Terjemahan Tutur Bhagawan Kamandaka
1b. Awighnamastu. Bhagawan Kamandaka sira warahing sisyanira, Sanghyang raja niti warah ninghulun, i ri kita, ndan tembe hulun amaraha ri kita, Bhatara stuti rumuhun, marapwan amanggih mwang dhlrgha yusa. Mapa kadruwyan Bhatara matangyan kastutin sira, himra tekeng prabhawa nira Bhatara makarmma sang prabhu, ya matangyan kabhaktyanana sira, mwang bhawa nira ta swanta, matangyan angde sukha, iti Aji Kamandaka, ya pajarakna, i sanghulun kabeh.
Mwah pawarah ninghulun ri rahadyan sanghulun, ikang aji tantra manya janma, sang prabhu maka drwya aji kamandaka yan ahyun awisesli sapramanli, mapan kawijangan de sang prabhu, phalanya ginawayaken. Apa matangyan sang prabhu yogya drwya ikan aji kamandaka, sira wikagumayakna wrddhining praja, kadyangganging Sanghyang Candra Umrddhyakeningamartha, mwang Sangkaning ambek nikang sarat.
1b. Semoga tidak ada halangan, Bhagawan Kamandaka mengajarkan beliau, “Sanghyang Aji (ilmu pengetahuan) yang saya ajarkan kepadamu. Sebelumnya hendaklah dikau memuja dewata terlebih dahulu, sehingga menemui keselamatan (panjang umur). Mengapa kita tidak memuja Nya, karena kita menginginkan semoga menyusup clan berkembanglah kewibawaan beliau dalam diri kita. ltulah sebabnya beliau kita puja, sehingga kita menemui kebahagiaan. Ini adalah Aji Kamandaka, yang akan saya kepadamu semua. Dan ajaranku kepadamu, yang disebut Aji Tantra sang raja (pemimpin) lah yang mestinya melaksanakan Ali Kamanda, karena ia adalah penyebab berkembangnya kalau ia ingiri berkuasa dan menguasai seluruh rakyatnya, karena kejayaanlah yang akan ditemui oleh sang raja kalau ia melaksanakan ajaran tersebut.
Apa sebabnya sang raja patut mengetahui Aji Kamandaka, karena ia adalah penyebab berkembangnya masyarakat (kerajaan), sebagaimana halnya bulan yang mengembangkan amerta (air suci), dan karena ia adalah asal pikiran seluruh masyarakat.
2a. An mangkana kadrbya sang prabhu, hana kaduhkaning ratu, ta karin weriang awaknya ikang rat, tan wenang rumaksa awaknya, kapralaya nira, yatanya kadi parahutan pakamudhi lWinya niyata karem ring tengahing sagara, mangkana wang rat yan mapaparahan, byakta kapralaya dening durjana. Apa arupa sang prabhu, wawang agawe Idea ita, hana sira sang ratu mahyuning dharma mwang yasa, henti ri karaksahining rat, wenang ta sira alahaken sarwa satru, ika sang prabhu, mangkana guna nira, sira ta wenang lokahita padha lawan Bhatara Brahma, ikang magawe loka wrddhi. ‘Ielas sira sang prabhu wisesa, inararaken hana kari duhkaning rat, yan henengakna salahnya de sang prabhu, ri daweg nyam danda yan durssila, byakta wehen kumawasakna rowangnya, kadyangganing iwak mag6ng, umangon ro.vangnya, mangkana kadukaning rat,
2a. ltulah yang mesti dimiliki oleh seorang raja. Adalah seorang raja yang menemui kesengsaraan, ia tidak dapat menjaga dan menguasai dirinya, akhirnya iapun meninggal, ia bagaikan sebuah perahu tanpa pengemudi, tentu akan tenggelam di tengah samudra, demikian orang yang menaiki perahu, tentu dibunuh oleh orang-orang jahat. Karena orang yang menjadi raja, patutlah membuat kerahayuan masyarakat. Adalah seorang raja yang ingin melaksanakan dharma dan Yasa. Dalam menjalankan kepemerintahan, beliau dapat mengalahkan musuh-musuhnya, demikian perbuatan raja tersebut, beliau dapat menentramkan kerajaan, samalah beliau seperti Bhatara Brahma, yang menyebabkan dunia berkembang. Setelah sang raja berkuasa, namun masih ada perasaan sengsara pada masyarakat, kalau hal itu dibiarkan oleh sang raja, dan tidak memberikan hukuman kepada mereka yang salah, serta memberikan orang-orang tersebut kesempatan untuk menguasai kawan-kawan sang raja, ia dapat diumpamakan sebagai ikan besar yang memangsa sesamanya, demikian kesengsaraan masyarakat,
2b. dening taktunya wagraha, de sang prabhu, matangyan sang angraksa rat, matwanga ri sang prabhu jugii sira. Nihan kadenira sang prabhu, mangenakna sira purohita brahmana siddhi, dhang acarya kunang purohitahan nira, sang wruhing dharma sakti kadi postika. Muwah de sang di prabu gumawe ya sira mitra, mapa Ta rupaning rnitra, nira, ta makadhatadahat, yadyapi natoha desanya umraha ta ya, mangkana deya nira mojar, ika ta wenang magawe hyupakara, nahan rupaning rnitra nira deyaning sang prabhu. Pira ta kwehning palangka dadi kang mitra tifii, nda nihan: dharma, artha, kama, samangkana palangkadadi denya, apan yan tan panganaken palangka, dadi ikang mitra tan sinewita de sang pandita, nda ta wisesaning mitra ngaranya, ikang masiha ring mitranya juga ya wisesa ngaranya, yan pamanggiha wisesa pwa sang prabu, ha
2b. oleh karena takutnya tidak diperhatikan oleh sang raja, oleh karena itu para pemimpin b.endaknya hormat kepada sang raja; Berikut ini perbuatan yang mesti dilaksanakan oleh sang raja, ia hendaknya mengangkat purohita (pendeta kerajaan) yang benar-benar siddhi, sang purohita adalah sekaligus sebagai pendeta guru, yang mengetahui berbagai ajaran kerohanian. Di samping itu sang raja hendaknya mencari sahabat, bagaimanakah wujud persahabatannya, (tamaka dha tadahat ?), sekalipun jauh (?) daerahnya, diberitahulah ia, demikian cara berkata, demikian cara beliau berkata, yaitu dengan membuat upacara (?) demikianlah ujud persahabatan yang dibuat oleh sang raja. Be rapakah banyaknyapalangka yang menjadi tiga sahabat, yakni dharma, artha, kama, demikian palangka yang dibuatnya, sebab kalau tidak membuat palangka, sahabatnya akan tidak diberkati oleh sang pendeta. itulah kawisesaan sahabat namanya, ia yang kasih kepada sahabatnyalah yang sesungguhnya wisesa, kalau sang raja menemui kewisesaan,
3a. ywa ta sira sinangsaya,glarakna nira tawaknira, irika sinangguh mitra wisesa. Telasing mitra wisesa, inajaraken i ri kita, hana ta inutut aken ta yogya mitraha de sang prabhu, hana ratu rwang puluh kwehnya, endya lwimya. “Wala wrdo d.Irgharogi, tata jati bahiskrtih, birukah biru janana, lubdha libmajana tata” Kalinganya, wala ngaranya rare, wrdah ngaranya tuha, dirggharogi ngaranya ratu I anggirih, jati bahiskrtthi ngaranya, ratu kilalisan dening kadhang, birukah ngaranya, ratu wedhi-wedhi birujananA ngaranya, ratu awedhi wadon, lubdha ngaranya, ratu loba, lubdhaja ngaranya, ratu loba· wadwanya. “Pirak tan ca prakrtthincah, wisesa saleti swatiman, nindha brahmana pandhita, aneka citta rmntran cah. “Piraksakrtthi ngaranya, ratu kinesikan dening wadwanya, wisaye
3a. janganlah beliau dikhawatirkan, dilaksanakannya (apa yang dapat) dan dikerjakan oleh dirinya, itulah yang disebut sahabat yang wisesa. Tentang sahabat yang wisesa telah diajarkan kepadamu, ada yang lain patut dijadikan sahabat oleh sang raja. Ada raja dua puluh jumlahnya, perinciannya : “Wala wrdo dirgharogi, tata jati bahiskrtih, birukah biru janana, lubdha lubmayana tata”. Penj”elasannya, wala artinya anak-anak, wrdhah artinya tua, dirggharogi artinya raja yang …. , jati bohiskrtthi artinya raja yang ditinggalkan oleh keluarganya, birukah artinya raja yang penakut, biru janana artinya raja yang takut pada wanita, lubdha artinya raja yang loba, lubdhaja artinya, raja yang rakyatnya loba, Pirak tanca prakrtthencah wisesa sakti swateman, nindha brahmana pandita, aneka citta mantraa cah. Piraksakrtthi artinya raja yang dipenuhi oleh rakyatnya.
3b. saktiman ngaranya, ratu sakti wisaya, dewa brahmana nindha ngaranya, ratu nindha ring dewa mwang brahmana, aneka cittha ngaranya, ratu makweh kawiwekanya. “Dewatya tekata’, cewah, dewa cittha kahewan cah, durbhiksewyasanowaktah, byalawyansana sangkalah.” Kalinganya, dewoksa pata ngaranya, ratu upadarwa ring dewa dhinanda ring hyang, dewa ci ttha ngaranya, ratu pasandansa ling ning dewa, tan panggege niti, durbhiksa ngaranya, ratu karahang lapa desanya, byalawyasa ngaranya, ratu duhka wadwanya. “Adesanta bahu ripuh, yukta kalanayascewa, Satya dharma wyapetasca, awisa purusa hami” Kalinganya, adesanta ngaranya, ratu tan mungguh desanya, ratu makweh musuhnya, yukta kala bhayascewa ngaranya, ratu tan pangirng kala desa, asatya.
3b. sakteman artinya raja yang sakti, dewa brahmana nindha artinya, raja yang mencela dewa dan brahmana/pendeta, aneka cittta artinya, raja yang banyak akal upayanya.
“Dewatya tekatas oewah, dewa cittha kahemancah, durbhik sewyasa nowaktah, bhalawyansana sangkala “. Maksudnya, dewoksapata artinya, raja yang dihukum oleh dewata, dewaci ttha artinya, raja yang menolak sabdadewata, tidak menuruti ajran kepemimpinan, durbhiksa artinya, raja yang daerahnya dilanda kelaparan, byalawyasa artinya raja yang rakyatnya ke sedihan. ”Adesanta bahu ripuh, yukta lialanascewah, satya dharma wyapetas ca awisa purusa”. Maksudnya, adesanta artinya raja yang tidak tinggal di daerahnya, raja yang banyak musuhnya, yukta kala bhayas cewa artinya raja yang disertai tempat dan waktu, asatya
4a. dharma petasca ngaranya, ratu tan panggega satya dharma. lti lwirning ratu rwang puluh, anutan mitra de sang prabhu, apan desa nira sang prabhu, irika kabeh, lawanen ing prang juga, yen hanaratu mangkana, niyata alah ikang musuh yan mngkana kramanya, ling sanghyang agama. Mapa ta kalah kalinganing ratu anwam, wadwanya tananggaprangan mapasamegandhanika, mapa maritanya angrare, ya ta dumeh kalah. Mapa ratu adhokoh, kanimita kalah, mwang anggirih, padha duhka nira kalih, kinasampeyan de ning wadwanya, tan pinintuhu sawuwusnya, mangkana linganika. Mapa kalinganing kinelikan dening wadwanya, ikang kadhang tan asih, yatika mangalih maring musuh, mati ya wekasan. Mapa kalahning ratu wedhi-wedhi, minggat. Mapa kalahning sang ratu awedhi wadwanya, wadwanya mangaryykakening tuhannya, kalaning nga
4a. dharma petas ca artinya raja yang tidak menuruti ajaran kebenaran. lni adalah jenis raja yang berjumlah dua puluh, yang patut dijadikan sahabat oleh sang raja, karena kegunaannya sang raja semua ada di sana, demikian pula perihal dalam pertempuran, kalau ada raja yang seperti itu, tentu musuhmusuhnya menjadi kalah, demikian disebut dalam ajaran agama. Bagaimana yang disebut kalahnya raja muda, rakyatnya tidak mau berperang, bagaimana ia bersikap seperti anak-anak sehingga menjad kalah. Bagaimana raja yang penakut yang menyeba bkan kalah, raja yang merana, sama-sama menderita ke duanya, dihina oleh rakyatnya tidak dituruti apa yang dikehendakinya, demikian keadannya. Mengapa ia dihina oleh rakyatnya, rakyat tidak mencintainya, merekaberpihak kepada musuh, akhirnya meninggallah ia. Bagaimana halnya tentang kekalahan raja yang penakut, bagaimana halnya tentang kekalahan raja yang rakyatnya menjadi penakut, rakyatnya menghentikan sang raja berperang, tatkala berperang,
4b. prang, mangkana kalahnya. Mapa kalah sang ratu tan lobha wadwanya, wadwanya tan inupeksa, tan wineha mangana, nguniweh wastradhi, ya tananggapranganwadwanya, mangkana kalahnya. Mapa sangkaning kinelikan dening wadwanya, tengahning paprangan kinaryyaken dening wadwanya, mangkana kalahnya. Mapa sang ratu kalah sakti ring wisayanya, nda tan himan sinuku dening musuhnya, pineta ya kawiMyanyya, mangkana kalahnya. Mapa kalah sang ratu makweh wisayannya, ·kinelikan dening patihnya, dosanya kweh angenangenya, tan papinrangaken dening wadwanya, mwang mantrinya, mangkana kalahnya. Mapa kalah sang ratu akweh wiwekannya, tan wusing karyya, tanana pinintuhu dening mitra, makweh karepnya, mangkana kalahnya. Mapa kalah sang ratu ninda ring dew a, mwang ring brahmana, pada lawan ratu upadrawa dening hyang, brasta ikang
4b. demikian ke,kalahnya. Bagaimana kekalahan sangraja yang rakyatnya tidak loba(?) rakyatnya tidak diperhatikan, tidak diberi pangan, terlebih lagi sandang dan papan, karenanya rakyatnya tidak mau berprang, di tengah pertempuran dihentikan oleh rakyatnya, demikian kekalahannya. Bagaimana seorang raja dikalahkan kesaktiannya oleh nafsunya (indreanya), tidak ditakuti oleh musuhnya, dimanfaatkannyalah (oleh musuhnya) sifat kenafsuannya, itulah penyebab kekalahannya. Bagaimana kekalahan sang raja yang banyak keininannya, ditentang oleh patihnya, dosanya karena begitu banyak yang ·diinginkannya, sehingga tidak didukung oleh rakyat dan patihnya (para pembantunya) itulah sebab kekalahannya. Bagaimana tentang kekalahan raja yang banyak akal upayanya, pekerjlannya tidak pernah selesai, tidak dituruti oleh rakyatnya, banyak yang diinginkannya, itulah penyebab kekalahannya. Bagaimana tentang raja yang mencela para dewa, dan para pendeta, sama halnya dengan raja yang dihukum oleh dewata, hancurlah dirinya,
5a. awaknya, mangkanll kalahnya. Mapa sang ratu mapacandan salingning hyang, tan panggega niti, brasta ikang awaknya, apan iklang prabhawanya, mangkana kalahnya. Mapa kalah sang ratu karahang, mapan wadwanya malapa, tan kena maprang, mangkana kalahnya. Mapa kalah sang ratu tandesanya, kadyangganing wuwaya matukar lawan liman, yan munggwing wwe alah ikang li” man, apan desanya, kalah dening akedhik, mangkana kalahnya. Mapa kalah sang ratu akweh musuhnya, kalah kinabehan, kadya ngganing kitiran kinembulan dening paksi elang, byakta tan pase sa, mangkana kalahnya. Mapa kalah sang ratu tan pangiring kala, tan tahu aprang ring wengi, tamapi sira lumaku mangdona musuh, nira ring kulem, kadyangganing dok matukar lawan gagak, yaning wengi alah ikang gagak, dening dok, mapan tahumasabha peteng, mangkana ikan dok alah ring
5a. demikian keadaannya. Bagaimana halnya tentang raja yang tidak menuruti dan mencela dewata, tidak menuruti ajaran kepemimpinan, hancurlah dirinya, karena hilang kewibawaannya, itulah kekalahannya. Bagaimana tentang kekalahan sang raja, karena rakyatnya kelaparan, tidak dapat berperang, demikian kekalahannya, bagaimana kekalahan sang raja yang tertentu, bagaikan buaya berperang melawan gajah, kalau di dalam air kalahlah gajah itu, karena itu daerahnya, dia dapat kalah oleh yang sedikit, demikian kekalahannya. Bagimana kekalahan sang raja yang banyak musuhnya, kalah semuanya, bagikan burung perkutut diterkam elang, tentu tidak bersisi, demikian kekalahannya. Bagimana kekalahan sang raja yang tidlk memahami wakh1, tidak mengetahui berperang pada waktu malam, namun ia berjalan mencari musuhnya yanjg tengah tidur, bagaikan burung dok bertempur dengan gagak, kalau malam hari kalahlah gagak itu, oleh karena burung dok dapat berperang pada malam hari, demikian pula si dok kalah pada
