Lontar Leak Bali dan Jenis Pengleakan


Proses Belajar Nge-Leak

Sebelum seorang belajar ilmu leak terlebih dahulu harus diketahui otonan orang tersebut (hari lahir versi Bali) hal ini sangat penting, karena kwalitas dari ilmu yang dianut bisa di ketahui dari otonanya, sang guru harus hati-hati memberikan pelajaran ini kalau tidak murid akan celaka oleh ilmu tersebut. Setelah diketahui barulah proses belajar di mulai, pertama-tama murid harus mewinten Brahma widya, dalam bahasa lontar “Ngerangsukan Kawisesan”, dan hari baik pun tentunya dipilih oleh sang guru.

Tahap dasar murid diperkenalkan dengan Aksara Wayah atau Modre. Selajutnya murid di “Rajah” (ditulis secara spiritual) seluruh tubuh oleh sang guru, hal ini di lakukan di Kuburan pada saat kajeng kliwon nyitan.

Adapun tingkat pelajarannya adalah:

  • Tingkat satu kita diajari bagaimana mengendalikan pernafasan, di bali dan bahasa lontar di sebut “Mekek Angkihan” atau Pranayama.
  • Tingkat dua kita diajarkan Visualisasi, dalam ajaran ini disebut “Ninggalin Sang Hyang Menget”
  • Tingkat tiga kita diajar bagaimana kita melindungi diri dengan tingkah laku yang halus serta tanpa emosi dan dendam, di ajaran ini di sebut “Pengraksa Jiwa”.
  • Tingkat empat kita di ajar kombinasi antara gerak pikiran dengan gerak tubuh, dalam bahasa yoga disebut Mudra. mudra ini berupa tarian jiwa akhirnya orang yang melihat atau yang nonton di bilang “Nengkleng” (berdiri dengan kaki satu). Mudra yang kita pelajari persis seperti tarian siwa nata raja. Tingkat empat barulah kita diajar Meditasi, dalam ajaran pengeleakan disebut “Ngeregep”, yaitu duduk bersila tangan disilangkan di depan dada sambil mengatur pernafasan sehingga pikiran kita tenang atau “Ngereh” dan “Ngelekas”.
  • Tingakat lima kita di ajarkan bagaimana melepas roh ( Mulih Sang Hyang Atma ring Bayu, Sabda lan Idep) melalui kekluatan pikiran dan batin dalam bahasa sekarang disebut Levitasi, berada di luar badan. Pada saat levitasi kita memang melihat badan kita terbujur kaku tanpa daya namun kesadaran kita sudah pindah ke badan halus, dan di sinilah orang disebut berhasil dalam ilmu leak tersebut, namun.. ini cukup berbahaya kalau tidak waspada dan kuat iman serta mental kita akan keliru, bahkan kita bisa tersesat di alam gaib. Makanya kalau sampai tersesat dan lama bisa mati, ini disebut “mati suri”, maka Bhagawadgita benar sekali, (apapun yang kamu ingat pada saat kematian ke sanalah kamu sampai… dan apapun yang kamu pikirkan begitulah jadinya)

Tentu dalam pelajaran2 ini sudah pasti dibutuhkan ketekunan, puasa, berbuat baik, sebab ilmu ini tidak akan berhasil bilamana dalam pikiran menyimpan perasaan dendam, apalagi kita belajar ilmu ini untuk tujuan tidak baik saya yakin tidak akan mencapai tujuannya.

Dalam dunia leak sama seperti perkumpulan spiritual, pada hari-hari tertentu pada umumnya KAJENG KLIWON, kaum leak mengadakan “puja bakti” bersama memuja SIWA, DURGA, BERAWI, biasanya di pura dalem atau di Kuburan (pura Prajapti) dalam bentuk NDIHAN, bukan kera, anjing, dan lain-lain.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Buku Terkait
Baca Juga