- 1Raja- Raja Bali Kuno
- 1.1Sri Kesari Warmadewa
- 1.2Shri Ugrasena
- 1.3Shri Tabanendra Warmadewa
- 1.4Jaya Singha Warmadewa
- 1.5Shri Djanusandhu Warmadewa
- 1.6Udayana Warmadewa Dan Gunapriya Dharmapatni
- 1.7Marakata
- 1.8Anak Wungsu
- 1.9Shri Suradhipa
- 1.10Shri Jaya Pangus
- 2Raja-raja (Adipati) di Bali
- 2.1Sri Kresna Kepakisan
- 2.1.1Pengangkatan Dinasti Sri Kresna Kepakisan
- 2.1.2Sistem Pemerintahan
- 2.1.3Kehidupan beragama dan Seni Budaya
- 2.1.4Akhir Pemerintahan
- 2.1Dalem Sri Agra Samprangan
- 2.1.1Peristiwa Penting Dalam Masa Pemerintahan
- 2.1.2Kehancuran Puri Tarukan
- 2.1.2.1Desa Taro
- 2.1.2.2Desa Tampuwagan
- 2.1.2.3Desa Pantunan
- 2.1.2.4Pedukuhan Bunga
- 2.1Ida Dalem Ketut Ngulesir
- 2.1Ide Bethara Dalem Tarukan
- 3Para Arya (Ksatria ) di Bali
- 3.1Arya Belog (Arya Pudak)
- 3.2Arya Kenceng
- 3.1Arya Wang Bang Pinatih
- 3.1.1Isi Prasasti Wangbang Pinatih
- 3.1.1Babad Arya Wang Bang Pinatih
Ide Bethara Dalem Tarukan
Sanghyang Pasupati berputra :
- Bhatara Hyang Gnijaya.
- Bhatara Hyang Putranjaya
- Bhatari Dewi Danuh
- Bhatara Hyang Tugu
- Bhatara Hyang Manikgalang
- Bhatara Hyang Manikgumawang
- Bhatara Hyang Tumuwuh
- Bhatara Hyang Gnijaya berputra Mpu Withadharma (Sri Mahadewa). Mpu Withadharma berputra : Mpu Bhajrasattwa (Mpu Wiradharma) dan Mpu Dwijendra (Mpu Rajakretha).
- Mpu Bhajrasattwa berputra : Mpu Tanuhun (Mpu Lampita). Mpu Tanuhun berputra : Mpu Gnijaya, Mpu Sumeru (Mpu Mahameru), Mpu Ghana, Mpu Kuturan (Mpu Rajakretha) dan Mpu Bharadah (Mpu Pradah).
- Mpu Bharadah berputra : Mpu Siwagandu, Ni Dyah Widawati dan Mpu Bahula.
- Mpu Bahula berputra : Mpu Tantular (Mpu Wiranatha), Ni Dewi Dwararika, Ni Dewi Adnyani, Ni Dewi Amerthajiwa dan Ni Dewi Amerthamanggali.
- Mpu Tantular berputra : Danghyang Kepakisan, Danghyang Smaranatha, Danghyang Sidhimantra, Danghyang Panawasikan.
- Danghyang Kepakisan berputra : Sri Soma Kepakisan.
- Sri Soma Kepakisan berputra : Sri Juru (Dalem Blambangan), Sri Bhima Sakti (Dalem Pasuruan), Sri Kepakisan (Dalem Sumbawa) dan Sri Kresna Kepakisan (Dalem Bali).
- Sri Kresna Kepakisan berputra : Dalem Samprangan, Dalem Tarukan, Dewa Ayu Wana, Dalem Sri Smara Kepakisan dan Dewa Tegal Besung.
- Mpu Tanuhun (Mpu Lampita) berputra lima, yaitu Mpu Gnijaya, Mpu Sumeru, Mpu Ghana, Mpu Kuturan, dan Mpu Bharadah. Kelimanya disebut Panca Tirta.
