Siklus Hidup Manusia Hindu, Berdasarkan Lontar Tutur Rare Angon


Lontar Tutur Rare Angon merupakan Lontar yang berisikan bagaimana perjalanan Manusia dari semenjak dibuat (Sperma & Sel Telur) sampai manusia tersebut meninggal dunia, beserta upacara-upacara yang biasa dilaksanakan baik dari semenjak masih dalam kandungan sampai upacara disaat Manusia sudah meninggal dunia.

Manusia Hindu-Bali meyakini bahwa dirinya diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan) sebagai makhluk yang paling utama dengan memiliki tiga unsur yaitu Tri Pramana yang terdiri dari Sabda, Bayu dan Idep. Siklus kehidupan yang dilalui manusia Hindu-Bali ini sering disebut dengan Catur Asrama (empat lapangan hidup) yang terdiri dari brahmacari, grhasta, wanaprastha dan bhiksuka. Salah satu konsepsi Catur Asrama yang menjadi budaya hidup Hindu Bali adalah yang terdapat dalam Tutur Rare Angon. Catur Asrama dalam Tutur Rare Angon tidaklah sebatas produk agama yang tertuang dalam sastra Hindu saja, akan tetapi menjadi icon siklus hidup manusia Hindu Bali yang tidak dapat terlepas dalam aplikasi kehidupannya sehari-hari.

Dalam Tutur Rare Angon yang membuktikan sebuah siklus kehidupan (budaya hidup) manusia Hindu-Bali berupa Brahmacari Asrama yang mesti dilalui oleh anak manusia Hindu-Bali dalam kehidupannya dengan internalisasi ilmu pengetahuan. Masa Brahmacari Asrama pada Tutur Rare Angon dinyatakan dimulai setelah gigi anak tanggal anak mulai dilekati budi Sattwam, Rajas dan Tamas, Selanjutnya, berproses ketika anak remaja mulai mengalami mestruasi dan berumur 16 tahun.

Rentangan umur yang diungkap oleh Tutur Rare Angon di atas, merupakan usia anak manusia Hindu-Bali yang sedang aktif untuk mengetahui, beradaptasi dan belajar berbagai hal, walaupun sejatinya proses pendidikan dan pengajaran anak manusia bersiklus sepanjang hidupnya dari ia lahir sampai meninggal nanti yang populer dikenal dengan long life education.

Terjemahan Lontar Rare Angon

Inilah merupakan uraian dari Tatwa Rare Angon, agar selalu diingat, oleh karena kita sebagai manusia di dunia ini, yang dipertemukan sesama rare angon dengan rare cili (manusia lelaki dengan perem- puan), dan juga perihal pradana purusa (unsur laki dan wanita = unsur abadi dan berubah-ubah), yang menjadi asal mula sang rare angon mempertemukan asmara, dari pertemuan – itu lalu timbul kama petak, sedangkan i rare cili menimbulkan kama bang, yakni timbulnya sperma dan sel telur. Maka membaurlah kama bang (sel telur), dengan kama petak (sperma), kemudian berada di dalam kundha cecupu manik, itulah yang bergelar “Sang Hyang Amreta Sabuana”, yang menyebabkan melahirkan anak pada malam hari. Itulah sebabnya jabang bayi bertempat tinggal di dalam perut sang ibu.

Sekarang akan dijelaskan kepada sang rare angon perihal pengetahuan tentang sang rare angon (manusia). Setelah sebulan lamanya berada dalam kandungan, jabang bayi itu bernama : Sang Hyang Manik Kama Gumuh. Setelah dua bulan bernama: Sang Hyang Manik Kama Bhusana. Tiga bulan di dalam kandungan sang ibu, bernama: Sang Hyang Manik Tigawarna. Empat bulan berada dalam kandungan ibu, namanya : Sang Hyang Manik Srigadhing. Kemudian sudah selama lima bulan berada dalam kandungan ibu, bernama : Sang Hyang Manik Kembang warna.

Enam bulan dalam kandungan, bernama:Sang Hyang Manik Kutalengis. Setelah tujuh bulan, namanya : Sang Hyang Manik Wimbasamaya. Selanjutnya sesudah selama delapan bulan sang jabang bayi dalam kandungan, bernama: Sang Hyang Waringin Sungsang. Setelah sembilan bulan, bernama: Sang Hyang Tungtung Bwana. Demikianlah keterangan tentang si jabang bayi, selama masih berada dalam kandungan sang ibu, menurut isi: AJI TATWA RARE ANGON

Demikian tentang kelahiran seseorang bocah, Itu Sang Hyang Kawaspadana, ketika menginjak bumi (lahir dari kandungan sang ibu), bernama: Sang Hyang Prana Bwanakosa. Ketika baru dilepas ari-arinya, bernama : Sang Hyang Nagangelak. Ketika baru digerakan arah berdiri, baru diambil dari tempat dimana bocah itu lahir, bernama : Sang Hyang Sarining. Ketika disusukan (diberi air susu sang ibu), bocah itu disebut : Sang Hyang Nagagombang. Ketika dibusanai (busana bocah), disebut : Sang Hyang Malengis. Ketika diupacarai yang namanya upacara sasuwuk, bocah itu bernama : Sang Hyang Tutur bwana.

Ketika ditimang – timang, disebut : Sang Hyang Windhusaka. Bilamana disusukan (minum air susu ibunya), bocah itu disebut: Sang Hyang Bhuta Prana Sakti. Ketika ditimang – timang selanjutnya, disebut dengan: Sang Hyang Anantaboga. Ketika disapa (dipanggil) bayi itu, disebut: Sang Hyang Kakarsana. Ketika melirik, disebut dengan : Sang Hyang Menget. Ketika diumumkan (nama bocah tersebut), disebut dengan: Sang Hyang Nagasesa. Ketika bocah itu mampu menggerakan tubuhnya (memiringkan badan), disebut; Sang Hyang Bhayumiri. Ketika sang bocah sudah bisa duduk, disebut dengan: Sang Hyang Gana. Ketika sang bocah sudah mampu berdiri, sudah mampu berpegangan sendiri, disebut dengan: Sang Hyang Tala.

Ketika baru bisa melangkahkan kaki (berjalan), disebut dengan: Sang Hyang Bhuta Gelis. Sejak mulai pasih memanggil ibu dan bapak, dinamai: Sang Hyang Tuturmenget. Setelah mampu menyapa, dinamakan : Sang Hyang Ajalila. Setelah/ semenjak mampu berpakaian, disebut : Sang Hyang Kumara. Sejak mahir bertanya dan menjawab, bernama : Sang Hyang Jatiwarna. Setelah memasuki usia akil balig, namanya: Sang Hyang Twas.

Ketika mulai belajar aksara /ilmu pengetahuan, disebut : Sang Hyang Tatwadnyana. Ketika sudah mahir melaksanakan yoga semadi, mahir akan isi weda, disebut: Sang Hyang Mahawidya. Demikianlah uraian tentang filsafat manusia, sesuai.dengan isi : Aji Tatwa Hampyalwadhi.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

HALAMAN TERKAIT
Baca Juga