5b. rahina, mangkana sang ratu kalah yan tan pangiring kala. Mapa kalah sang ratu tan panggega tapa brattha, mwang satrya dharma, ma tukar la wan mitra nira, mapan dusta ya, mangkana kalahira, mapan tan ana mitra nira sang prabhu. Nihan sang yogya mitraha de sang prabhu, pipitu kwehnya, lwimya : satya, aryya dharma, anirddhya, mantn sang alyatawan, bali, anya kayukti wiyardha wijaya. satya, nga., tuhu sawuwusnya, dharma, manggega dhanna, paniryya, nga., mangkana madusta, mantri sangalyatawam nga., makweh sanaknya. Bali nga., makweh kasaktinya. Haneka yuddha, nga., langgeng mamenanging yuddha, ika ta yogya mitraha de sang prabhu, linging sanghyang agama. Mapa kadibyaning sang satya pinaka mitraha de sang prabhu, wenang misikisenujaraken, ring mitranya tan dadi depangeswadata, mapa kadibyanya, ningarya, minaka mitra de sang
5b. siang hari, demikinlah sang raja kalah kalau tidak memahami waktu. Bagaimana kekalahan sang raja yang tidak menuruti tanpa brata, serta kewajiban sang kstatria, berselisih dengan sahabatnya, karena jahatlah ia, demikian kekalahannya, karena sang raja tidak lagi mempunyai sahabat. Berikut yang patut dipakai sahabat oleh sang raja, tujuh jumlahnya, yaitu : satya, arya dharma, anirddhya, mantri sa-ngalyatawan, bali, anya kayukti wiyudha wijaya. Satya artinya, benar Uujur) kata-katanya, dharma artinya me nuruti dharma (kewajiban) panirya artinya tidak jahat (?) mantri sangahyatawan artinya banyak keluarganya Bali artinya banyak kesaktiannya, haneka yuddha artinya, tetap hati dalam pertempuran itu patut dijadikan sahabat oleh sang raja, demikian ucapan sanghyang Agama. Bagaimana kemuliaan sang ksatria sebagai sahabat sang raja patut didengarkan kata-katanya, terhadap sahabatnya tidak patut berkata bohong. Bagaimana kemuliaan para arya sebagai sahabat oleh
6a. prabhu, tan wyapakambeknya, tan dadi dustan ring mitra, dadya kinira-kira ring hala, tuwi manglampu juga kewalaya, mangkana kadibyaning arya mitra. Mapa kadibyaning dharma minaka mitra, de sang prabhu, ikang jagat masih ri ya, mangkana yen sinungku dening musuh, wenang ikang jagat prati sameng nglawanakna ang prabhu, mewer inalahakna dening musuh, mangkana kadibyaning, nganiryya minaka mitra, yen ana pwa ngalahala rat, dhusta pambekanya, ya ta wenang mangilangaken, matangyan minaka mitra de sang prabhu. Mapa kadibyaning widhuh sanak minaka mitra, tan wenang ikang musuh sahaasakeriya, kadyangganing kori sumingeb, meweh rumahab, mangkana tang wibhuh sanak, meweh inahaken dening musuh. Mapa kadibyaning sakti minaka mitra, de sang prabhu, phalanya tan
6a. sang raja, tidak sombong, tidak boleh jahat terhadap teman, dapat memperhitungkan kesusahan, ia senantiasa berbuat baik, demikian kemuliaan arya yang dijadikan sahabat. Bagaimana kemuliaan dharma yang dijadikan sahabat oleh sang raja, rakyat dan negara akan mengasihinya, kalau ia diserang oleh musuh, ia pasti akan dibantu oleh rakyatnya, ia akan sukar dikalahkan oleh musuhnya, demikian pula kemuliaan kalau bersahabat degan panerya, kalau ada yang merusak masyarakat, yang berjiwa jahat, ia akan dapat menghilangkannya, karenanya patut dijadikan sahabat oleh sang raja. Bagaimana kemuliaan banyaknya keluarga (wibu sanak) sebagai sahabat, tidak dapat musuhmusuhnya sembarangan menyerang, bagaikan gapura yang tertutup, sukar memasukkannya, demikian pula kalau banyak keluarga, sukar dikalahkan oleh musuh. Bagaimana kemuliaan sakti sebagai sahabat, oleh sang raja, pahalanya tidak
6b. parawasa, mangkana ta ling sanghyang agama. Nihan tingkahing prajaya parajaya, hana perang mulih padha mati, mapa lwir nikang prang pulih, hana sira ratu maprang padha tandhingira, padha kwehnya, upalaksanakna teka, kadyangganing dyun tinum kalih siki kwehnya, yeka tedhunen padha rowangnya kalih, padha reme kalih ika, mangkana ring prang padha tandhingnya. Ndya ta tinon ta mangkana, hana raksasa si Drada ngaranya, anak si Sangyra, manama si Niwatakawaca, si Pradha anak si Sundaninsunda, Sundanisunda anak si Muka,siMuka, anak si Sundapasunda yatika perang pulihpadha mati niyata perang jaya-prajaya, padha ikang perang, paksa padha tandhingira, ya . ta mangkana prkrtti sang prabhu, barikata samitra lawan musuh nira. Mwah gayawa de sang prabhu, hana ta kalah ika, iringan , de sang prabhu, yan mahyun mapranga.
6b. terkuasai, demikian sabda sanghyang yama. Berikut ini perbuatan dalam pertempuran, ada perang pulang dan sama-sama meninggal (?), bagaimana halnya tentang itu, adalah seorang raja yang berperang sama-sama kekuatannya, sama banyak serdadunya, bagaikan tempayan yang dibakar, dua jumlahnya sama-sama mengeluarkan pengikutnya, sangat ramainya, demikianlah dalam pertempuran sama-sama kekuatannya. Beginilah hal itu terlihat, adalah raksasa bernama si Drada, putra si sangyra, bernama si Newata.kawaca si Pradha anak si Sundani sunda, Sundanisunda anak si- Muka, anak si Sundapasunda, lalu berperang keduanya, dan sama-sama mati, sungguh perang yang sama-sama jaya, sama kemampuannya dalam berperang, demikianlah keadaan sang raja, kalau bersahabat dengan muuhnya. Yang lain yang dilakukan oleh sang raja ada kekalahannya, disertai oleh sang raja, kalau ingin berperang.
7a. sira ta senwaka de sang prabhu, mametsaya, sira kalih kinirim nira tulis, majarakenikang bhakti, ika ta sang prabu, · mamilihi asing lwih, wegile nira, nda datan katengera, dening para, ika ta mangkana jiiana nira, ya gopita, mangkana de nira, yatika rakambeka sang prabhu, lan ambekning gagak, tonening bisa bhawanya ling sanghyang agama. Mapa wekasanira sang prabhu, mangke sang prabhu wekasanira, apa gninganya, sira mara ging perang, nira kalih, sang lewiha mati nira ring ranangga, sirat ta sang pinaran sama rwa madwadi bhatara nirang upaya mangkana. Kunang sang sraya ngaranya, ndya ta ulaha sangsraya magelema sira mangasraya, niyata wibhawa kapangguh ilcang kawijayan de nira, sapa ta ri neka ta manggih sukha dening pangraya upaya, maharaja Yudhistira, sira makon mangasraya, i maharaja Matsyapati, malayu sira maing kadhatwa ni
7a. Beliaulah yang diminta tolong oleh sang raja, mencari sahabat, keduanya dikirimi surat, menyampaikan hormat, keadaan raja yang demikian, memilih segala yang baik, tidak diketahi oleh yang lain, itulah keahliannya, demikian yang dikerjakannya, itulah yang dipikirkan oleh sang raja, dan pikiran burung gagak yang melihat racun, demikian sabda sanghyang agama. Bagaimana halnya dengan utusan sang raja, sekarang sang raja mengutus (?), yang utama adalal1 orang yang gugur dalam pertempuran. siapakah yang dituju sama-sama dua (?) oleh dewata, itulah upayanya. Adapun yang disebut sangiraya, bagaimanakah perihal sangiraya itu, orang yang mencari sang rajya tentu akan menemui kejayaan siapakah yang melaksanakan hal itu, maliaraja Yudhistira, beliau menyurlL’1 bersahabat dengan maharaja matsyapati, pergilah beliau dari kerajaannya.
7b. ra, dening wruh nira ring mangasrayan. o. Nihan waneh kawruhakna de sang prabhu, ika kala ngaranya, wadhanira wulatana rumuhun, himekasa ta sira aperang. Nihan pajarakna mami ring rahadyan sanghulun, lwirnya : musuh inalahakna, hana musuh adi janma, hana musuh tuhu-tuhu sawuwusnya, hana musuh mateduh buddhinya, hana musuh wruhi maguna, hana musuh mawiweka, hana musuh aruhur kawonganya, hana musuh maweweh, hana musuh kinasihan dening hyang, mangkana prawrttining musuh, ika ta meweh ingalahaken, ling sanghyang sastragama. Telas sang prabhugumawayaken tingkahing maprang, mapa ta de ya nira himappaha ngdona, mangena.kna ta sira sanjata, kosa wahana rumuhun, kamenaning dumoning musuh, ingeta.kna rumuhun, hana ta musuh tan sakti ring wacana, tan sakti ring panganinum, watapa buru-buru, data totohan, hataha
7b. Karena beliau memahami asraya. Berikut ha! lain yang patut diketahui oleh sang raja, yang disebut kala (?) rakyatlah yang harus dilihat terlebih dahulu, sebelum berangkat bertempur, sekarang yang akan say a ajarkan kepadamu, yaitu: musuh yang mesti tundukkan, ada musuh yang sangat pandai, ada musuh yang benar-benar menuruti kata-katanya, ada musuh yang tentram budinya, ada musuh yang pandai dalam hal kerja, ada musuh yang banyak akal, ada musuh yang tinggal badannya, ada musuh yang dermawan, ada musuh yang dikasihi dewata, demikian keadaan musuh, ia sangat sukar dikalahkan, sabda sanghyang sastragama. Setelah sang raja mempersiapkan diri untuk berperang, apa yang mesti dilakukan, berjalan menuju medan perang, sambil membawa senjata, para serdadu yang mendahului, sebelum menyerbu musuh, ingatlah terlebih dahulu, ada musuh yang tidak banyak kata-kata, tidak banyak makan minum, tidak suka berburu, tidak berjudi hormat pada dewata.
8a. pitang riang dewata, ika takna de sang prabhu, ika tamusuh, mangkana pawr ttinya, nga., byakta kalah ikang mus uh yan mangkana wasananya. Nihan ngupaya waneh, ajarakna ring sang rahadyan sanghulun, hana drwe drwen pramanya, hana sira sang prabhu amet sahaya, magawe karya siddhi, hana sira sang prabhu mapeningan, meh mapranga apa ya gaguna kwehnya, lingnya; siddhi, wigraha, sthana, drwe wibhawa, naya, sanggraha. Siddhi, nga., pamitran. Wigraha, nga., prang. Sthana, nga., unggwan rahayu. Drwe wibhawa, nga., bhudhi maredha. Na.ya, mangdon. Sasraya, nga., mangasraya ring sangmaha sakti, mahangenakna sira wehen gotipa, haywa irakasa, magelema ta sira mawiweka lawan mantn nira kunang, sing sira weruhing naya pramana, rowanganya mawiweka, kang angalapakna ring sarwa karya, pinaka rowanganing sang prabhu, mawiwe-
8a. ltulah yang harus diperhatikan oleh sang raja, itulah musuh, demikianlah keadaannya, tentulah kalah semua musuh kalau demikian keadaannya. Berikut ini upaya yang lain, yang akan diajarkan kepadamu, ada milik yang patut diketahui, adalah seorang raja mencari sahabat, membuat pekerjaan utama, ada seorang raja mapenengan (?), hendak perang, apa yang mesti diperhatikannya, yaitu siddhi Wigraha, sthana, drewe wibhawa, naya sang graha, siddhi artinya sahabat, wigraha artinya perang sthana artinya tempat yang tenteram, Drewwewibhawa artinya budi yang lunur (?), nava artinya kehendak, sang graha artinya bersahabat dengan orang yang maha sakti melaksanakan sedekah, jangan Oba, sering ia mengadakan pembicaraan dengan para menteri, dengan orang yang mengetahui perihaL upaya, itulah orang yang diajak bergaul, yang mengetahui serba kerja, sebagai sahabat sang raja untuk diajak bertimbang rasa.
8b. ka, hana wwang wiweka, ndanantrara ring musuh ya, aryakna ika, hana wwang apti ring sang prabhu ndan apunggung, aryakna ika, tan milu ring wiweka ika, kunang kang milu awiweka, ring rowanga nira wwang wiwekaring naya pramana, wisesa paramartha astiti ring sang prabhu, yeka rowanga nira mawiweka, ling sanghyang agama. Paran ta unggwaning malapkna sang prabhu ring sarwa karya, makadi kang kawasahaning musuh, maya mwang aganalatit, winidita, hana unggwan taman, hana unggwan umah tan pat awing, hana unggwan sengkan, hana unggwanprasaddha paryangan, hana unggwaning ukir, ika unggwan sang pra bhu, la wan mantri nira, ingkana goptaka de nira, haywa len mangrengo. Pira tli kweh sang prabhu mawiweka, rwa-welas, nembelas, rwang puluh, samangkana kwening sang prabhu mawiweka, naya pramanii yukti, mangkana ling sang
8b. Ada orang tengah bermusyawarah, namun ia memihak pada Musuh, berhentilah ia, ada orang mendekat pada raja tapi ia sombong berhentikanlah ia, ia tidak diajak dalam musyawarah, adapun yang mesti diajak bermusyawarah, dengan sahabat, dengan orang yang mengetahui upaya, dengan orang yang mempunyai tujuan-tujuan mulia, dengan orang yang hormat kepada sang raja, itulah yang dijadikan sahabat dalam bermusyawarah, demikian sabda sanghyang agama. Dimanakah tempat yang eaja untuk membicarakan berbagai rencana, seperti misalnya usaha menundukkan musuh, yang tidak tampak, besar ataupun kecil, ada tempat berupa taman, ada tempat rumah tanpa tembok, ada tempat yang disebut sengkan ada tempat yang tidak terbatas, ada tempat suci, ada gunung, itulah tempat sang raja serta para menterinya, untuk bermusyawarah, janganlah sampai ada orang lain yang mendengar. Berapa jumlah orang yang mesti diajakr bermusyawarah, duabelas, enambelas, duapuluh itulah jumlah orang yang dapat diajak bermusyawarah, membicarakan masalah akal upaya, demikian disabdakan oleh sanghyang agama.
9a. hyang agama, mangkana ling bhatara Manuh, mwang Bhagawan Matsyapati. Kunang sang pandita, sayasaylimbhawa, yogya rowanganta, wruha ring rahasya, wruha ring naya pramana, samangkana ta rowanganing sang prabhu mawiwekli, ling sang panclita. Ilea ta sang prabhu ri sedheng nira enak malepasaken sama warah warah sanghyang agama, mapa ta phalli sang prabhu yan mangkana, tan kawenang sira tdening sanjata ning musuh, suka sadakala tan pamanggih duhka. Nihan ta waneh, yen hana sang prabhu denya manutaken ikang pawarah sanghyang agama, musuhira huga magalak padha nira,. yatika kawasa denira, phalani raga niti ginaweyaken, denira sang prabhu, mwah sang prabhu magawe tikang duta cara, yanahenak denira wruh, desaning musuh, sukha sadakala sira lawan wyasanamedameda pramananing musuh, iraka ta
9a. Demikian sabda bhatara Man uh, serta bhagawan Matsyapati. Adapun sang pendeta, yang patut dijadikan sahabat, beliau yang mengetahui rahasia, mengetahui akal upaya, itulah sahabat sang raja yang diajak bermusyawarah, sabda sang pendeta. Itulah tatkala sang raja sedang melangsungkan pembicaraan masalah-masalah agama, bagaimana pahala sang raja yang demikian, tidak mempan senjata musuh bila mengenai dirinya, senantiasa merasa bahagia tidak pernah berduka. Berikut ini lagi, kalau ada waja yang menuruti ajaran agama, musuhnya yang terperkasapun kalah olehnya, itulah pahala rajaniti (tatacara pemerintahan) yang dilaksanakan oleh sang raja, dan sang raja membuat duta (utusan) karena telah diketahuinya dengan baik tempat musuhnya, di sanalah.
9b. sang prabhu lumaku mangdon, mapa dumeh lana tan padutacara amangguh sira duhka, apan ta wruh sira hala hayuning musuh. Mwah hala hayuning pamitra, ya dumeh sang prabhu amanggih dutacara, kunang lwiranira manggih dutacara, sang prabhu, mwang bahu guna wruh mangaji Ciwagama, wruhing prayablupraya, kadi teja sanghyang aditya, meseping wwening lemah, mangkana deyaning duta nira sang prabhu, alap cittaning desaning musuh, nda’ tan papilih rupianing duta, mangkana lwiraning duta, ling saghyang agama. Telas ikang duta inajaraken mami, hana upaya waneh, panca prakara, nga, ilea ta lekasakna de sang prabhu, lwirnya, magawe krodhaning musuh, maka musuha rowangnya, ya ‘panca prakopa, nga., sang prabhu magawe sukha nira ring mus uh, yatike konen magawe ya tukar, karananing pati wirodhaning musuh, lawanya
9b. Sang raja pergi, karena telah lama tidak membuat duta sehingga menemui kedudukan, karena beliau tidak mengetahui baik buruknya musw1. Baik buruknya sahabat yang lain, yang mengharuskan sang raja membuat duta, adapun perinciannya sang duta yang mesti dipilih oleh sang raja, dia yang banyak pengetahuan. mengetahui ajaran Sewagama, mengetahui asal dan tujuan. bagaikan sinar matahari yang menyusup ke dalam air yang ada di tanah, demikian keadaan duta sang raja, yang mampu memetik pikiran musuh, demikian perincian duta, sabda sanghyang agama. Setelah uraian tentang duta, ada masalah Jain, yang disebut Panca Prakara, yang patut dilaksanakan oleh sang raja, yaitu membuat marahnya musuh, sehingga memusuhi temannya yang disebut Panca Prakopa. sang raja membuat musuhnya senang, yaitu dengan menyuruhnya, melakukan perang, sehingga hilanglah kemarahan musuh.
10a. rowangnya sakarananya magawe ya tukar, yantotoh sawung, yudhi, nita, panganinum, kunang karananing talu aperep mangkana pakarananing wirodha, anupa gawanya wenang ringjero puri purohita kunang, rakryan raja putri, maha mantn, samang kana kwehning sahaya sang prabhu, magaweya pawirodha.t:iing musuh, lawan rowangnya, brasta sakadhatwan denya. Nihan manglekasa -ikang musuh magawaya kira-kira papasuk, ika ta sinangguh panca prakopa, prayatnaha ta sang prabhu, nihan de nira prayatnaha, yanana wadwanira sengguhen rowangnya, sakahulu nira, inanggahaken irasang wineh, winaluyaken sira muwah, muwah de sang maweh, yawan ahika ngaranya, ika tadhana prabhedanya. Kunang ikang bheda inajaraken tiga prabhedanya, lwimya hana wwang mamintonekan pawrttining musuh, ya tan kataku-tana
10a. Dengan sahabatnya ia berpeang, bermain sabungan ayam, berjudi, suka berfoya-foya. makan-minum: itulah sebabnya menjadi bingung, demikianlah ujud, perselisihan, yang terjadi di dalam kerajaan, an tara sang raj a dengan pen de ta kerajaan, para patih serta putra-putrinya. para menteri, semua pendamping sang raja menjadi berselisih di antaranya, yang menyebabkan hancumya seluruh kerajaan. Beginilah pemjelmaan musuh yang membuat kehancuran, itulah yang disebut panca prakopa, sang raja hendaknya berhatihati, begini sebabnya kalau ada orang mengaku menjadi sahabat, terlebih dahulu kembalikan ia kepada yang mengirimnya, hal itu disebut wamahika (?), hal itu tidak ada yang menghawatirkan. Adapun yang disebut beda tiga perincian, yaitu tidak boleh menunjukkan kelakuan musuh, kalau tidak menakutkan.
10b. matangnyan pawrtti pinintonakennya, masih maring mitranya, mwang ring rowangnya, mahurhuran ta ya, bala kosa wahananya, lawan rowangnya nguniweh patut paduta dulurannya, lawan mitranya, ika ta pinintonakennya, ring musuh, ika ta prabhedanya tiga prabhedanya. Nihan tangdhanda upaya, kengetakna peksa, maya, indrajala, iringenikang upaya, sama lima prabhedanya, lwirnya, hana sabda ngajaraken gunaning para, hana sabda angajaraken dawaning sukha, hana sabda ngajaraken pamaredhaning para, ika ta lwiring upaya, sama. Muwahikadhana, inajaraken hulun, hana drwe pawewehing para, kanista madhya mottana, ika winaluyakefi para desa sang kawinewehan, yeka dhana ngaranya, hana drwya ingalap de sang madrwe, tan winehaki nira, ya dhana ika, tanana drwya ya sang pra
10b. Makanya kelakuanlah yang ditunjukkan, belas kasih terhadap teman, serta keluarganya, berbaulah ia semua serdadunya, serta sahabatnya, terlebih lagi patut disertai utusan dan sahabat yang lain, itu hendaknya ditunjukkan terhadap musuh, itulah yang menyebabkan kekhawatiran musuh. Berikut yang disebut danda upaya, ingatlah dan kuasaL maya dan indrajala yang menyertai upaya, lirna jumlahnya, yaitu ada mara yang mengajarkan keahlian orang lain, ada mara yang mengajarkan lamanya kesukaan, ada mara yang mengajarkan keadaan orang lain, itulah perihal upaya, sama. Dan lagi yang tergolong dhana yang akan saya ajarkan, ada milik yang merupakan pemberian orang lain, dengan tingkat nista. madJ1a, dan utama, pemberian itu hendaknya dikembalikan kepada desa yang diberikan, itu disebut dhana, ada milik yang diambil oleh yang memiliki, tidak diberikannya, itu juga disebut dhana, tidak ada milik sang raja.
11.a. bhu mangajenga juga, petenira sthana. Nihan waneh gawaya de sang prabhu, marapwan mamanggih sukha kawijayan, salwir kata sira magelem andewasraya, mamujaha ring bhatara rnatwanga ring sang pandita, widdhi pati, haywa sira rnada-rnada, rnanaya-naya, nihan de sang prabhu waneh, rnatangyan hilanganing rnusuhira, ikang kosa lawan rnantri, ikang wrdyakna nira, kosa wahana, nga., drwya sadhana, rnantn, nga., rnantri wiweka, ika kalih wennga ngilangakna rnusuh. Kunang rnangucapupaya, pira ta kweh ningupaya, pitu kwehnya, lwirnya, sarna, dhana, bheda, dhanda, ngedara, niyata olah de sang prabhu. Kunang unggwaning rnusuh, rahayu unggwaning sang prabhu, hala unggwaning rnusuh, hala unggwaning sang prabhu, ika ta kinaron hala hayuning unggwan, rnadhyangasthana ngaraning unggwan yan rnangkana. Nihan lwirning asthana waneh, sang prabhu mahayu unggwan
11a. ia hanya menghadapi (?). Berikut hal lain yang patut dilaksanakan oleh sang raja, sehingga menemui suka dan kejayaan, segala kata-katanya hendaknya menunjukkan kebaktian, memuja para dewata, hormat kepada para pendeta, janganlah berlaku sombong, mengakal-akali. Berikut yang lain yang menyebabkan hilangnya musuh sang raja, serdadu dan menterinya, henda.knya diperbanyaknya, Kosa Wahana berarti, kekayaan, mantri berarti kebijaksanaan, keduanya dapat menghilangkan musuh. Adapun uraian tentang jumlahnya, yaitu sama, dhana, bheda, dhanda, nyedara, tentu kalahlah oleh sang raja. Adapun tempatnya musuh, baik tempatnya sang raja, buruklah tempat musuhnya, buruk tempat sang raja, itu disebut baik-buruknya tempat, madyangasthana nama tern pat kalau demikian. Berikut perihal tempat yang lain sang raja hendaknya memelihara daerahnya.
11b. nira, desa trebis apinghit, durggarna, durbhiksa rnakweh rwi, tan hananing jangan kaywa, tananing weh unggwaning rnusuh rahayu, yatika sang prabhu dharnasta, nga., iweh ikang rnusuh ilanga de sang prabhu, rnaka nirnitta unggwan sang prabhu rnahala, rnangkana ling sanghyang agarna, kunang deyaning rnojar, rnwang priyarnbhada sira, haywa wana ruhur ingarnbeknya, rnangkana yanana weweh, yan rnangkana krarnanira sang arnawa rat, wenang ilmng wadwa juga witaparitya ring pati, rnaka toh anak rabinya, yan tekaning apadyata, nguniweh ring pabharatan. Nihan ta waneh, pawarah ninghulun, hviraning unggwaning rnaperang, yata nyan rnarnanggiha kawijayan sang prabhu, hana desa rahayu, aswaratha, wehana tinadhahan gangan kayu, yateka kahanan sang prabhu, kahananing satru, desa trebis, apinghit diirbhiksa rnakweh rwi, tanana wwer, rnangkana unggwaning satru, papat lwirnya.
11b. desa, tempat yang rahasia, yang sukar dilalui, daerah yang penuh duri, daerah yang tidak ada kayu-kayuan, tidak ada tempat bagi musuhnya untuk berdiam dengan baik itu disebut sang raja yang dhamasta, sukar musuh itu dihilangkan oleh sang raja, yang menyebabkan daerah sang raja menjadi buruk, demikian sabda sanghyang agama, adapun perihal berbicara, serta perihal menegur, janganlah menunjukkan tinggi hati, demikianlah kalau ada pemberian, kalau demikian tingkah orang yang memerintah, patutlah rakyatnya ikhlas mengorbankan jiwanya, mempertahankan anak istrinya, tatkala saat pertempuran tiba, terlebih lagi dalam hal sumpah. Yang lain lagi, ajaranku, yaitu tentang tempat berperang, sehingga sang raja menemui kejayaan, ada daerah yang baik, kuda penarik kereta, beri makan daun-daunan itulah tempat sang raja, ketika didatangi musuh, daerah yang sukar dijelajahi, sepi dan terpenci1, banyak duri, tidak ada air, demikian tempatnya musuh, em pat jumlahnya.
12a. budhi hyang agarna, lwirnya, Otpati, 5astra sarnudbhawah, sang sargga kiparirnnarnidi. Otpati, nga., buddhi saking garbhawasa. Pinaka buddhi, sastra sarnUdbhawah, ngaranya, buddhi kapanggih saking sastragarna, sangsargga, ngranya, buddhi kaarnpura dening rowang-rowangnya, parirnnarnidi, nga., buddhi karnpura dening tuhan, ikang buddhi pat gawayakna, de sang prabhu, tel.as salwiring buddhi pawrtti, kunang kagawayakna lwrnya, inakarnbekning wadwa, ya teka kenakanya ring sanghulun, risedhengnya panangkkil masewaka ring sang prabhu, tan dadyang tanang-. geng asih kabaktining sang prabhu. Nihan ta waneh, ulaha sang prabhu, anung mandadya kawijayan, sighra ta sira mapawrtti, widagdha ta sira, haywa ta sira mamintuhu dinarupayanana duh kha nira, u tsaha paharep maha buddhi nira, mapa deya sang prabhu, yan gumawayaken krama yangkana kweh
12a. budi hyang agama, perinciannya, Otpati sastra samuJbhawah, sang sorga kapirimnamidi. Otpati artinya budi dari dalam kandungan, sebagai budi, sastra samudbhawah namanya, budi yang ditemui dari ajaran agama, sang sorga artinya budi yang didapat dari pergaulan dengan sahabat, parimnamidi artinya budi yang didapat dari pemimpin, keempat budi itu · dilaksanakan oleh sang raja, setelah sega]a budi itu dilaksanakan, adapun pekerjaan yang lain, yaitu, senangkanlah perasaan rakyat, tatkala ia datang menghadap, tidak boleh tanpa menaruh kasih, itu yang mesti dilaksanakan oleh sang raja. Ini lagi, yang mesti dilaksanakan oleh sang raja, sehingga menernui kejayaan, segeralah ia berbuat, bijaksanalah, janganlah menuruti kesusahan hati, usahakanlah mempertebal keluhuran budi, bagaimana jadinya sang raja kalau melaksanakan tata cara bertingkah laku sejumlah itu.
12b. nya, yan tan pawitri, wanda-wanda de nira yang sang prabhu, yatika parihara de nira, haywa ta sira mamintuhu, ingetingeten rumuhun, apan akweh kaprayoga nirang musuh, mwan deya nira sang prabhu ri wadwanira yapwana kunang pawirothanira lawan sarowangnya sapahulunan, manawa pangupayaning musuh, kadyangganing sama bheda, haywa ta sang prabhu kapari heneng, padhem’en de nira, yapwan tan kawenanga de ning satru pamadhema nire rika, sama dulurana ujarahayu, dulurana dhana, mangkana polahing wadwa, sahana-hana nikang bala. Nihan deya nira sang prabhu, yang pagawayanuraganing wadwanira, len sake rika, dukna sabuddhining wadwa nira, hana gunaning wadwanira, Oda sang prabhu, wenang mama ti, manabdha, swawacana, mangapuling wang duta, tiga lwirning upayadhanda, ikang danda rwa gawayakna de sang prabhu, lwirnya,
12b. Kalau tidak berbuat, hancurlah sang raja, bergitu pula kalau itu dihindarinya, janganlah menuruti, ingat-ingatlah terlebih dahulu, karena banyak jalan yang ditempuh oleh musuh, serta perbuatan sang raja terhadap rakyatnya, mungk.in itu merupakan akal bulus dari musuh, bagaikan sama-beda, janganlah sang raja berdiam saja, kalau tidak diketahui oleh musuh di sana, sama-sama diberikan kata-kata yang baik, disertai sedekah, demikian tingkah menjadi rakyat, serta seluruh tentara.
lnilah yang mesti dilaksanakan oleh sang raja kalau ia ingin mendapatkan kejayaan, selain itu, senanglah hati seluruh rakyatnya, selain itu, banyak keahlian rakyatnya, sang raja patut memerintah dengan baik terhadap rakyatnya, mengawasi para duta, tiga hal yang disebut upaya danda (hukum), danda yang berjumlah dua hendaknya dilaksanakan oleh sang raja, yaitu
13a. prakasa, tan prakasa, hana diirjana, pinangluh dening loka, prakasakna dhanda de sang prabhu, hana wwang gu ma wayakenilikning rowangnya, atawi maka pangadanya, wa_labaring sang prabhu, dumeh ya bawud, manglahabarat, ika ta utama dhandakna de sang prabhu.
Hana waneh pajarakna mami, upaya ngaranya, hana wwang hala sadhya hala ring para, marupa bhuta, marupa stri, ring wengi asenetan ring saka, ring pratima, kayu-kayu kunang, upaya maya ngaranya. Muwah hana wwang maniru rupaning detya, raksasa pisaca kunang, yatnannyan tan kawruhan sinadyanya, ika tuhupaya maya, nga., ika ta kawruhana de sang prabhu, manusa ika, yata gawayakna, dening cara, hana upayaning cara waneh, haywa go pi ta kita, mahyuni kapwa caranya, kawruhana ya, lwiming hyang wenang lwiraning sa
13a. Prakasa, tan prakasa, adalah penjahat telah diketalrni oleh masyarakat. ia hendaknya dihukum berat oleh sang raja, ada dua orang yang menyebabkan bencinya orang lain, atau sebagai perusak, menentang raja, jatuhi dia hukuman, karena merusak negeri, ia patut dikenai hukuman berat oleh sang raja. Ada yang lain yang akan saya ajarkan, yang disebut upaya. Ada orang jahat yang senantiasa membuat kerusuhan, berwujud bhuta, berujud wanita, pada malam hari bersembunyi dibalik tiang, di tempat area, di antara pohon-pohonan, clan itu disebut upayamaya. Dan ada orang meniru wajah detya, atau raksasa dan pisaca, sehingga tidak diketahui asalnya, itu sungguh-sungguh upaya maya, hal itu hendaklah diketahui oleh sang raja, manusia itu, oleh karenanya buatlah suatu cara, ada upaya cara yang lain, janganlah berlaku rahasia, pikirkanlah seluruh caranya, pengetahuannya bagaikan dewata dapat mengetahui kehendak.