- Mpu Gnijaya menurunkan Sapta Rsi, yaitu: Mpu Ketek, Mpu Kananda, Mpu Wiradnyana, Mpu Withadharma, Mpu Ragarunting, Mpu Preteka, dan Mpu Dangka.
Beliau bertujuh selanjutnya, lama-kelamaan menurunkan Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi. Saudara bungsu Mpu Gnijaya yaitu Mpu Bharadah lama-kelamaan menurunkan Para Gotra Sentana Dalem Tarukan atau dikenal sebagai warga Pulasari.
Adanya tali kekeluargaan seperti itulah yang disadari oleh warga Pasek di pegunungan di saat beliau-beliau membantu dan menyelamatkan Ide Bethara Dalem Tarukan di pengungsian sebagaimana telah diuraikan di muka. Patutlah warga Pulasari berhutang budi kepada warga Pasek.
Kesadaran ini pula yang mungkin mendasari ide pembangunan Pura Pusat Pulasari berdampingan dengan Pura Pasek. Di Bali gelar “Pasek” yang berasal dari perkataan “Pacek” (= paku) pertama kali digunakan oleh Arya Kepasekan, yaitu putra Mpu Ketek yang termasuk kelompok Sapta Rsi.
Ada juga warga Pasek yang di luar kelompok Sapta Rsi, yaitu keturunan dari Mpu Sumeru yang berputra Mpu Kamareka, selanjutnya menurunkan warga Pasek Kayu Selem, Pasek Celagi, Pasek Tarunyan, dan Pasek Kayuan.
Beliau-beliau juga sangat besar jasanya menyelamatkan Ide Bethara Dalem Tarukan.
Kesimpulannya bahwa gelar: Kepakisan, Paku, Pasek bermakna dan berderajat sama yaitu sebagai fungsi kekuasaan atau pemimpin di suatu wilayah tertentu atau pemimpin suatu penugasan/jabatan tertentu yang didelegasikan oleh Dalem (Kaisar = Maha Raja, atau Raja)
- Tidak merabas pohon atau memakan buah: Jawa, Jali.
- Tidak mengurung, membunuh, atau memakan daging burung Puyuh dan Perkutut.
- Tidak memakan beras mentah.
- Mayat yang dikubur atau dibakar kepalanya di arah Barat.
- Tidak memelihara dan memakan daging Manjangan.
- Tidak menerima sebutan/ucapan: “cai” dan “cokor I Dewa”
- Boleh menerima sebutan/ucapan: “Jero”, “Ratu”, “Gusti”
- Upacara pelebon boleh menggunakan: Sebagaimana layaknya seorang Raja, Pemereman Padma Terawang, Pemereman Bade Tumpang Pitu, Benusa, Tumpang salu dari bambu “ampel” kuning, Ulon, Jempana, Rurub Kajang Pulasari, Daun Pisang Kaikik, Bale Gumi berundak tujuh, Bale Silunglung, Damar kurung, Upacara ngaskara lengkap.
- Tidak membuang atau menyia-nyiakan makanan, minuman dan uang.
Beliau memerintah secara sah sampai tahun 1383 M atau 1305 isaka, kemudian beliau digantikan oleh adiknya yaitu: Dalem Ketut Ngulesir, bergelar Dalem Sri Semara Kepakisan, memerintah sejak tahun 1383 M atau 1305 isaka sampai tahun 1460 M atau 1382 isaka. Ibu kota Kerajaan dipindahkan dari Samprangan ke Gelgel yang diberi nama baru: Sweca Pura.
Menurut sumber tradisional di Bali diceritakan Airlangga seorang putra Bali keturunan Warmadewa yang diangkat menjadi menantu oleh Raja Dharmawangsa di kerajaan Daha di Jawa Timur. Airlangga mempunyai tiga orang putra yaitu seorang putri dan dua orang laki-laki, masing-masing bernama Sri Jayabaya dan Sri Jayasabha. Sedangkan Sri Jayasabha menurunkan Siarya Kadiri dan Sri Arya Kadiri berputra Sirarya Kapakisan yang menyertai kepergian Dalem ke Bali.