Di pulau Bali, Lontar adalah sebagai salah satu Sastra dari daun-daun pohon siwalan yang sudah tua. Lontar dengan segala isinya merupakan salah satu warisan kekayaan rohani orang Bali yang memiliki arti yang sangat penting dan strategis. Sastra / Lontar-lontar di Bali, secara kualitatif maupun kuantitatif memiliki nilai yang sangat berharga.
Pembagian kepustakaan lontar Bali lebih disistematiskan menjadi :
- Weda (weda, mantra, kalpasastra);
- Agama (palakerta, sasana, niti);
- Wariga (wariga, tutur, kanda, usada);
- Itihasa (parwa, kakawin, kidung, geguritan);
- Babad (Pamancangah, usana, uwug), dan
- Tantri (tantri, satua).
Pada artikel ini akan sedikit mengungkapkan dari salah satu Lontar yang dalam kategori Trantra dan saya spesifikan isinya khusus pada bagian Pangleakan. Sebagai refrensi tentang lontar pengleakan diantaranya; “Lontar Tantra Bhairawa, Kanda Pat dan Siwa Tantra”.
Istilah Tantrayana berasal dari akar kata Tan = yang artinya memaparkan kesaktian atau kekuatan daripada Dewa itu. Di India penganut Tantrisme lebih banyak terdapat di India Selatan dibandingkan dengan India Utara.
Kitab kitab yang memuat ajaran Tantrayana banyak sekali kurang lebih ada 64 macam antara lain : Maha Nirwana Tantra, Kularnawa Tantra, Tantra Bidhana, Yoginirdaya Tantra, Tantra sara, dsb.
Dari Tantrisme munculah suatu faham “BHIRAWA” yang artinya hebat.
Paham Bhirawa secara khusus memuja kehebatan daripada sakti, dengan cara cara yang spesifik. Bhairawa inipun sampai berkembang ke Cina Tibet, dan Indonesia.
Di Indonesia masuknya saktiisme, Tantrisma dan Bhairawa, dimulai sejak abad ke VII melalui kerajan Sriwijaya di Sumatra, sebagaimana diberikan pesaksian oleh prasasti Palembang tahun 684, berasal dari India selatan dan tibet.
Perkembangan Saktiisme di Bali juga menjurus dua aliran mistik yaitu “PENGIWE & PENENGEN”
Dari Pengiwa munculah pengetahuan tentang “LEYAK”.
- DESTI = Serana,
- TELUH = cetik
- TARANJANA = yang bisa terbang dan
- WEGIG = bebeki.
Dari Penengen muncullah pengetahuan tentang “KEWISESAN” dan “PRAGOLAN” = mantra.
Pengiwa berasal dari sistem “Niwerti” dalam doktrin Bhairawa, sedangkan penengen berasal dari sistem “Prawerti” dalam doktrin Bhairawa.
Selain itu beberapa formula dalam Atharwa Weda mengilhami mistik ini. Adapun kitab kitab Tantrayana di Indonesia antara lain: TANTRA WAJRA DHASUBUTHI CANDARA BHAIRAWA dan SEMARA TANTRA
Pada Jaman Raja Udayana yang berkuasa di Bali pada abab ke 16, saat I Gede Basur masih hidup yaitu pernah menulis buku lontar Pengeleakan dua buah yaitu “Lontar Durga Bhairawi” dan “Lontar Ratuning Kawisesan”. Lontar ini memuat tentang tehnik-tehnik Ngereh Leak Desti.
Lontar ini memuat tentang tehnik-tehnik Ngereh Leak Desti. Ngereh artinya proses perubahan wujud dari manusia menjadi Leak. Leak adalah wujud siluman jahat (setan). Desti adalah perwujudan binatang siluman manusia dalam bentuk binatang yang aneh dan seram.
Adapun Tehnik Ngereh Leak Desti tersebut adalah sebagai berikut : Tatwa, Etika, Upakara. Jadi walaupun menjalankan ilmu pengeleakan mereka tetap melaksanakan tiga hal tersebut.