13b. kahyun, wenang umijilakna sanjata apuy, angin, peteng, gunung, mijil denya, mayaninghyang katakramanya. Mwah kasiddhaning ngupayamaya, sang bhima sira tinon ta mangkana, risedheng nira mateni sang Kicaka, stri rupa nira, siddha karya sira, ika ta tinon ta lawan sang Wrhanala, gumawayaken upaya maya, siddha karya sira, telas ikang ngupaya maya, nga., inajar ken de mami. ikang upaya apeksa inajaraken mami, nihan sang mangenaken dusta, aupeksa ngaranya, kramanya, hana wwong tan kawasa .nti nangguhan, gumayaken kadustan, kadywangganing bwatukar, manangtang apranga, lwirning dusta ginawayaken, ta kawenang tinangguhan, de sang prabhu, sang prabhu tan kawenang umatyaya, sangkaning yan hana pasam batdaning sang prabhu, inenengaken taya, hana ta kahyunira wwang waneh umatyanara i riya, mati ta
13b. Dapat mengeluarkan senjata api, angin, gelap, gunung, semuanya keluar oleh beliau, rahasianya dewata yang dilaksanakan. Dan tentang keberhasilan upaya maya, sang Bhima sebagai contohnya, tatkala beliau membunuh sang Kecaka, beliau berwajah wanita, beliau berhasil membunuhnya itulah ya_ng dilihat oleh wang wrhanala, lalu membuat upaya maya, dan berhasil juga beliau, setelah tentang upaya maya diajarkan, berikut ini adalah ten tang cara menghadirkan kejahatan, disebut anpeksa, caranya, ada orang yang tidak dapat dikuasai, membuat kejahatan, bagaikan ingin berperang, menantang untuk bertempur, itu kejahatan yang dibuat, tidak dapat diketahui, oleh sang raja, sang raja tidak dapat membunuhnya, oleh karena kalau ada kehendak sang raja, biarkan ia dahulu, pikirkanlah supaya orang lain membunuhnya, terbunuhlah ia oleh orang lain.
14a. ya dening wwang waneh, wekas nikangupaya, upeksa ngaranya, sangapatih tonton mangkana, maharlija Matsyapati, umenengaken ri sang Kicaka, apangpang ri sang dropadi, tan tinangguha rira sadenya mati de sang Bluma, lawan sang Bhima siddha dening upaya upeksli ngaranya, Muwah ikang upaya indrajala, pajarakna deninghulun, aji kasiddhan, gatinya preyogakna ring palagan; mangda salah panoning musuh, manon megha, anon peteng, tanana peteng, anon udhan tan ana udhan, anon api tanana api, anon gunung tanana gunung, anon dhwaja Sanjata, anon wastu tugel, katon, hana wastu katon tugel, hana wastu tiba katon, tanana wastu tiba, wadwanira weh nira makramaja, kunang deya nira sang prabhu, dum nira wadwanira, rumuhun, haywa marelum (am?) pah, dosaning abotobot
14b. Upaya itu disebut upeksa, sang patih menonton, maharaja masyapati, membiarkan sang Kecaka, berlaku jahat terhadap Dropadi, tidak dikuasainya, akhirnya ia dibunuh oleh sang Bhirna, dan sang Bhima berhasil karena upeksa namanya. Dan apa yang disebut upaya indrajala, yang akan saya uraikan, ilmu keberhasilan, yang patut dilaksanakan dalam pertempuran, yang menyebabkan salah penglihatan si musuh, melihat mendung, melihat gelap, namun sesungguhnya tidak ada gelap melihat hujan, namun tidak ada hujan, melihat api, namun tidak ada api, melihat gunung namun tidak ada gunung, meiihat bendera, atau senjata, namun sesungguhnya tidak ada sesuatu, rakyatnya diberiknnya melaksanakannya adapun cara sang raja menghadapi, yaitu terlebih dahulu membagi rakyatnya, jangan diberi beramburan, besar dosanya
14b. pareng lakuning bala yan mangkana, maruhur aprakara titaning bala, telas pwa sira dum lum ampah kang bala., lumaku sira maring musuh, masepanapati sira, }wiring maka senapati, sujanma, arya desanya, wruhing wiweka, kasihana de sang mantri, wruhing raja dhanda niti, ika ta yogya glaren, senapati, mangabyasa mantri siddhi, tan hana ring sarwa bhawa, tan weragyalah dening musuh, weruh manguwahi dhandanan, sakti ring karya sang prabhu, ika ta glaren, wwang senapati, marapwan sawadwanira, ing rahina wengi, apa ta lwiraning lampah, sang prabhu, mwang wadwanira kanakan, panggulu sang prabhu, tumandang sang narendra, mwang atnnira, bala kosa, mari carakanira, telasning lampah sang prabhu, mangke ndi ta unggwaning wahan!, ikang kuda, i wuri iringan kalih, ikang ratha, iringaning kuda, ilcang gajah, iringaning ratha kalih, ikang wadwa padati saalas, kwe
14b. Kalau turut pada jalannya tentara demikian, terlebih dahulu tentara harus ditatar, setelah mendapat pembagian tugas masing-masing, berjalanlah menghadapi musuh, disertai para senapati (pemimpin tentara), yang patut dijadikan senapati adalah orang yang bertingkah laku baik, berasal dari desa yang baik, bijaksana, dikasihi oleh para menteri, memaharni ajakan raja dhandaniti,itu patut dilaksanakan, oleh seorang senapati, memahami ajaran Mantri siddhi, tidak mudah dikalahkan oleh musuh, tahu bertata laksana, memahami pekerjaan sang raja, itu yang mesti dilaksanakan oleh senapati, sehingga semua rakyatnya berhasil, pada siang dan malam hari, bagaimana halnya perjalanan sang raja dan rakyatnya, yang ditemui oleh sang raja, berhasillah sang raja bersama permaisuri serta rakyatnya dan serdadunya, setelah perjalanan sang raja, sekarang dimanakah tempat kendaraan sang raja, kuda, di belakang dua ekor, kereta disertai kuda, gajah disertai dua buah kereta, serdadu berkereta dengan jumlah banyak,
15a. hnya, iringaning gajah, unggwan ika, paran umangguh auri de sang prabhu, ikang mantri ginelar senapati, sira tak tulak hara kang de sang prabhu, mangkana lampah sang natha, haywa ta bage lampahing wadwa, wehen sira araryan de sang prabhu, dhateng pwa sira kahananing musuh, magawe ya sira byuta, ilea ta lwirnya, maka byuha de sang prabhu, telas ika magawe byuha, lumaku ta sira, sumahaseng musuh, prangen, alahen, suduken, sakarep ira tingkah, mangkana bala nira tinkah, kabeh konen maksaha, hana tingkah tiba, hana wastu mider, ika ta prayoga mangakana, mangda salah pakoning musuh, ika ta indrajala ngaraning upaya, mangkna leksakna de sang prabhu, ring palagan, katakuta nira, tumoning kawidhagdhanira. Ika ta Sapta upaya, kwehnya prayogakna de sang prabhu, ring musuh yang pangulah akna kadigjaya.
15a. Iringan gajah tempatnya, siapa yang duduk dibelakang sang raja, para mantri serta para senapati, mereka ada penjaga sang raja, demikian perjalanan sang raja, janganlah memaksa jalannya rakyat, berikan, kesempatan beristirahat, ketika tiba ditempat musuh, buatlah kerusuhan, setelah membuat keributan, berjalanlah menyerang musuh, dikalahkan mereka, tombaki, segala gerak diperhatikan, seluruh rakyat hendaknya disuruh menyerang, dengan tiba-tiba, dengan berputar-putar, hal ini patut dilakukan sehingga musuh kebingungan, hal itu disebut upaya indrajala, hal itu hendaknya dilaksanakan oleh sang raja dalam pertempuran, ia tentu ditakuti oleh musuh yang melihatnya keahliannya. ltulah tujuh upaya, hal patut dilaksanakan oleh raja terhadap musuli kalau ingin menemui kejayaan,
15b. pira ta kehing upaya, teluwelas, kwehnya, lwirnya : Sandi wigraha, asthana, dwewibhawa sangsraya, yatika sadguna, nga., tumuta sapta upaya, lwirnya : sama, dhana, bheda, upeksa, maya, indrajala, ya ta teluwelas kwehnya, kunang sang prabhu yan ahyun manglekaskna upaya, madulurana dhana, yata kweh pandanakna karya siddhi, yan tan padulurana, ikang sama ngujarana hayu; ta madulurana paweweh, mas mwang wastradi, bhusana, tan wenang mangkwasungana karyasiddhi, sira sang prabhu, yadyapin mantri nira tuwi, kena ring upaya tan padulurana, tana teguh buddhi nika, matangyandhana duluraning sama bheda, de sang prabhu, ika musuh karika magawaya sang prabhu upaya, wadwanira waneh hana kari duhkani sraya kurang wiweka, padha lawan duta sira tan weruh ring ala hayuning karya. Telas ikang upaya, lawan dhana,
15b. Berapakah banyaknya upaya, tiga belas, jumlahnya, yaitu : sandi wigraha, asthana, dwewibhawa, sangsraya, itu disebut sadguna, ditambah dengan sapta upaya (tujuh upaya) yaitu: sama, dhana, bheda, upeksa, maya, indraja/a, menjadi berjumlah tigi belas. Adapun sang raka kalau ingin melakukan upaya, disertai dhana (sedekah), yaitu banyak memberikan karya sidi, kalau tidak disetai, sama disebut baik, tidak disertai pemberian berupa emas dan pakaian dan yang lain, tidak patut diberikan karya sidi, sang raja ataupun mentrinya, kena upaya, tidak teguh budinya, oleh karena itu dana hendaknya menyertai sama bedha, musuh sang raja biasanya membuat upaya, rakyatnya yang lain ada yang kesusahan dan kurang kebijaksanaan, seperti halnya utusan yang tidak mengetahui baik-buruknya perbuatan. Setelah upaya dan dhana, dhandalah yang dilaksanakan
16a. dhanda gawayakna de sang prabhu, ya daya nira manganakna dhanda donira, ikang satru, mamuja sira rumuhun, ring brahmana, ring bhatara, ring sapta grha, huwus pwa sira marmljii, tingkahen ta wadwanira, wehenta kramaja, nihan tingkahen, lwirning bhasi mahamantri, wadwa ing wuri matraning sang prabu, mushuhumatni, wenang mangalahaken, iringen saka, cidranya, mangakana lwirning dhampayudha, paracitra gatinya. De ya sang prabhu, ya tika musuh mundur katut, kawawa ring desa mahala, trbis gunung durbhik.5a kunang, irika kna de nira, haywa ris dening sumahe riya, haywa wineha dhana mangkanandening angiring kacidra nikanang musuh, ikang para cidra kinenaken gawayakna de sang prabhu, apa ta phalanika, mangkana kalahning musuh, ika pracidra ring paprangan, tan pangde papaning sang prabhu, ling sanghyang agama, syapa tinon ta rnangkana, sang
16a. oleh sang raja, kalau tujuannya mela.ksanakan dhanda terhadap musuh, memujalah terlebih dahulu, kepada sang pendeta, ke hadapan dewata, kepada sapta graha (tujuh tempat), setelah selesai memuja, persiapkanlah rakyat, berikan mereka tatacara, begini caranya, bagaikan bhasa mahamantri (?), rakyat di belakang, didekat sang raja, dapat mengalahkan, iringan serta upayanya, demikian halnya dalam menghadapi perang. Akal sang raja, yaitu untuk memundurkan musuh, lalu dibawa ke daerah yang buruk, jurang atau gunung yang sukar dilalui, di tempat itu akan diketahuinya, jangan diberikan dhana, karena yang mengiringi, dikhianati musuh, apa pahalanya demikianlah kekalahan musuh, itulah pengkhianatan dalam perang sabda sang hyang agama. Siapakah yang berlaku seperti itu, sang Aswatama adalah
16b. aswatama sira para cidra, tumoning sang Pandawa, mati anaking Pandawa. De ya sang prabhu, yen liman karepira wahana pilihana ikang liman, ageng maruhur, sawijilamon. liman lewih, maranapes wisesanira, kapanggih nikang digjaya, mwang eka catra nira maranalah satru nira kabeh, matangyan sang prabhu limanageng wahana nira ya pamuk niran alah musuh nira, matangyan sang prabhu, masiha ring kuda liman, mwang ring wadwa kabeh, masiha ring jagat raya. Iti aji kamandka, sanghyang raja ni ti, ulahakna de sang prabhu, mwang mantri nira, makadi sang pandita, purohita widdhi, telas karuhun wadwa rakryan sira kabeh, sima sira ring jagat raya. Kelasanam nama siddhi, wasistasya jagat diti, Sarwa dewopasimenak, isware padhakancanain. Ikang Bhagawan Wasista sira manembah manembah mamuja ring bhatara Parame-
16b. pengkhianat. terhadap sang Pandawa, meninggallah putra sang Pandawa. Tingkah sang raja, kalau gajah yang dihadapi pilihlah juga gajah. yang tinggi besar, seekor gajah yang utama, yang sangat perkasa, tentu ditemuilah kejayaan, yang sangat perkasa, tentu ditemuilah kejayaan, serta kesatuan kekuasaan dan kalahlah musuJ1, oleh karena itu sang raja mengendarai gajah besar, itu dipakai untuk mengamuk sehingga kalahlah musuhnya, oleh karena itu sang raja menyayangi kuda dan gajah, serta terhadap seluruh rakyat, kasih terhadap jagat raja. lni pengetahuan Aii Kamandaka, atau sang hyang Raja niti, yang mestinya dilaksanakan oleh sang raja, serta para mentrinya, juga oleh sang pendeta dan pendeta kerajaan, sampai seluruh rakyat semuanya, semua yang ada di jagat raya ini. Kalasanam nama siddhi, wasistanya, jagatditi, sarwa dewopasimenak, isware pada kancanam Bhagawan wasista beliau menyembah serta memuja Bhatara Parameswara,
17a. swara, ri puncakning Kelosa, malinggih ring padma Kanaka, sarwa dewa rowang nira, maka nimitta ring hayuaning rat,. adi dewa uwara, ujar bhatara, ling nira. Wrddha wahana sabdawi, wipranesranwa madhana, dasas ca mala antanca, papa wighne winasakah. Anaku kita bhagawan Wasista, knohika patakonta i kami, nimittaning rat mahajenga, rengenta wuwus mami, maha pawitra, iti mangilangakna wighna, dasamala papa tri mala, haywa ta kira tan prayatna, dlengakentamatan ta haywa salah, angen angenta pawarah ingsun rengen, marapwan kita wruheng meweh mwang sang.5aya lawan ala hayuning rat, nihan kramanya. Loke ki wipraka rowi, paksa ni catiir asramah, Granantimanayo samyak, wimargga swarga moksatah. Kalinganya, ikang paksa patunggalaning catur asrama, tan wehen salah parana de sang wiku,
17a. di puncak gunung Kelasa, duduk di padma (singasana) emas, disertai oleh para dewata yang menyebabkan kesejahteraan dunia, Sang Adi Dewa (Siwa) bersabda, sabdaNya : Wrddha wahana sabdawi, wipranesranwa madnana dasas ca mala antan ca, papa wighne winasakah Putraku bhagawan Wasista, sangat utamanya pertanyaanmu kepadaKu, sebabnya dunia menjadi sejahtera, dengarlah kata-kataKu, yang sangat mulia, yang dapat menghilangkan segala penyakit sepuluh kekotoran, kemelaratan serta tiga kekotoran, janganlah hendaknya engkau tidak hati-0ati, perhatikan dengan baik-baik, jangan sampai salah, pikirkanlah apa yang Alm ajarkan, sehingga engkau mengetahui kesusalian, kekhawatiran serta baik buruknya dunia, begini masalahnya Loke. ki wipraka rowi, paksa ni catur asramah granantimanayo samyak, wimargga swarga moksatah.
Artinya, ada pembagian yang menyatu dalam Catur Asrama, tidak diberikan salah pengertian oleh sang pendeta.
17b. wenang awananing mungsira maring swara kamoksan, nihan kaprtyaksa nira sang wiku, ngaranira, pat kwehnya. Grhasta brahmacarin ca, wana prastana niksuka, Siwagama Siwagama pramma suddha, saddawa bheda laksanani. Kalinganya, lwir wiku pas kwehnya, grhasta, brahmacari, wanaprasta, bhiksuka, diidii laksananya, sowang-sowang. Grhasta putra wanwandhu, agn1madewa piijita, utang Ustra sadha yogi, astita buddhi gerawa. Kalinganya, dharmaning sang wiku grhasta, manak marabi, amerdddhyaken sambhada, agelemamuruka angaji trayT gorawa ring tamuy, agelem mamiija, bhakti ring dewa, mangkana tingkah sang grhasta. Brahmacari dhana dharma, na duhka ni sama gama, na sangsaya garembha, nigraha jati ratmahi. Kalingannya, dharma sang brhamacari, tan dadi duhkaning rat, tanana prayojnana, tanana sangsaya
17b. dapat sebagai sarana untuk menuju sorga dan kebebasan (moksa), inilah yang sangat diperhatikan oleh sang pendeta, em pat jumlahnya. “Grhasta brahmacarin ca, wanaprasthana bhiksuka, Siwagama pramma suddha, sadhawa bheda laksanam”. Artinya, perincian yang berjumlah empat itu, grehasta, brahmacari, wanaprastha dan bhiksuka, berbeda perbuatannya masing-masing. “Grehasta putra wanwadhu, agnimadewa pujita, utag sastra sadha yogi, astito buddhi gorawa”. Artinya, kewajiban sang wiku dalam golongan grehasta, beristri dan berputra, mengembangkan persembal1an, senantiasa belajar, hormat dan menjamu tamu, selalu memuja serta bhakti kepada dewa, demikian kewajiban sang grehasta. “Brahmacari dhana dharma, na duhkha ni samagama, na sangsaya garem bha, nigraha jati satmahi”. Artinya, kewajiban sang brahmacari, tidak boleh berbuat yang menyebabkan kesusahan masyarakat, tidak mempunyai tujuan, tidak ada yang dikhawatirkan, tidak
18a. tanana sakaryaning rat, tan pomah matinggal pangaweruh, maluya tutur, mawak jati, mangkana tingkah sang brahmacan. Wanaprasta aswi dharma, tapijawa samahjita, weragtatewa bhaktinawi, pramanam jatI ningaskalam. Kalinganya, dharmaning sang wiku, wanaprasta, manusup matapa, samadhi, tan keneng strl, bhakti ring dewa, makambek niskalajatI, mangkana tingkah sang wanaprasta. Bhiksukasya sadakarma, dhatra dehanturindodwa, ayajna bhuta yajiianam, nigunam sastra gocaram. Kalingannya, lamah sang dharma bhiksuka, agelem mamawiweka sastra, mamiweka sarwa tatwa, mangindhangi bhuwana, tan keneng rowa tapa, samadhl tan wenang omah, mangkana tingkah sang bhiksu. Samangkana satingkahing hana sang manandang dhaluwang, sang sinangguh wiku, pat akwehnya, yenana manandhang dhaluwang, len saking catiir asrama, dudii wiku ika, janma upta-
18a. mengerjakan suatu pekerjaan, tidak berumah, meninggalkan segala pengetahuan, juga ajaran ajaran tutur berbadankan kebenaran, demikian perbuatan sang brahmacari.
“Wanaprastha aswi dharma, tapi jawa samahita, weragyatewa bhaktinam, pramanam jati ningas kalam” Artinya, kewajiban sangwiku wanaprastha, menyusup (kehutanan) dan bertapa, bersemadi, tidak beristri, bakti kepada Dewa, benar-benar kerohanian, demikian perbuatan sang Wanaprastha. “Bhiksukasya sadakarma, dhatra dehantunindodua, ayajna bhuta yajnanam, nigunam sastra gocaram”. Artinya, kewajiban sang wiku Bhiksuka, senantiasa meresapkan aJaran sastra, mempelajari segala tattwa (ajaran filsafat), berkeliling dunia, tidak melaksanakan tapa, semadi, tidak berubah, demikian tingkah seorang Bniksuka. Demikian pelaksanaan kewajiban, ada orang yang membawa kertas yang disebut wiku (pendeta) empat jumlahnya, kalau ada yang membawa kertas, selain catur asrama, bukan pendeta itu orang
18b. ta ngaranya, saking dwapara wikali sangkara, yan wiku samangkana. Yowanam walkalijan, caturasramam prajjalu, drokantamata sadyakta, amamana mahadewo. Kalinganya, ikang manandang daluwang luput saking catur asrama, amanamana ring dewa, maka nimitta kadrowakannya, tamah yan pinangan. Saddharangko mahakfila, ayudhanana kakamna, dewa yan dekama tadwa, loka dhubalakarana. Kalingannya, ya mahakala, pawakning mahakala, ya durbala ikang rat, maicweh perang, lahru winahing hyang, kawah ikang rat denya, matangyan ilangakna de sang amawa rat. Raja purohita samyak, samagamain suddhasitri, sadyonaka puja rastu, dinoratro muniswara. Akalasawan mapadyane, prabho digjaya matrake, manantraknatawijago, srayawisokana tobyo. Kalinganya, yogya
18b. utpata namanya dari jaman dwapara dan kalilah pendeta yang demikian. “yowanam, walkalijari, caturasraman prajjalu, drokantamata sadtyakta amamana mahadewo.” Artinya, orang yang “manandang daluwang” berada di luar catur asrama, ia menyama-nyamai, sebagai akibat dari kesombongannya, tamah (kotor) kalau dimakan (?). “Saddharangko mahakala, ayudhamana kakamna, dewa yan de kama tadwa, loka durbala karana” . Artinya, yang disebut mahakala, yaitu rusaknya negeri, banyak pertempuran, panas terik, bagaikan neraka dunia ini, hal itu supaya dihilangkan oleh sang raja. “Raja purohita samyak, samagamam suddhasitri, sadyonaka puja rastu, dinoratro muniswarah, akalasawan mapadyane, prabho dijaya matrake, manantra knatawijago, srayawiso kana tobyo”. Artinya, orang yang patut dijadikan –
19a. purohitaya, sang wiku weruh ring tatwagama, weruh mangajitraya satya ring istrI, ring mas pirak, tan mitya wacana, agelem mamuja rahina, wengi, mwang ratri sadakala tan kaluban ring siwarcana, mrthanaken ring hayuaning sang prabhu, sira ta yogya purohitii, maka manggala nikang rat sira, sawuwus nira pinintuhu, katwangana pamujaning mpirak dening sang prabhu, lawan rat, apan ikang rat rahayu de nira, matangyan tkanana sakapti nira. Prado karmatadinakti, piirwane surya sewanam, madhyadhanatayajiia, madhya ratro siwarccanam. Kalinganya, ulah sang prabhu, yan mahyunajeng nikang rat, wenang apangebaning bhuwana, enjing tamangungwa tan kadhawuhana walu, masucya ta sira, tumulyamiija ring sanghyang Raditya, tengah ngweng mamujii atawura ring sarwa bhuta, makadi ring hyang Riimaraja, tengah wengi mamuja ring Siwa. A wiro karma
19a. purohita (pendeta kerajaan), yaitu sang pendeta yang memahami tattawa agama, memahami ilmu pengetahuan, setia pada istri, tidak berkata bohong, senantiasa memuja dewa siang dan malam, setiap saat tidak melupakan pemujaan terhadap Siwa, membuat kebahagiaan sang raja, orang itu patut dipakai pendeta kerajaan, sebagai pemuka seluruh negari, segala yang diucapkan patut dituruti, dihormati dan dipuja oleh sang raja serta seluruh masyarakat, karena beliau membahagiakan masyarakat, oleh karenanya segala yang dikehendakinya supaya dipenuhi. “Prado karmatadinakti, purwane surya sewanam, madhyadhanatayajna, madhya ratro siwaroanam”. Artinya, perbuatan sang raja, kalau ingin supaya negeri menjadi sejahtera, di pagi hari supaya bangun tanpa dibangunkan, kemudian menyucikan diri, lalu memuja kepada dewata Surya, tengah hari memuja dan berkorban kepada bhuta, utamanya kepada sang Hyang Ramaraja, tengah malam memuja dewa Siwa.
19b. ca buddha, alepya manahayato, ayosopini dewatya, andanata raksasa. Kalinganya, yanana mantriwyala pamanama ring sang pandita, ampagamping sarwa karya, apanga de kawaninya, atehering dewa, ya ta ilang nagara sang prabhu. Manamka purwa karyami, prajan upalakarkuyat, na munina dewa murcca, prayoge bhuta sutawan. Tingkah ning sang mantri ginelar senapati, tanampagampag pawiwekanen rumuhun, ala hayuning karya. wruha ring saptopaya, weruh ring sarwa karma, sadwaha ring tri mala, sabddha karma tarttha, tuhu-tuhu bhakti ring tuhan. Wiwekimngupi kurwate, arenanam yatam brasta, akarota maha prabo. Kalinganya, huwus mangkana, mangkatangdon sang prabhu, dulurana wiweka, niya ta raja satru sang prabhu, noraning wighna. Kukulumuni rityahu, sastrajnapi waceksana, samnana
19b. “Awiro karma ca buddha, alepya manahayato, ayosopini, andanata raksasa”. Artinya, kalau ada seorang mentri berani (mencepa) sang pendeta, menolak segala pekerjaan, kelewat keberaniannya, juga nantinya akan mencela dewata, akhirnya hilanglah kerajaan sang raja. “Mamam ka purwa karyamo, prajan upalakarkuyat, na munina dewa murccha, prayoge bhuta sutawan”. Tatacara sang Mantri memilih senapati, tidak sembarangan, timbanglah terlebih dahulu, baik buruknya kerja, mengetahui sapta upaya, mengetahui berbagai kerja, jauh dari tri mala, sugguh-sugguh bakti kepada pimpinan. “Wiweken ngupi kurwate, arenanam yatam brasta aka roto maha prabo”. Artinya, setelah itu, berangkatlah menghadap sang raja disertai wiweka, di manakah tempatnya musuhnya sang raja, tidak ada yang merusak (?). “Kukulumuni rityahu, sastrajnapi wiceksana samnana
20a. jiyatonatah, utpatah raja durlabha. Kalinganya hana wiku lituhayu, alaksana weruhing mangaji, wruhing siwagama, tuhu te janma, cepanggana lwirnya, panjer, cana, pangkon, angambeng, palang pasir, sabha wukir, cedaning wiku, pancer, nga., wiku yan tusning yaii.jatna, kadhang aji kunang, dhandhanya, nga., wiku matunggu aji, candi prasaddha, susut simpuru, brahmana Sewasogata, pangkon, nga., wiku tusning kabayan buyut, pasimansiman, angambeng, nga., wiku tumutanglayar, karyaninbandadagang, patitihan, palang pasir, wiku angupadeni, amalaku maspirak, guruyaga sabha wukir, wiku magawayayu pitraning mati, mangurwa mas pirak, guruyaga phala bhoga, mwah miu karya, ning suratman, yatika wiku ceda ngaranya, maweh sira tirtha ring sang prabhu, mwang rahup, utpata temen ika, mangdanyaken ilaila rikang
20a. jiyotonatah utpatah raja durlabha”. Artinya, ada wiku yang tampan, memahami ilmu pengetahuan, memahami ajaran Siwagama, cepanggana yaitu: panjer, cana, pangkon, angambeng, palang pasir, sabda wukir, cacadnya sang pendeta, Pancer artinya pendeta keturunan ya yanjatma, dandannya artinya pendeta penjaga raja, candi, tempat suci, pangkon artinya wiku keturunan kabayan buyut (?), pasiman-siman, angambeng artinya, wiku yang turut berlayar, pekerjaan berdagang, palang pasir artinya wiku yang memperjualbelikan mas perak, sabha wukir artinya wiku yang menyelamatkan roh orang mati, menerima emas perak, dan aturan guru (guru yaga) berupa makanan, serta turut dalam kerja sang suratman, itulah wiku cacat namanya, kalau ia memberikan air suci kepada sang raja, serta air pembasuh muka, sungguh utpata (kotor?) itu, yang menyebabkan negeri,
20b. rat, haywasta sang prabhu denya. “Muni sukula sastranta, suddha sila sulaksanam, samnanadiyaksonatha, sulabha puma laksanam. Ka. sang pandhita sukula, suddha sila weruh mangaji, matrayi, abrahmaja, puma laksana, sira tasungana tirtha rahup ring sang prabhu, masangkapanga kunang sira, matangnyan rat pahayu, pari piirna swasta dirggha yusa sang prabhu, sulaba laksana temeruka. Kalanasetalenasi, krtlincah tirtha dwapare, angkaralita patyahu, raksasanaii.cah wilokasya. Nyan prakaraning krama, patakwehning yugga, lwirnya : Krtta, treta, dwapara, kalisanghara, kajarakna maka nimittakaraksahaning rat. Prjana raksani krto, yogya ca satya wadinam, si sundhani rtam nityan, m1.,1ninam iiya bhaktinam. Ka., ikang rat, dudu karaksahaning sayungga, kunang raksa
20b. merosotlah sang raja olehnya. “Muni sukula sastranta, suddha sila sulaksanam, sam nanadiyakosantha, sulabha puma laksana”. Artinya, sang pendeta sukula (keturunan mulia) tingkah lakunya suci, tahu banyak pengetahuan, sempurna tingkah lakunya, beliaulah hendaknya dimohonkan air suci pembasuh muka oleh sang raja, sehingga negeri menjadi tentram sempurna, bahagia dan panjang umur sang raja, perbuatan yang sangat mulia itu. “Kalanasetalenasi, krtancah tirtha dwa pare, angkaralila patyahu, raksanancah wilokasya”. Berikut ini perincian beberapa banyaknya yuga Uaman) yaitu kretta, treta, dwapara, kalisanghara, akan diuraikan, sebagai penyebab terkuasainya negeri. “Prjana raksani krto, yogyas ca satya wadimam, si sundhani rtam nityam, muninam aya bhaktinam”. Maksudnya, dunia ini, tidak hanya dikuasai oleh satu yuga (masa), adapun keadaan dunia pada jaman kretta,
21a. haning rat, ring krtta pajarakna rumuhun, nahan dening karaksahaning rat ring krtta yugga, rahayu, maka nimittha. yoga, samadhi Ian kasuddhasilan, kaparanarthan, kasadhuning sang irabhu. Lokaniraksiiji kiiryat, titalepateni dena, Sandinat dharma lenapi, jnanani hromakarana. Ka., dening amahayu rat, ring tretayugga, maka nimittta kanirmalan, jnana mwang sandi maka putus ta homa yajna. Bhuwanosya wandaname, dwapare sasanakiila, sarwa yajne samantraham, prabhu na mujine kiiryat. Ka., ika sang prabhu, sang pandhita, dening amahayu rilt, ring dwapara yugga, mahajenga maka nimitta sarwa yajiia, dewa yajna, pitra yajna, bhuta yajiia, pandita yajna, saha mantra sakti. Prjiieni mata kalitram, loka murkke naraksanam, Aneka dharma kalena, balo
21a. diceritakan terlebih dahulu, beginilah keadaan dunai pada jaman kretta, dunia menjadi selamat, damai, sebagai penyebab orang banyak melakukan yoga, semadi, serta kesucian tingkah laku, keluhuran pikiran, kestician sang raja. “Lokaniraksaji kuryat, titalepateni dena, sandinat dharma lenapi, jnanami hromakarana”. Maksudnya, keadaan dunia pada waktu treta yuga, sebagai sebab kesucian (orang-orang masih) melakukan homa dan yadnya (kurban ). “Bhuwanosya wandaname, dwapare sasanakala, sarwa yajne samantranam, prabhu na mujina kuryat”. Maksudnya, sang raja, sang pendeta, dalam menyelamatkan dunia pada dwaparayuga, lewat melaksanakan berbagai yadnya, seperti dewa yajna, pitra yajna, bhuta yajna, pandeta yajna, diserta mentra sakti. “Prajneni mata kalitram, loka murkke naraksanam aneka dharma kelena balo
21b. raja saha taman. Ka., karaksahaning rat, meweh karaksahaning rat, sadhu sakwehingagawe ala, tamah satwara, pinangan mwikabamanam, kunang hetuning kali yugga, mahajenga. Narendra bhisekawapi, munisena mahakala. mantrinama bhisekana, samyak losyanabaking. Ka., Sang prabhu bhisekanen lawan mantri nira, de sang wisesa pandhita, sang prabhu weknangaji sanghyang, eka cakra warttI, sang mantri wehanangaji bhuwana purana. Panca dustana silancah, murke dwesa papasan mam, tajetnakagunii lokam, dayena setya dharmanat. Ka., ri wasan marayanande sang natha gumawayaken jagat raya, matangyan jagat maring murka, pada menengnya matakut ikang sarwa dusta, maka nimitta gunilning sang prabhu, mwang guna nira ring kasatyan, mulahaken dharma prkttining rat. Sarwa gunajire-
21b. raja saha taman”. Maksudnya, keadaan dunia pada masa kali, sang raja sukar menguasai dunia, orang-orang bijaksana semuanya berbuat curang, berbuat nista, karena dikuasai oleh jaman kali yuga. “Narendra bhisekawapi, munisena mahakala, mantrinama bhisekana, samyak losyanabaking”. Maksudnya, sang raja dan para mantri dilantik oleh maha pendeta, sang raja tekun mempelajari kitab suci, tata cara memerintah dunia, para mantri diberi pelajaran bhuwana purana. “Panca dustana silancah, murke dwesa papasannam tajetnakaguna, dayena setya dharmanat”. Maksudnya, ketika sang raja memerintah dunia yang menyebabkan takutnya mereka yang menentang, semua penjahat menjadi takut dan diam, sebagai akibat dari kebijaksanaan sang raja, serta karena beliau menjunjung kebenaran dalam menjalankan pemerin tahan.
