Tutur Atma Prasangsa


Setelah itu sang atma kembali melanjutkan perjalanannya tidak diceritakan jalan yang ditempuh, sampai sang atma sangat lelah dan dahaga, timbul niat sang atma untuk berhenti melepas lelah di sebuah pancuran yang ada didepannya, setelah tiba di pancuran tersebut sang atma duduk disebuah batu yang ada disana. Tanpa disadari oleh sang atma ada sekelompok bebutan ( sejenis raksasa ) melesat menghampiri sang atma sambil mengepungnya, sambil bersorak gembira bebutan tersebut mengepung sang atma bersiap untuk memangsanya, dengan mengeluarkan senjata masing – masing para bebutan tersebut bersiap untuk mengoyak dan menikam sang atma .

Sang atma berkata dengan sangat halus kepada kelompok bebutan tersebut “ uduh idewa sang bebuthan sami, kalau memang boleh jangan marah dengan keberadaan hamba disini, engkau sang bhawal, sang badpamiad dan seterusnya ……… , engkau dan hamba adalah sama, aku sudah menjadi atma sudah berada di alam niskala ( dialam lain ), lebih baik engkau ke mercepada ( dunia ) disana keluaga hamba telah mempersiapkan sesajen yang berhak untuk kalian nikmati, idewa sang bhuta badmoti segehan bubuh dagianmu, idewa sang bhuta mrajasela sekar ura punyamu, merupa bubur pirata sang bhuta bhawal punyamu dan seterusnya ………….” Setelah mendengan perkataan sang atma suci kelompok bebhutan tersebut segera menghilang dari tempat tersebut.

Diceritakan sang atma sudah sampai di simpang tiga ( marga tiga ), sang atma bermaksud untuk berhenti sejenak untuk beristirahat namun belum sempat sang atma untuk duduk tiba – tiba terdegar suara gemuruh yang sangat keras angin bertiup sangat kencang semua hewan berlarian seperti ketakutan, namun sang atma tetap tegar menunggu apa yang akan datang, secara tiba – tiba muncul empat kala ( sejenis raksasa ) didepan sang atma rambutnya merah dan kusut, sambil setengah menari ke-empat kala tersebut secara bersamaan tertawa, suaranya sangat keras menyerupai gemuruh guntur dan kilat, keempat kala tersebut berkata “ ini ada atma disini tampaknya sangat enak untuk dimangsa “ mendengar perkataan keempat kala tersebut sang atma menghaturkan sembah sambil berkata dengan lembut “ uduh beli ( wahai kakakku ) sang Jogormanik, sang Suratma, sang Maha kala adikku, begitu juga sang Doro kala, hamba mohon engkau tidak menghlangi perjalanan hamba karena engkau berempat dan aku tidak ada lain dan tiada bukan adalah bersaudara, ketika engkau kecil sang angga pati yang pertama sang prajepati yang kedua sang banas pati yang ketiga dan yang keempat sang banaspati raja , didalam tubuh engkau juga memiliki tempat seperti sang prajapati engkau di hati tempatmu dan seterusnya …………….. begitulah keberadaan kalian semuanya, lebih baik kalian berempat kerumah hamba di mercapada ( bumi ) disana telah disiapkan saji darpana agung silakan dinikmati di sana. Selanjutnya ijinkan saya melanjutkan perjalanan”.

Keempat kala tersebut berkata “ inggih sang atma suci silakan melanjutkan perjalanan semoga engkau memperoleh sorga yang utama” selanjutnya dicerikan sang atma dan sang kala berpissah, sang atma melanjutkan perjalanannya menuju timur laut ( kaja kangin / airsenia ), setelah melewati beberapa rintanggan akhirnya sang atma tiba disebuah taman yang sangat indah dan semerbak wangi dari kembang yang tumbuh di sekitar taman tersebut airnya sangat suci dan dingin taman tersebut bernama Pancaka Tirta, sang atma mandi ditaman tersebut untuk mensucikan dirinya karena taman tersebut adalah anugrah Ida Sang Hyang Wisnu untuk mensucikan atma yang bendak menuju sorga.

Ketika sang atma sedang mandi berita tentang kedatangan sang atma sudah tiba di swarga selanjutnya para dewa – dewi, bidadari mempersiapkan penyambutan, dengan diiringi suara musik yang sendu rombongan penyambut tersebut menuju tempat Pancaka Tirta tempat sang atma mensucikan diri.

Diceritakan kembali sang atma yang telah selesai mandi berteduh disebuah pohon untuk melepas lelah sambil menikmati pemandangan, terdengan suara sayup – sayup musik yang sangat indah dari kejauhan dengan diiringi bau harum yang semerbak, sang atma duduk bersila sambil menunggu kedatangan suara tersebut, setelah rombongan penjemput tersebut tiba sang atma menghaturkan sembah bakti kepada para dewa yang mendekatinya.

Salah satu dari para dewa tersebut berkata “uduh dewa (wahai engkau) sang atma engkau sangat taat, suci dan uttama kami semua datang untuk menjemput kedatangan mu menuju sorga, kamu pantas untuk mendapatkan sorga yang utama, yang akan kamu peroleh adalah rumah yang terbuat dari emas yang terbaik”

Sang atma menghaturkan sembah seraya berkata “sembah sujud hamba kehadapat para dewata semua hamba mohon jangan melebih – lebihkan hamba sebenarnya hamba tidak mengetahui apa – apa, hamba mohon ampun jika perkataan hamba ada yang salah “

Dewa tersebut berkata “itu memang benar dalam kehidupanmu di dunia kamu telah sangat tulus dalam berbuat baik kepada dewa, manusia, dan alam, menjalankan apa yang menjadi tugasmu tanpa pambrih, tidak tergoda dan selalu menghaturkan sesajen walaupun sekedar canang dan dupa, walaupun hanya dengan doa, yang penting adalah ketulusan. Ingat dengan leluhur, beryadnya semampunya, nah sekarang naiklah ke joli emas itu kita lanjutkan perjalanan menuju sorga “

Setelah mendengan perkataan dewa tersebut sang atma tidak berani membantah dan naik keatas joli emas yang sangat indah dihiasi dengan manik dan batu permat, diceritakan rombongan tesebut telah tiba di pintu gerbang menuju sorga didepan pintu gerbang tersebut terdapat sebuah balai (bangunan) yang sangat indah dihiasi emas dan permata, di tempat tersebut telah menunggu Rsi sorgawi untuk menyucikan sang atma. Upacara penyucian untuk sang atma digelar dengan sangat khusuk, setelah upacara tersebut selesai sang atma diantar menuju sorga dan tempat yang terlah ditentukan, di tempat tersebut sang atma bertemu dengan orang tua dan sanak saudaranya yang telah terlebih dahulu menempuh perjalanan tersebut, sambil menangis keluarga tersebut melepas kerinduannya.

Tidak diceritakan berapa lama sang atma berada di tempat tersebut sampai akhirnya semua atma dijemput menuju Siwa Loka, tempat bersatunya Atma dengan Parama-Atma atau Jiva dengan Brahman.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga