diri dalam kehidupan.
Kesuksman Pawintenan Pemangku
Setiap pelaksanaan upacara dalam agama Hindu selalu mempunyai kesuksman atau tatwa. Pelaksanaan Upacara Pawintenan yang merupakan salah satu upacara manusa yadnya juga mengandung kesuksman, yaitu
- Pembersihan. Membersihkan dan mensucikan diri pribadi secara lahir dan batin
- Pemusatan. Untuk memusatkan dan menenangkan pikiran, sehingga dapat lebih terarah untuk memulai mempelajari ilmu pengetahuan
- Pengendalian. Dapat berpikir, berkata dan berbuat sesuai dengan ajaran Dharma atau dapat mengendalikan pikirannya untuk mematuhi petunjuk-petunjuk terhadap Dharma Agama.
- Pendakian. Melaksanakan sesuatu secara bertahap, artinya memulai sesuatu harus dari bawah sebelum mencapai puncak.
Brata Pawintenan Pemangku
Brata adalah tidak makan, tidak minum dan tidak tidur, yang diikuti dengan persembahyangan 3 kali sehari, yaitu saat matahari terbit, matahari tenggelam dan tengahing wengi (tengah malam). Brata Pawintenan adalah merupakan salah satu rangkaian upacara Pawintenan yang sangat penting karena mengandung kesuksman pengendalian diri. Sesuai dengan tingkatan Pawintenan, Brata Pawintenan ini ada tiga yaitu,
- Untuk Pawintenan Alit/Kecil. Untuk Pawintenan alit ini, Brata Pawintenannya minimal dilaksanakan selama 3 hari
- Tingkat Madia. Sedangkan Pawintenan tingkat Madya, Brata Pawintenannya dilaksanakan minimal selama 7 hari
- Tingkat Utama. Untuk tingkat Utama, maka Brata Pawintenannya dilaksanakan minimal selama 42 hari.