22a. natha, mantri notsaha buddhinat, krtta bale hateyanwa, kayokiyatika saddha. Ri sedhengnya mame dhek sang natha, gunaning sang prabhu, sang mantn utsaha manglekasaken ikang niti, makatanggwan prayatna ring sila rahayu, matemahan krta yugga, ikang kali sanghara yugga. Dirggha yusana sarwadah, nirogganirupadrawa, asadyasampadhan cewah, ananeka bhogarasah. Kunang wastuning kaliyugga, ikang rat tan gering tan upadrawa, dirgghayusa ikang wwang, mwang akweh pinangan pari nitya dadi. Dhana ratna suwarnnanam, prakirnna nanca sakrtta, lokekada dirgghawaiicah, malo pandita sudenah. Nihanikang cihna mwah, kang mas manik pirak, warttakagmanya, maka nimitta dening kwehing udhan, dening piija nira sang pandita. Wrksosiphala sangkimna, pramanam sya wrddhisanta, suryyo tejo mandha tiksnam,
22a. “natha, mantri notsaha buddhinat, kretta bale hateyanwa kayokiyatika saddha”. Tatkala menghadap sang raja, · (kebijaksanaan sang raja sang Mantri berusaha berbuat sesuai dengan ilmu kepemimpinan, sebagai wujud dari perbuatan yang baik dan benar, sehingga ke tentraman (kreta yuga) dapat terwujud sebagai penjelmaan dari jaman kehancuran (kali yuga). “Dirggha yusana sarwadah, nirogganirupadrawa asadyasampadhan cewah, ananeka bhogarasah”. Adapun tanda hilangnya kali yuga, dunia ini tidak ditimpa kesakitan dan kemelaratan, orang-orang menjadi panjang umur dan banyak tersedia adanya pangan. “Dhana ratna suwamnanam, prakimna nanca sakrtta, lokekada dirggghawancah, malo pandita sudenah”. Berikut ini tanda-tandanya yang lain, emas perak permata, sebagai akibat banyaknya hujan, karena puja mantra sang pendeta. “Wrksasiphala sangkirnna, pramanam sya wrddhisanta, suryo tejo mahasukham
22b. paksam mrgho mahasukham. Ka., ikang kayu-kayu sarwa nitya phala muwah, tan keneng lwas, ikang nandhaka makweh wekanya, teja sanghyang aditya tanapanas dhahas, dening megha, nitya sasumangsanging akasa. Sarwa gamantadutpadwi, praye suklo karaksanat, brahma wedastranenade, sarahwana catur warna. Enak tan wijilaning sarwagama, maka nimitta raksahaning rat maka karana dewa mantra gegenya, de sang catur wama, mwang catur janma, nihan lwirning catur janmii, Brahmana, Ksatrya, Wesya, Sudra. Dwija rsi, sewa sogata, Brahmanika. Prakadhah catiir janmanam, brahmanam ksatryascewah, wesya sudro purulonam, brahmagotya dhanarana Ksatrya, nga., prabhu riija putra, kadhangaji, ksinatrya ika. Wesya, nga., wwang tani tan salah, kriya, tusning kabayan buyut, kulina ring desanya, yeka we-
22b. Paksam mrgho mahasukham”. Artinya, kayu-kayuan senantiasa berbuah lebat, sapi banyak anaknya, sinar matahari tidak begitu panas karena angkasa senantiasa diselimuti mendung. “Sarwa gamantadutpadwi, praye suklo karaksanat brahma wedastranedane, sarahwana catur warna”. Agama berkembang tidak baik, sebagai penyebab terjadinya dunia, sebagai akibat mantra dan dewa diyakini oleh sang catur warna dan catur janna, inilah pembagian catur-catur tanma: Barhmana, Ksatria, Wesya, Sudra. Dwija, Resi, Sena (pendeta siwa) sojata (pendeta Budha) adalah brahmana. “Prakandhah catur janmanam, brahmana kstrayas cewah, wesya sudro purulonam, brahmagotya dhanarana”. Ksatria, artinya, raja, putra raja dan keluarga raja itu disebut kesatria, wesya adalah kaum tani, para pekerja keturunan kabayan (nama golongan) itu disebut
23a. sya, nga., Sudra, nga., adagang, apatitigan, amangku kangar, yeka sudra, nga., ika ta kaphat padha mijil saking sarira Bhatara Brahma. Nego brahmana pandani, tundani candala’s cewah, drsyane bhuhanetoha. Ka., tiga ikang purusa tan mijil saking sarira bhatara Brahma, Iwirnya panca karmma, astadasa candala, mleca sadtuca. Krtta kadga palabancah, usadani paiica karma, dharma yuda candaraneh. Ka., ikang panca karma tan tumuting catur, janma, tan tan tumut candala, kunang tinutnya dharma yuda, krta kadyah, nga., pande wesi, palaganca, nga., pande dhadhap, citra kara, nga., anglukis, murawancah, nga., juruheng, usaha, nga., suratman, yeka panca karma ngaranya. Aneka candalahukta, wrksabhingata karana, wrsta malani atancah, prano dhauanprana antah. Bandengeratna dandancah, trimidalhogahlatraha,
23a. wesia, Sudra artinya berdagang, berjual beli, itu disebut sudra, keempatnya sama-sama lahir dari badang Bhatara Brahman. “Nego brahmana pandani, rundani candala’s cewah drsyane bhuhanetoha”. Artinya, tiga golongan (orang) yang tidak keluar dari badan Bhatara Brahma yaitu apa yang disebut panca kanma astadasa candala (12 candala) dan,sad tuca (6 tuca). “Krtta kadga palabancah, usadani panca karma, dharma yuda ancaraneh”. Artinya, yang disebut panca karma (5 karma) tidak termasuk dalam catur janna, tidak turut candala (kahinaan) adapun diturutnya dharma yuda (kewajiban dalam pertempuran),krta kadgah artinya pandai besi, palaganca artinya pandai dhapadhap (?) citrokara artinya pelukis murawancah artinya, tukang hen (?) usada artinya suratman (tukang tulis) itu disebut panca karma. “Aneka candalahukta weksabhihgata karana, wrsta malani atancah, pranodhayanpranananantah, Bandege ratna dandancah, trimidalhojahlatraha
23b. Sarwadhatu ni dhandascah, toyakancana sanggraha. Raketantu krsnancah, telakriya kumbhakarya, dyutahetawajataghna, drwyadhi brahmastadasa. Ka., waluwelas sakwehing candala krama, ndya lwirnya, undagi amalansen, angungge, ajagal, abrkis, asta manik, akris, apande mas, anglimbha, anggabag, ambedel, amuter, andyun, anjalagraha, angundi, adasa, angutil, ika ta kabeh, astadasa candala, kramanya. Dhapayomrttadomleca, gita dasca yawadisa, dharsana siddha sadhyasah, sad sangkya suta sanggraha. Nem kwehning mleca, lwirnya : anggending, awayang, amrakigel, angdhung, amula mulahanika. Tuwan sadwiyayananca, yanado dusta sawana, kincanakah kliwa sakya, sawah sotah tadharanah. Nern kwehning sutejanma, lwirnya : ambandha, kuni, amureng, angu
23b. sarwadhatu ni dhandancah toyakancana sanggraha jataghna, drwyadhi brahmastadasa”. Artinya, delapan belas jumlah golongan candala krama yaitu undagi, amalanten, anguangge, ajagal, abrekis, asta manik, keris, apande mas, anglembhu, anggabag, ambedil, amuter, andyun, anjalagraha, angundi, adasa, angutil, semua itu disebut astadasa candala (delapan belas candala). “Dhapayomrttadomleca, gita dasca yawadida, dharsana siddha sadhyasah, sad sangkya suta sanggraha”. Enam jumlah mleca, yaitu anggending, awayang, amrakigel, angidung dan amula-mulahan. “Tuwan sadwiyayamancam yanado dusta sawana kin canakah kliwa sakya, sawah sotah tadharanah”. enam jumlah sutejanma, yaitu ambandha, kumi, amureng anguler.
24a. ler tadhah wuk. Catur warnnam bhedayana, yasajiia brahmanaya mahastasto, kastrya desa sraddascah. Ka., nihan tingkahning catur janma, ndya lwirnya : brahmana, ksatrya, wesya, sudra, beheda kramanaya sowang-sowang, maka nimitta dudu kawetonya, saking sarira bhatara Brahma. Wesysyamani mitrawuh, uroanggawahanasya, pracatepa sudrasyapi, amapinetadyatwadya. Ikang wesya mijil saking pupu bhatara Brahma, sudra mijil saking talampakan, bhatara Brahmasa. Brahma hasantrasatancah, ksatrya loka kalanam, wesya krtti wala! cewah, sudra pitu sadewarah. Ka., dhannaning sang Brahmana weruh ring sastra sarwagama, agelem mamuja satelasing sarwa traye. Ka., dharmaning sang kstatrya, eruh mangraksa rat, mapageh ring kasaddhasilan, mengeta ri kaprabhun, weruh ring rasaning bhuwana purana. Dharmajining wesya, magaga sawah, manguningaka
24a. “Tadhah wuk Catur warnam bhedayana, yasajna brahmanaya mahastasto ksatrya desa sraddascah”. Artinya, inilah yang disebut catur janma, yaitu brahmana, kstaria, wesya dan sudra, berbeda tugas dan kewajibannya, dari badan Bhatara Brahma. “Wesysyamani mitruwyh, uroanggawuhanasya, pracatepa sudrasyapi, amapinetadyatwadya”. Wesya lahir dari pupu (paha) bhatara, Brahma, sudra, lahir dari talampakan (telapak kaki) bhatara Brahma. “Brahmanhasantrasatancah, ksatrya loka kalanam wesya krrti walas cawah, sudra pitu sadewarah”. Artinya, kewajiban seorang brahmana memahami sastra ilmu pengetahuan dan agama, senantiasa memuja Tuhan sehingga habislah segala kenestapaannya. Adapun kewajiban seorang sang kstaria, tau menjaga dunia, senantiasa bertingkah laku yang baik, senantiasa ingat akan tugas kepemimpinan, mengetahui inti sari ajaran bhuwana purana. Adapun kewajiban seseorang bertani atau bersawah.
24b. lirapuhan, sumuguhana tamuya kanista, madhyamottama, ateguha ring manusa sasana. Dharmaning sudra, angarepaken sarwa karaning rat, mahyunakna pasar, mangenakna kitri, yasapunya, mwang malepasnadhana, mpirah sewaka ring sang prabhu, bhakti ring sang pandhita, mapagena ring katulanan, matengeta, ring warah sang pandhita. Nista mangsa sangsayoyah, musikopakara sonah, krimiyomanakascewah, na bhukti yonarendrya. Nihan kanista mangsa, tanyogya tadhahen de sang prabhu, lwirnya, tikus, kadhal, uler, wiyung. Nista mangsat baksanatah, maloka satru wijaya, hinakayam durlabhancah, agoyusyain bhumikrmpa. Niham tingkahing sang prabhu, kalanangajeng kasista mangka, makweh dosaning .rat, satru mangawasana, hina sakti, prang makweh, ilen gering makweh, osik nikang rat, mangkana alaning rat. Kam subhakti
24b. Memberi suguhan kepada tamu, dengan tingkatan nista (kecil) madya (menengah) dan utama (utama), teguh melaksanakan manusia sesana (aturan-aturan manusia). Kewajiban seorang sudra menghadapi segala yang berkaitan dengan perdagangan, membuat pasar, melaksanakan jasa, dan derma, dan ikhlas melepas kekayaan hormat kepada raja, bakti kepada sang pendeta menjaga dengan baik apa yang diajarkan oleh sang pendeta. “Nista mangsa sangsayoyah musikopakara sonah krimiyomanakascewah, na bhukti yonarendrya”. Inilah makanan yang hina yang tidak patut dimakan oleh sang raja, yaitu : tikus, kadal, ular, dan wiyung. “Nista mangsat baksan atah, maloka satru wajaya hinakayam durlabhancah, agoyusyam bhumikrmpa”. Inilah perbuatan sang raja kalau memakan makanan hina tersebut, banyak dosanya masyarakat, dikuasai oleh musuh, kurang kesaktian, banyak peperangan, banyak penyakit, kerajaan menjadi ribut, demikianlah kerusakan kerajaan (negara). “Kam subhakti
25a. mahamasam, miwawaraho mrghascah, mahisam paksi bhramaram, wrsebo prabhu na suwih. Nihan kang sinangguh mangsa rahayu, katadhaha de sang prabhu, lwirnya, iwak tasik, bawi, burwan, mahisa, wrsabha, tawon we dhus, itik, antiga. Triyadosinariprabho, dyakisawe mahabhakse, dewa padyektara samyak, parama siinya llaksanam, Tingkahaning sang prabhu yan patadhaha, sopacara mawangudetan, manggiha ring patarana, pahenaken de nira ngenaken idhepira, mwang buddhi nira, regepeniran kramaning paprabhun mamuja sira rumuhun, maswara ringdewa, mwang sarwa bhuta, niyata manggih sukha sira wirya mageng. Kanta rajaswala ili, sangga mas parsancah, nprana wighna karanam. Ri sedheng nikang stri brahmatya pranikunang, tan wenang nira sanggana, ila-ila temen, bwat magawe weghna. Twam karma sanggama raja, buddhnya niimlilaya pogyam,
25a. Mahamasam, miwawaraho mrghascah, mahisam pak sibhramaram wrsebo prabhu na suwih”. Inilah yang disebut makanan yang baik, yang patut disantap oleh sang raja, yaitu ikan laut, babi buruan (hutan) kerbau, tawon, kambing, itik dan telor. “Triyadosinariprabho, dyakisawe mahabhakse dewapadyaktara samyak, parama sunya laksanam”. Ta tacara sang raja kalau menghadapi hidangan, sebelumnya hendaknya duduk ditempat yang ditentukan, tenangkan pikiran terlebih dahulu, demikian pula tenangkan budi, pikirkanlah tentang kewajiban kepemimpinan, hendaknya terlebih dahulu memuja, menyembah dewata dan mengingat para bhuta sehingga kebahagiaan senantiasa didapat serta besar kejayaannya. “Kanta rajaswala iii, sangga mas parsancah, nrpa na wighna karanam”. Tatkala sang permaisuri sedang datang bulan, sang raja tidak boleh melakukan seggama, sangat berbahaya dapat menyebab kan malapetaka. “Twam karma sanggama raja, buddya nirmalaya
25b. nam rlirya sunalaksanam, paritram kama pujitam. Kuning yangsang prabhu yangahyun pwa sanggama, lawan bini aji nira, sakala wa hayu, lihning buddhina,k kalih pawitra temen ika sakset mamuja ring sanghyang Semara ika, ya mangkana anggrahing prabhoddhanasnya, astinaloka durbala, makirnna kawatas cewah, akning kiwam palawanet. Sang prabhu yananggamlippirak, durlabha ikang rat, makweh pancawura, akweh malaning rat. Bhumiterawitan drsti, caksyu kacdhanamewasya, Sastroktah prabhu laksanam. Ulaha nira, sang prabhu tuminghala juga sira, hulu nira kang kapracaya, dening angga meli prak, mangkana tang laksana yukti. Prabho mrghopaksihasta, mukena hasta kamanam, loketnya ngisti rogena, yudesananekedhana. Sedheng mamati mrgha paksi sang prabhu, maka saranang tangan, dening mfukanira,
25b. yogyam, nam rarya sanalaksanam, pawitram kama pujitam”. Adapun kalau sang raja ingin melakukan senggama, dengan permaisurinya, hendaknya dicari saat yang baik, sungguh hal ini akan menjadi sangat suci bagaikan memuja sanghyang Semara (Dewa Asmara) kalau demikian. “Sanggrahing prabhodhanasya, astinaloka durbala, makirnna kawatas cewah, akning kiwam palawanet”. Sang raja kalau ingin membeli perak (?) negeri menjadi rusak, banyak pengacau, banyak penderitaan negeri. “Bhumitera witan drsti, caksyu kacdhanamawasya sastroktah prabu laksanam”. Perbuatan sang raja senantiasa mengamati, pemuka masyarakat yang dipercaya, hendaknya rriembeli perak (perhiasan) itu, demikian seharusnya yang dikerjakan. “Prabho mrghopaksikasta, mukena hasta kamanam, Loketyangisti rogena, yudesananekedhana”. Tatkala sang raja membunuh binatang atau burung, dengan memakai tangan karena marahnya,
26a. donya tan manggiha alaning rat. Wyakti muja kning mas iprak, tekana sakapti nira, marapwan sang prabhu manemwa ngeka cakra. Nihan gunaning sang pandita, widhi pa ti akarya mahabhara, tanalengka de nira, tan kawenang sira dening saptopaya, matangyan sang widhi pati sira tangisana, sekungen sira de sang prabhu, ndan meweh rrat morahara, ra, upadrawa dening hyang, ri makweh sang pandita, widhi pati tangisana manambhanana, matangyan sang prabhu haywa lambasewalca arma ring sang pandita, karuhun bala mantri nira. Masanikang rat kabeh padha prajflafi, weruh ring sapta upaya, catur pariksa, anghing samangkana hinganya, tan weruh ta ring mahabaran, tuhun sang tetes weruhring tatwa buwana, ala hayunya, sira sang pandita, widhi pati juga, makweh prang marohara tang bhuwana. Bhupati pralayasamyak, sarwa caroraksadasca, anocara wipracawi, niyati bhumi nirmala. Prayatna
Sehingga tidak menemui kesusahan negeri, sungguh ia memuja emas perak, sehingga datangnya segala yang diinginkannya, penyebab sang raja memenuhi kejayaan. lnilah kewajiban sang pendeta, widhipati adalah pekerjaan yang berat tidak sanggup olehnya, tidak dapat belitu melaksanakan oleh karena adanya sapta upaya (tujuh upaya) oleh karena widhipati i tu tidak dapat dilakukan, sang raja tidak membantunya, sehingga susahlah masyarakat bagaikan dihukum oleh dewata, karena banyaknya sang pendeta yang tidak dapat melakukan widhipati itulah sebabnya sang raja janganlah sampai terlambat memohon ajaran dharma kepada sang pendeta demikian juga para mantrinya, sehingga masyarakat menjadi pandai memahami sapta upaya, catur periksa, namun kurangnya adalah bila tidak mengetahui mahabara (pekerjaan yang berat?), sungguh ia yang benar-benar memahami filsafat dunia (tatwa bhuwana), baik-buruknya, beliau sang pendeta, banyak perang dan perusak dunia. “Bhupati pralayasamyak, sarwa cariraksadasca, anocara wipracawi, niyati bhumi nirmala”. Hati-hati
26b. sang prabhu, prayatna ikang rat, mapan anut satingkah sang prabhu, matuturing ambek yukti, apageh ring dharmanya sowang-sowang, enak tingkah ning rat, tanana ta letuh ring bhuwana. Bawe bhaktim apandita, suwarnnadakadiyati, bhutava ndya widhi pato, sarwa karyatam sambhawam. Tumut ulah sang prabhu lawan mantri nira, bhakti sira lawan sang pandita, widhipati, purih ing upadesa, satru ngaranya, sang kumarya alu i kita, odasina ngaranya, saji gunanya iri kita, wruhing sarwa guna, mangigelamasramasrama, manembaha, kandhaga cariga, itiwamandhi, sucata sira, sang sura ring rana, satya wacana, bhutkya ri sang prabhu, gunagrha, dharma buddhi, hana pangaweruh sira, irika sira wadwa ngaranira, weruh ring nagara krama, mengeta sailaning sang prabhu, hana wwang murkha, pratikula, ati prasangga, wengasya, widruma, ika ta haywa winarag. Atwa murkha nga
26b. Sang raja, hati-hati pulalah masyarakat karena masyarakat senantiasa menuruti perbuatan sang raja, menuruti pikiran yang benar-benar melaksanakan kewajibannya masingmasing, masyarakat menjadi baik, tidak ada yang mengotorinya. “Bawe bhaktin apandita, suwarnaadakadiyati, bhuwatwa naya widhipati, sarwa karyatan sambhawam”. Mereka menuruti pebuatan sang raja dan para mantrinya, ia bakti kepada sang pendeta, widhipati (bhakti kepada Tuhan) mempelajari upadesa (ajaran agama), musuh namanya orang yang berbuat kejahatan pada dirimu, odasina namanya orang yang menunjukkan keahliannya pada dirimu, mengetahui segala pekerjaan, menari, menembak, kandhaga (keris), cariga (semacam senjata), sucata beliau yang menang atau berani dalam pertempuran, setia pada kata-kata, bakti kepada sang raja, berbudi luhur, ada pengetahuannya, mengetahui kewajiban kenegaraan ingat pada kewajiban sang raja ada orang yang pemarah, sombong, lobha, itu tidap patut dituruti. Atwa murka artinya,
27a. ranya, ring nahasya de sang prabhu tinulaknya, prati kula, nga., gunaning sang prabhu tinulaknya, aparangga ngaranya, tan ika tinakonaken, i irya winarahakennya, mogasya ngaranya, akweh sahurnya, yan pangaweruh ndatan panglengkara dening weruh, matangyan sira, prabhu sihaywa tan padrawya wiku widhipati, matangyan, sira, eka cakrawartti. – o – Iti sanghyang bhuwana purana, kemitaning sang prabhu pati, mwang mantri nira, haywa wera. – o – Nihan krarna nagara ring pandhiri nira luma, ring tirtha, yan panangkil tan kapungkura, tan kapwa kawingkinga, krama nira, mwang keringa akarenggitaning tuan, cestllira, ngaranya, ulahning tuan, dharsana ngaranya, tinghalining tuan, buddhi pariksa ngaranya, loning buddhi, ika ta ke ngeta
27a. Rahasia sang raja ditolaknya, pratikula artinya keahlian sang raja ditolaknya, artinya, memberitahukan apa yang tidak ditanya, mogasya artinya banyak cakapnya, kalau tentang pengetahuan tidak mampu ia menyusun kalimatnya, oleh karenanya sang raja hendaknya jangan sampai tidak memiliki pendeta sidhipati, sehagai penyebabnya menemui kejayaan. Ini adalah ajaran Sanghyang Bhuwana Purana, yang patut dipegang oleh sang raja beserta para mantrinya dan janganlah sembarang diumumkan. Berikut ini adalah ajaran ketatanegaraan, tantang tata krama seorang raja, kalau sang raja dihadap, ia tidak didahului, hendaknya para penghadap melaksanakan etika menghadap seorang pernimpin, menunjukkan kepandaian, kebijaksanaan dan keluhuran budi, sikap periksa itu disebut akarenggi ta, akarenggita artinya hormat kepada pemimpin darsana artinya penglihatan pemimpin cestakara artinya perbuatan pemimpin, buddhi pareksa artinya keluhuran budi, itu hendaknya diingat.
27b. kna ra satru, ringudhasih ring guru. Guru ngaranira sang mangawruhi irika. Sira ta wadwa ngaranya, niyata sinangguh nagara jiiana ngaranya. Mwah hana Catur pariksa, nga., kawruhana de sang mabhakti matuan mapa kwehnya, dhana pariksa, std pariksa, karya pariksa, rana pariksa, Dhaana pariksa, nga., pinariksa ring dhana , Stn pariksa, nga., pinariksa ring istrl. Karya pariksa, nga., pinariksa swakarya. Rana pariksa, nga., pinariksa ring perang, ring musuh, ika ta bancananing sang prabhu, kengetakna de sang masewaka. Mwah kengetakna de sang asewaka saptati, hana panca raksa ngaranya, lwimya, : naya raksana, Srawana raksana, uswasa raksana, jihwa raksana. Naya raksana, nga., tan darppa ring turu, kadyangganing larwa larwan tiba ring dharma, mati dening cakswTndrya. Srawana raksana, nga., mucap-ucap lawan
27b. Adanya pada musuh, pada sahabat dan pada guru. Guru artinya orang yang memberikan pengetahuan padamu. Yang disebut wadwa tentu disebut negara janana (pikiran negeri). Ada yang disebut catur pariksa, yang patut diketahui oleh oleh mereka yang bakti kepada pemimpin, uraiannya dlzana parik sa, stri pariksa, karya pariksa, ran a pariksa. Dhana pariksa artinya, dapat menguasai kekayaan. Stri pariksa, artinya menguasai istri. Karya pariksa, artinya menguasai pekerjaan sendiri. Rana pariksa. artinya menguasai peperangan, menguasai mus uh. Itulah yang sering menjadi bencana sang raja, hal itu hendaknya senantiasa diingat oleh masyarakat. Yang lain yang patut juga di ingat, ada yang disebut pancaraksa, terdiri dari naya raksana. srawana raksana, uswasa raksana, fihwa raksana. Naya raksana artinya tidak dikuasai pada kesenangan tidur, bagaikan laron jatuh pada lampu, mati karena indria (keinginan) matanya. Srawana raksana. artinya berkata-kata
28a. sang prabhu, hana pwa sewaka ring sakarengo, kadyang garung, manjangan, kna dening sabdha. Sparsa, ngaranya, darppa ring istn, kadyangganing liman lanang, kna pinikatijg liman wadon. Jihwo raksana, nga., darppa ring pangan inum, tonen ta mirakna dening paiicing. Grana raksana, nga., darppa ring gandha, kadyangganing tawon mahyung mataning liman, mati tan sinimbet dening talinganing lapan. lka ta kengetakna de sang sewaka niti jiiana, wuha ring kala desa, ro bhedanya prabhu desa, prabhu kala, sot madesa. Prabhu kala ngaranya, akaryaning sang prabhu, ingawakanira, Sotmakala ngaranya, diwasa parandha sumambutaken wwang para sang prabhu, ikang prabhedaning kala, kunang dosa rwa ika, pamareda sang prabhu, sewaka weruh paknaning gunanya, weruha pamaredhaning tuan, kewala weruh ringana,
28a. kepada sang raja adalah permohonan pada apa yang didengar, bagaikan menjangan terkuasai oleh kata-kata. Sparsa, artinya dikuasai oleh istn, bagaikan gajah jantan, kena kuasa oleh gajah betina. Jihwo raksana, artinya dikuasai oleh makanan dan minurnan, lihatlah si ikan yang kena pancing. Graha raksana, artinya dikuasai oleh bau-bauan, bagaikan tawon ingin bau telinga gajah, akhimya mati tersum bat pada telinga gajah. Itulah yang mesti diingat oleh mereka yang menepati ajaran kepemimpinan, dipergunakan dalam ukuran tern pat dan waktu, dua bedanya yaitu apa yang disebut prabu desa dan prabu kala. Prabu kala, artinya perbuatan sang raja pada tempatnya. Sotmakala, artinya saat yang baik bagi pendeta menerima orang lain, perbedaan waktu ada dua yang dapat merusak raja, mereka yang mengetahui maksud kebijakannya, mengetahui kelemahan raja.
28b. haywa pati purug purugya, haywa marek yan mangucap sang prabhu, desa ngaranya. Ika ta wruhana de sang sewaka, haneng dhaleming nagara, mengeta ring saptiiupaya. nga. Aroparupi kadrsanta, opadyasa, asang krtta, maya ningaksara, mengeta ring candra, ganisa, karma, tarka, mantrI manketa ring kamaya, mwang sakala mala, tanana ringgita kagawa ta weruh, yaning sarwa bhiisa, wruha ring prabehedaning sangamawa, mwang tandha rakryan, wruhanambhadani winarwa, bhumipati, dharma pati, hrstapati. Bhumipati, nga., sang prabhu senapati, ngaranya, rakryan mantn koripan, maha mantr1 .halu, maha mantrl sirikan, sang mangkana tang sepanati, tumuta sampa, kalubanten, prtakjana, wiruk, rang@., mandhandher, jurucapang, tambar, dadyaaka. Desapati ngaranya, jurukmita. Karma pa ti ngaranya, ja-
28b. jangan sembarangan bertingkah, jangan mendekat pada sang raja kalau sang raja sedang bersabda , desa namanya. Hal itu hendaknya dipahami oleh masyarakat yang ada dalam suatu negeri, ingat pada sapta upaya namanya. Aroparupi kadrasanta, opadyasa asang krtaa keabstrakan aksara, ingat pada candra, ganisa, karma, tarka, dan sakala mala, tidak ada dalam tulisan, ada dalam pengetahuan, kalau dalam bahasa akan diket”ahui perbedaan yang membawa, dan tandha rakryan (nama ke pangkatan) hendaknya mengetahui kedudukannya, bhumipati, dharma pati, krstapati. Bhumi pati artinya sang raja senapati (pemimpin pasukan), rakryan mantri koripan, maha mantri hahi, maha mantri sirikan, itulah yang disebut senapati, turut juga sampa, kalabuhanten, prtakjana, wiruk, rangga, mandhandher, jurucapang, tambar, dadyaka. Desapati artinya, tukang jaga Karma pa ti terdiri dari
29a. mbha, raja, ranu, pamotan, candha, wiraha, mayangan, kawikwan. Hrasta, ngiidhi, sanmatha, cempa, kling, prasola, jambu, dipa, sita mitra, de sang prabhu jawa, ika ta kawruhana de sang juru kanayaken, mwang sanggrahMeta, yapwan pilih mas, mwang gaduh, mapa kmitan, rajapeni sang prabhu, weruh teka lunghaning pirak, mangkes maneketa, weruh romaning maspirak, mwang paramartha, wruha ring regaparirega, wruha ring ganita, tuhagana matura, tanintara saking gambar, tatwana nguni, puja matugugaruh. Japwan panguwarya, pabhasanan, wruha ring dodot, raja yogya, wruM ring ala hayu, ring mulya lawan tan mulya, memengetaken teka lunghaning wedhihan, mahalep kadi laris larisan, dagang dagangan, esuk mijil, saking dalem puri, maka cadanga basahan, mapanadhahan, ma-
29a. jambha, raja, ranu, pamotaa, wiraha, mayangan, kawikwan hrastha, ngadhi, sanmatha, cempa, kling prasola, jambu depa, sita mitra, oleh sang raja Jawa, itu hendaknya diketahui oleh sang juru kanayakan, dan sanggrahaleta kalau memilih emas, dan gadhuh, bagaimana cara menjaga kekayaan raja, tahu akan kepergian perak itu, menjaganya, tahu wajah emas dan perak, dan yang mana mulia, tahu akan ciri-cirinya, mengenai tanda gambar, sesuai dengan ajaran-ajaran terdahulu. Kalau panguwarya dan pabhasanan, hendaknya mengetahui kekayaan raja, · mengetal1ui pula baik buruknya, yang mana mulia dan yang tidak mulia, mengingat datang dan perginya berwajah tampan, yang pagi harinya berjalan berdagang dari dalam istana, sebagai cadanya basahan sebagai penadan, mengadakan salangsaran.
29b. ngadhangakna salangsaran randitapusapusan, sore pwa puja sang prabhu, mangadhangakna wedhihan putih, mangkana lwir pangawaryan, mwang juru kanayakan, eyopadesa ngaranya, winarahan diidii silanya, uwadesa ngaranya, winarahnya ring ulah yukti rahayu, prasaddha ngaranya, wineh pawongan istrI, ratna, kanaka, raja pabhogadi. Nihan lwiming sayogyanangambah nagara, tan ban bar1 molah mojar, wagmi, mungu rupaning sastra, suyasa, sura ring rana, weda prajii.a, mangda sukaning rat. Suddhya sarira jnana, paramartha, nitya mareka ri sang prabhu, ika ta de yatna de sang sewaka dharmaning sang prabhu, ika ta manuta ring sang prabhu lawan rat, den kadi wwang masewaka ring bhatiira Guru, kadyangganing liman, aja pati purug-purugi, muwah bhakti nira ma.guru, sewaka ring mitra, ring satru tuwi, Opaksana, haywa pramada, dhandha-
29b. randita apus-apusan, ketika sore hari, ketika sang raja tengah memuja, ia harus mempersiapkan wedahan putih demikian pekerjaan pangawaryan dan juru kenayakan, eyo padesa namanya, kalau salah tingkahnya disebut uwadesa diberi tahu tentang perbuatan yang sungguh-sungguh rahayu, prasada namanya diberi orang wanita, permata, emas dan berbagai sandang dan pangan dan lain-lain. lnilah caranya memerintah negeri, tidak sembarangan berkata, memilih kata, menekuni sastra, bertingkah laku yang baik, pemberani dalam pertempuran, memahami weda, senantiasa membuat sukanya negeri, berpikiran suci, bercita-cita luhur, senantiasa menghadap sang raja itulah yang patut dijalani oleh abdi negara, itulah yang patut dilaksanakan di dunia ini bagaikan orang yang bakti kepada Bhatara Guru, bagaikan seekor gajah, tidak sembarangan merusak, serta bakti kepada guru, hormat kepada sahabat terhadap musuh sekalipun berjiwa pemaaf, janganlah som bong, hukumannya
30a. nya yan pasawitanikanang, asiha kunang, asiha kunang ring anak rabi, sewakii ring sang weruh mangaji, bhaktasya suma wuring sira, yan awarah nira tinanyan, wruha ring kala de sang Sewita ring drwya, bhaktia ring mitra, atawanga sira, ala nikang tumenget i satru, tumuluyanane sira, wastuning brahmatya ika, haywa tan bhakti ring bapa ibu, sadiikala sewita ring sang pandhita, yogiswara, matwang anembaha haywa sampay, apan ana satyangayu, ingungsi dadya janma sewita ring para para samanya, wruha ring sarwa guna, laksana, sarwa sastra lokita jflana, wruheng rana jajna, saha mantri sakti, ikang sewaka mangkana, pinagehaken dewata yan mati, tatan parin bhusana, m_alepakenika raja karya, sudharsana, menaka ta kita tininghalanta, bhumi nagarajna, wruha patut sadulur, palungguhing caturjanma, ka
30a. kalau bertingkah, senantiasa belas kasihan, kepada putra dan istri hormat kepada orang yang mengetahui/pandai dalam suatu ilmu, bakti kepadanya, menjawab kalau ditanya, mengetahui waktu, bakti kepada sahabat, janganlah tidak hormat kepada ayah dan ibu senantiasa hormat kepada pendeta Yogiswara (mahayogi) hormat dan menyembah tanpa ragu, karena ada kebenaran yang dituju oleh orang yang demikian, hotmat kepada sesama memahami berbagai pekerjaan, tingkah laku, berbagai ilmu pengetahuan dan logika, memahami makna korban dalam peperangan, orang yang seperti itu sutlah tentu di jemput oleh para dewata ketika ia mati, tanpa pakaian terlihat tampan, seluruh negeri menghormati serta menurutinya, bagaikan berbadankan catur janma,
30b. la desajna, weruh ring semara upeksa, sabdha buddhi, weruh ring sarwa bhasa, tan madoha ring sang pandita, byakta lingga sewaka dharma, pranata bhiikti susila, sadhananing mamarahaken, kanuragan, keka catraning sang prabhu, wruha ring dewa piija, Siwa bhakti, samadhya kajan dtrgghyayusa, mwang timsamdhyamasa dwaya mantra, i sn maharaja, ksukulasanta nira. Muwah tan umareka ring strT, tan tinghalana ring sang prasaddharaja, dewi nira, lamun mahyun makridha sang prabhu lungha doha yadyan makarma, ngiiniweh yan tan pakarmli, matangyan mangkana pratingkahing wadwa, mapan wisnu murtti, tatwaning sang prabu, hatur kahyun sang prabhu lawan rat, yatika uttama para, loka sampata. Nihan kramllning nagara laksana, kengetakna de sang sewaka, saptati, hana pwa sewakll prayatna knarikii, sira ta sinangguh parama wadwa ngaranika. Ita sanghyang
30b. kala (waktu) desa (tempat) dan pikiran memahami ilmu smara upeksa, kata-kata dan budi mengetahui berbagai bahasa, tidak jauh dari para pendeta senantiasa mempelajari kebenaran, hormat, bakti serta bertingkah laku yang baik, sarana mengajarkan kejayaan, kejayaan sang raja memahami aturan memuja dewa, bakti kepada Siwa, semadi serta mengucapkan mantra dirgahayu, serta melakukan tri sandhya (sembahyang tiga kali- kepada sang raja senantiasa hormat. Dan lagi tidak mendekati istrinya dihadapan sang raja, hendaknya tidak dilihat oleh sang raja, istrinya kalau ingin bersanggama sang raja pergi menjauh terlebih lagi kalau tidak berbuat makanya demikianlah tingkah menjadi rakyat, karena bagaikan dewa Wisnu, keadaan sang raja, pikiran sang raja memenuhi negeri itu disebut utama, loka sampata. Inilah tatacara memerintah negeri, hendaknya senantiasa diingat olah rakyat yang penuh waspada itulah disebut rakyat yang utama.
31a. Kamandaka, -o- Nyam bhuwana purana. Madwe wadwa, pinaka dharma suluhira sang amawa rat, ikang catilr pangrasa lampahakna catur pangrasli, sama, bheda, dhandha, dhana, sama, nga., sinamasama, winargga warga, dening tuan, bheda, nga., tinindha denira sang prabhu ring tri mala. Tri mala, nga., Sabdha kamaartha, katah, ta pambedaning sang prabhu yan warnnanen. Dhanda, nga., amari kala ring wadwa, anglungsur lungguh. Dhana, nga., maweh demak pupurnnaman, dadi pwa ya sang sinama dinanan, de sang prabhu, tan weruh iya ring pamule nira sang prabhu, ring nanira, maruhur ta sangkeng pambekanya, sangkeng sabdhanya, anjrihaken ri sama samanya ngawula, tanana wani i riya, de ne murkane, yenana wadwa mangkana, walesakna dhana nira sang prabhu, samanira punika, dhandhanenya, tan dhandhananing artha, parikanin dhandhanening
31a. lnilah sanghyang Kamandaka Berikut ini ajaran bhuwana purana. Memiliki rakyat adalah bagaikan sesuluh bagi sang pemerintah, apa yang disebut Catur pangrasa hendaknya dijalankan, Catur pangrasa terdiri dari: sama, bheda, dandha, dana. Sama artinya dapat memandang sama seluruh rakyat, menganggapnya sebagai keluarga. Bheda, artinya pandangan pembedaan oleh sang raja tentang tiga kenestapaannya (trimala). Tri ma/a artinya, banyaknya kata-kata, keinginan dan kekayaan, tidak membingungkan sang raja. Dhanda artinya, memberi tempat dan kesempatan kepada rakyat. Dhana artinya, memberikan sedekah kepada rakyat, jadinya rakyat diberikan sedekah oleh sang raja, sekalipun mereka tidak mengetahui pemberian raja, kepada dirinya. Kalau ada rakyat yang kata-katanya sombong, ditakuti oleh sesama rakyat, karena kemurkaannya, kalau ada rakyat seperti itu, membalas pemberian sang raja, kenailah ia dhanda, ia tidak perlu dikenai dhanda (hukuman) berupa arta, namun hendaknya
31b. lungsuraning lungguh, ala panasa bhuktinya, wiwirangeniya, ala panasa balanya, kosa wahananya, apan sampun kna ring pambheda sang prabhu tata. Yan wus ka:parikala samangkana, antekna sacara cirinya, meweh kalawan tan meweh,mattitur kalawan tan patutur, matutiir pwa iya mareng pangawulaya, ta mwah awe dhi mareng sang prabhu, kasikasih iya, dhananana de sang prabhu muwah, sampunabhina dening ngandanani, wyataran ta kna sapaduni. -o- Wineh ika sang ratu, tan angangge catur pangrasa, ikang sama, dhandha, dhana, tan kinawruhan ta linakwan, dening mudha nira, tan angangge rehing sanghyang sastra, kamuniwacanan, ba wuriya, pan tan kasuluhan dening sanghyang sastra, dening agama, puharanya, ikan wadwa, hana wwang wani kinajrihan, hana wwang wedhi-wedhi windekaken, menang kangagung, kalah kang alit, dening tan paku-
31b. diturunkan kedudukannya, kurangilah pangan untuknya, kurangi pula kekuatan tentaranya, karena telah kena ”pembedaan” sang raja. Setelah hal itu dilaksanakan perhatikanlah keadaannya, apakah ia susah atau tidak, ketika ia telah sadar kembali, dan takut kepada sang raja, kasihanilah ia, berilah ia derma, oleh sang raja, jangan tidak adil dalam memberi derma. Hal lain adalah sang raja yang tidak menerapkan catur pangrasa, sama, beda, danda, dana, tidak diketahui cara penerapannya, karena kebodohannya, tidak menjalankan ajaran sastra, dan agama, oleh karena rakyatnya penuh ketakutan, yang besar menjadi memang, yang kecil kalah, karena tidak
32a. la hastana, punika wetuning tan patata. -o- Nihan anamanih, lwring bhuwana purana, yan sang prabhu, mandadyaken mareng wadwa nira, manengklikna mareng galengaruhur, mangadwaken mantri, demang, kanuruhan, tumenggung· apatih, sakalwiraning amanca bhumi, ikang catur parisa, angge de sang prabhu, }wiring catur pariksa kawijnanan, wuwusen karuhun, wruhing wala wijna, rehing sanghyang sastra, kamunicawan, krttaya ring sarnanya ngawula, angangge buddhi pandhita, punika rehing kawijn.an. -o- Kasuran, nga., wani ring samara, sapatudhuhira sang prabhu mareng payudhan. Kadhiran, nga., Sadhu ring istri sadhu ring arsena, salwiraning karaja nira sang prabhu, tan mayuna, yana metenga= na twas sang prabhu, ndan mahyuna iya, lawan metuha sangkeng apathang nugrahanira sang prabhu, punika lwiring kasadhun. -o- Lwiring anguwusaken karya, sakarya nira sang prabhu, kang mari
32a. ada yang melindungi, demikian jadinya kalau tidak ada aturan. Ada lagi ajaran bhuwana purana, kalau sang waja memerintah atau memutuskan sesuatu mengenai rakyat mantri, demang, kanuruhan, tumenggung, patih, atau semua pemimpin negeri, catur pariksa itulah yang mesti dijalankan oleh sang raja, perihal catur pariksa hendaknya dipahami terlebih dahulu dibicarakan terlebih dahulu, paham akan hakekat ajaran sastra, semua rakyat akan merasa damai, karena sang raja melaksanakan budi kependetaan, itulah perihal budi yang dianut oleh sang raja. Kasuran artinya, berani dalam peperangan, menjalankan segala perintah sang raj a dalam pertempuran. Kadhiran artinya bersikap baik kepada istri, bersikap baik terhadap arta, segala yang diperintah sang raja, ia tidak ingin membuat gelapnya pikiran sang raja, tetapi ia senantiasa mem buat terangnya pikiran sang raja, itulah perihal ke baikan pikiran. Perihal menghentikan kegiatan kerja. segala pekerjaan sang raja, yang menyebabkan
32b. ngel, punika kangingarana nguwusaken gawe. -o- Punika ta lamonana wadwa nira sang prabhu, anggenapasananing catur pariksa, umungguh ring angganya, yogya ika karyanenapatih, de sang prabhu, apan anggenepi catur pariksa, ringjnanya, yanana wijnakewala, wani kewala, sadhu kewala, anguwusaken kewala gawenya, tan yogya ika gawenen patih de sang prabhu, kang anggenepi sasana juga yogya karyanenapatih, mapanikang wwang meweh dahat, kang tuduhenapatih, desang prabhu mapeningapatih, sampun pinaka sarira de sang prabhu. -o- Kunang manih ta carita ha, yan sang prabhu, tan adrwyapatih, sarira juga pinaka patih, abwat sang prabhu yan mangkana, utawi tan mangkana sa. sananing sang ratu, apan ingapatih asung dhanganing sang prabhu, maka nguni wus rehing nagara, yanana patih juga, kawruhan ring ala hayuning
32b. lelah, itu disebut menghentikan kerja. Kalau ada rakyat sang raja yang melaksanakan catur pariksa, patutlah ia diberi gelar, oleh sang raj a, karena telah melaksanakan catur pariksa dalam pikirannya, kalau ada orang yang hanya sekedar berani. hanya menyatakan kerja saja pekerjaannya, tidak patut ia dijadikan patih oleh sang raja, hanya orang yang melaksanakan kerja sajalah yang patut dijadikan patih, karena sungguh sangat sukar, orang yang disebut patih, oleh sang raja, karena yang disebut patih sesungguhnya dirinya bagaikan telah menyatu dengan sang raja. Cerita lain lagi, kalau sang raja tidak mempunyai patih, badannyalah yang menjadi patih, sungguh berat raja yang seperti itu, atau tidaklah seperti itu mestinya perbuatan sang raja, karena seorang patih akan memperingan kerja sang raja, sebagai pelaksana jalannya pemerintahan, kalau ada seorang patih, yang mengetahui baik buruknya negeri,
33a. nagara, atawi, yawat bhatara Wisnu pitowin, adrwe apatih, sira sang udawa patih ira, nga. o – nihan yenana sang ratu tan kna tinangkil, eweh dening amawa wadwa, tan wering kawangsanyulatsama wacana akingking, awinghit, buddhining mantri nira, alu rupambekanya, beda kadi sang ratu, saha wacana, sawulsaliring roaring wadwanira, yanana mangkana, suka ikang wadwa, apan katiban sanghyang amrtta, mopamanya, kadyangganing tma taru lata, tan katiban dening warsatata, kadi hayunaken kari ri sana warsa, dening masa kartika, sawacananing sang prabhu, pinaka ririsa, den kadi pinaka sanghyang amartta, magkana ta anglungasmi hrdhayaning wadwa nira, dening sama angrengo sahandikanira sang prabhu, kadi mangu Sadhani ring wadwa, kang magering waras mangurip nya. -o- Nihan manis yenana sang prabhu, malekas
33a. dewa Wisnu sekalipun mempunyai patih, yang bemama sang udawa. Kalau ada seorang raja yang tidak dapat di hadap, susah karena memiliki rakyat, tidak memahami diri, kata-kata penuh kesedihan susah perasaan mentrinya, wajahnya tidak berseri, berbeda dengan sang raja, dengan kata-katanya ia kemudian dapat menyenangkan rakyatnya senanglah rakyatnya, bagaikan tersiram tirta amerta, kalau diumpamakan bagaikan pohon kayu yang kurus kering, tersiram hujan di bulan kartika (Oktober) segala yang dikatakan oleh sang raja bagaikan hujan gerimis, atau bagaikan tirta amreta, demikianlah ia dapat menyejukkan pikiran rakyatnya · mereka sama-sama mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan oleh sang raja, beliau bagaikan mengobati rakyatnya, yang sakit menjadi sehat kembali dan hidup sejahtera. Ini lagi kalau ada seorang raja yang melaksanakan derma,
33b. aken dhana, mareng wadwanir, den kadi dhana nira bhatara Indra, warsadhana nira, den kadi tibaning warsa, tanana pilih, sama katibana boha wangi, agung alit, katiban dening, ndan, mangkana reke sang prabhu manglepasaken dhana, tan dhana mrtta, nga., manginakana ri wadwanikang daridra. -o- Niha dening manglepasaken dhandha papati kunang, anuta sasananing sanghyang Yama, apan sanghyang Yama, anganggo krtta toweksa karihin, tan ganja gana andhanda, amatyani, manut sarasaning agama, mangkana malih sang prabhu, yen tan amales nadhanda, mapati, tan krtta nagara nira sang prabhu, anghing anuta sasana nira sanghyang yama, apan yan mangkana, yenanuta asana nira sanghyang · Yama, wedhi masiha wadwanira sang prabhu, tata, punika guna nira sanghyang Yama -o- Nihan ana, sang prabhu, tanana anut sasana
33b. kepada rakyatnya, yang bagaikan dermanya batara Indra, bagaikan ditimpa hujan derma, tidak memilih, sama-sama dikenai besar kecil dikenai oleh hujan, demikianlah keadaan sang raja kalau memberikan derma yang menyenangkan hati mereka yang kesengsaraan. Inilah perihal menjatunkan hukum mati, menurut tatacara sanghyang Yama, karena sanghyang Yama adalah bagaikan hakim. Beliau tidak sembarangan menghukum terlebih lagi hukuman mati, beliau senantiasa menuruti ajaran agama, demikian juga sang raja kalau tidak menimpakan hukuman, negeri tidak akan sejahtera namun turutlah tatacara yang ditempuh oleh sanghyang Yama, kalau demikian kalau menuruti tatacara sanghyang yama, rakyat menjadi kasih tertib, demikian guna beliau sanghyang Yama. Ini lagi, sang raja yang tidak menuruti sasana (peraturan)
34a. nira sanghyang Yama, anendha tan panuting agama, amateni tananganggotoweksa, binawur dening anendha, amatyanittan pasasananing sanghyang Yama, anglampahaken kali sangharajuga, kaharepnya ratu yan mangkana, punika ratu lwirnya mangkana, kinelikan dening wadwanya, wedhigila sakwehning wadwanya, tan wedi masiha kita , mangkana bahu ripuya, tanana bahu mitra. -o- Nihan ana sang ratu manggege rsi sasana, kewalaya amerih dening kasiddhan, ya juga kang mangke lepasen, tan ahyuning sukha wahya, sukha dhyatmika juga ya iningetaken hinganya, tan alekasaken papati, dhandha paridhandha huwus dening mantrlnira juga, tanana ranira sang prabhu, tan milu mangrasanana, kewala kang ginunita, siddhahaning yasa, amadanganapangrasa, mapaga kang amadhangi, tan lyan sang makon sira,
34a. eliau sanghyang Yama, menghukum tidak menuruti agama, membunuh tanpa berpegang pada aturan hancur karena hukuman, membunuh tidak memakai aturan sanghyang Yarna, menjalankan masa kehancuran (kali sanghara), raja yang seperti itu akan dimusuhi oleh rakyatnya, musuh sang raja semakin banyak sahabatnya semakin sedikit. Sang raja yang menuruti Resi sasana (pedoman seorang resi), ia hanya menginginkan kabahagiaan, ia melepaskan kesenangan yang sekarang, ia menginginkan kebahagiaan rohani, ia tidak melakukan hukuman mati, yang menjalankan hukuman mati, yang menjalankan hukuman adalah para mantrinya, sang raja tidak ikut campur dalam hal itu, yang dipikirkan hanyalah keberhasilan rohaninya, memperterang hatinya, mencari keterangan kepada gurunya
34b. punika lwiring sang prabhu, anganggo rsi sasana. lti bhuwana purana. – 0 – Puput sinurat ring rahina, Su, Pwa., Prangbakat, pang., ping 7, sasih ka 10., isaka 1884. Puniki rontal druwe pakultas sastra, udhayana, denpasar. -o-
34b. demikian perihal raja yang melaksanakan resi sasana. lnilah bhuwana purana, selesai disalin/ditulis, pada hari, su, pwa, Prangbakat, pang ping 7, sasih (bulan) ke. 10, isaka 1884, rontal ini milik Fakultas Sastra Universitas Udayana Denpasar.