Tutur Atma Prasangsa


Kalau Sang Hyang Betari berada di telaga dan di pancoran Dewi Gayatri nama Sang Hyang Betari, jikalau Sang Hyang Betari berada di sungai yang besar dan dalam (tukad) Dewi Gangga nama Sang Hyang Betari. Jika berstana di pura sawah (ulun carik) Betari Sri nama Sang Hyang Betari semua anugrah Sang Hyang Betari sangat besar bagi kehidupan umat manusia, saat ini terimalah sembah bakti hamba dan sesajen yang telah disiapkan oleh sanak saudara hamba semoga Sang Hyang Betari dapat menerima dan memaklumi segala kekurangannya “

Sang Hyang Betari Durga berkata “wahai engkau atma suci yang telah mendalami ajaran kemoksan sekarang silakan lanjutkan perjalananmu menuju swarga loka semoga mendapatkan swarga bhuana yang sangat baik, semoga kamu tegar dalam perjalanan karena dalam perjalanan nanti kamu akan melewati banyak rintangan dimana akan melewati goa, gunung dan hutan yang angker, “

Setelah selesai menerima pesan dari Sang Hyang Betari Durga dan menghaturkan sembah untuk berpamitan akhirnya sang atma melanjutkan perjalanan keluar dari candi bentar yang ada di pura dalem menuju arah timur laut ( kaja kangin / airsenia ) sepanjang jalan yang dilalui oleh sang atma terlihat pemandangan yang indah mempesona, banyak sekali bunga yang sedang berbunga disana sini serta berwarna warni dengan bau yang harum semerbak hal tersebut dikarenakan pada saat itu adalah musim semi dimana semua tanaman dan bunga sedang berbunga dan berbuah, burung – burung bersuara merdu bagaikan musik dari kayangan

Diceritakan sang atma sudah sampai di sebuah sungai yang sangat besar (tukad ageng) dimana airnya sangat jernih, dipinggir sungai tersebut ada sebuah batu kali yang bentuknya pipih serta dipayungi oleh pahon cempaka yang sangat rindang, sang atma duduk di batu tersebut sambil melihat kearah seberang sungai yang sangat jauh, melihat air yang sangat jernih dan sejuk timbul keinginan sang atma untuk mandi di sungai tersebut, namun ketika sang atma akan melanjutkan niatnya tersebut tiba – tiba muncul seekor buaya yang sangat besar mendekati sang atma dan siap untuk menggigit serta memangsa sang atma.

Untuk menghindari sang buaya sang atma naik kembali ke atas batu sambil melihat mata sang buaya yang ada di depannya, sang atma berkata “uduh dewa (wahai engkau) sang jugul ageng (sang buaya besar), jangan engkau mengelak karena aku sudah mengetahui siapa engkau sebenarnya, engkau adalah adikku yang lahir dari satu rahim ibu, waktu itu engkau dan aku lahir bersamaan tidak lain engkau adalah ari – ari.

Wahai sang jugul ageng (buaya besar) engkau dan aku bersaudara untuk itu sebaikan antar aku menyebrangi sungai ini supaya lebih cepat aku bisa menyelesaikan perjalanan ini, siapa lagi selain idewa (engkau) yang pantas menolong aku “ mendengan penjelasan sang atma, sang buaya sadar dan menangis seraya berkata” uduh kakak sang atma mohon ampun atas kesalahan hamba, silakan naik ke punggungku akan ku antar kakak sampai di tepi sungai besar ini “ setelah sampai ketepian sang atma menyampaikan terima kasih kepada sang buaya dan melanjutkan perjalanannya menuju arah semula timur laut (kaja kangin / airsenia).

Sang atma sekarang telah tiba di tepi hutan rimba yang sangat mengerikan, ketika sang atma hendak masuk ke hutan tersebut sang atma merasa terkejut melihat semua hewan lari tunggang langgang, burung – burung yang ada di dahan pohon semuanya terbang ke angkasa semua hewan mencari tempat persembunyian, terdengar dari hutan tersebut suara yang menyerupai auman macan menuju ke arah sang atma, setelah menunggu beberapa saat muncul raksasa perempuan yang sangat besar menutup jalan sang atma raksasa tersebut besar bentuknya bulat tidak memiliki tubuh, matanya besar dan melotot, taringnya yang terlihat sangat besar dan tajam, ketika sang raksasi itu berteriak maka seperti suara gemuruh yang menggoncangkan ibu pertiwi. Raksasa tersebut tidak memili badan dan hanya kepala saja yang sangat besar (raksasi ulu).

Tanpa rasa takut sang atma mendekati raksasi ulu tersebut sampil berkata dengan sangat halus, “ ibu terimalah sembah bakti hamba, hamba tidak ada lain adalah anakmu engkau lahirkan dahulu, hamba mengerti penjelmaan MU ini adalah salah satu kesaktian dari rahim yang ada dalam tubuhmu, ijinkan hamba lewat untuk menuju tempat yang harus hamba tuju “ sang raksasi ulu menjawab “ wahai engkau anakku sang atma suci, engkau sangat paham dengan aji kemoksan ( ajaran moksa ) dan sangat tekun dan taat kepada ajaran agama untuk itu ibu sangat mendoakan perjalananmu semoga kamu tidak menemui rintangan sang sulit dan semoga kamu mendapat tempat yang utama nantinya, aku akan membuatkanmu jalan melewati daerah kekuasaanku “ setelah selesai menerima sembah bakti dari sang atma raksasi tersebut berbalik dan bergelinding membuatkan jalan untuk sang atma karena kesaktian sang raksasi apapun yang tersentuh olehnya hancur berantakan.

Sang atma melanjutkan perjalanan setelah menghaturkan terima kasih kepada sang raksasi ulu, didepan terlihat pegunungan yang cukup sulit untuk dilewati di sebuah lembah sang atma kembali bertemu dengan macan yang sangat galak dan mengerikan, sambil mengeluarkan suara yang menyayat sang macan bersiap untuk menerkam sang atma, sang atma berhenti sambil berkata dengan lembah lembut “ uduh idewa ( wahai engkau ) sang macan mungkin engkau belum mengetahui siapa aku sebenarnya, aku tiada lain adalah soudaramu di kehidupan yang lalu, sewaktu didalam kandungan wujudmu adalah darah, setelah waktunya untuk lahir engkau dan aku secara bersamaan lahir dari rahim sang ibu, kelahiran kita secara bersamaan pada saat kehidupan di dunia “

Setelah mendengan perkataan sang atma ssang macan mengerti dan menunduk sambil meninggalkan sang atma yang sedang berdiri, sang atma melanjutkan perjalanannya setelah melewati lebmah tersebut sang atma kembali melihat hutan dimana di hutan tersebut penuh dengan pohon bunga yang sedang berbunga, bau semerbak wangi dari bunga – bunga yang sedang mekar tersebut membuat sang atma terkagum – kagum, disisi lain burung dan hewan lainnya bernyani riang seperti musik yang menyambut kehadiaran sang atma, sambil berlompat kesana kemari binatang – binatang yang ada di hutan tersebut seperti menari – nari melihat kehadiran sang atma tidak bisa diceritakan keindahan yang ada di tempat tersebut.

Sang atma melihat seekor anjing besar berwarna hitam pekat menghampiri sang atma seraya duduk didepan sang atma, sang atma yang betul – betul sudah mempelajari ajaran agama dengan baik dan menerapkannya samasa hidupnya berkata dengan lembut “ uduh asu selem idewa ( wahai sanga ajing hitam engkau ), aku tiada lain adalah kakakmu dikehidupan yang lalu dimana pada saat di dalam kandungan sang ibu engkau berwujud air ketuban ( yeh nyom ) engkau adalah adikku dalam kehidupan yang lalu dimana kita bersama – sama lahir kedunia “ . mendengan perkataan sang atma tersebut sang anjing hitam tersebut menunduk sambil menjilat sang atma, terasa kesedihan dalam diri sang anjing, sambil berdoa dalam hati sang anjing melepas kerinduannya kepada sang atma, selanjutnya sang anjing meninggalkan sang atma.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga