Intisari Kitab Sarasamuscaya – Tentang moral dan Etika

Kitab Sarasamuscaya disusun oleh Bhagawan Wararuci, kisaran abad ke 9-10, dengan dua bahasa yaitu Sanskerta dan bahasa Jawa Kuno (Kawi). Kitab Sarasamuccaya ini sebagai intisari yang terdapat di Astadasaparwa (Mahabharata), gubahan Rsi Wiyasa yang memuat sejumlah ajaran tentang moral dan etika. Arti Sārasamuścaya yaitu : Sāra artinya intisari, sedangkan samuścaya artinya himpunan. Inilah himpunan dari instisari ajaran… Detail

Kepemimpinan Hindu dalam Tutur Bhagawan Kamandaka

Tutur Bhagawan Kamandaka memuat ajaran kepemimpinan Hindu, sesuai dengan ajaran kepemimpinan dalam zaman Jawa Kuna. Ajaran tersebut tampaknya memang pernah dijadikan pedoman oleh para pemimpin (raja) pada zamannya, serta telah diterap­kan dalam pemerintahannya. Lontar tutur Bhagawan Kamandaka ini memakai bahasa Jawa Kuna dan Sansekerta  dan ditulis dengan Aksara Bali. Ada beberapa konsepsi kepemimpinan yang termuat… Detail

Carita Jaratkaru, Kewajiban seorang anak pada Leluhur

Adapun Carita Jaratkaru muncul dalam bab V, yang oleh Sri Reshi Anandakusuma dibukukan secara tersendiri dalam bentuk Putru Astika Carita. Cerita ini juga termuat dalam Peparikan Adiparwa hasil kreativitas I Wayan Djapa. Carita Jaratkaru adalah salah satu cerita bagian dari Adiparwa. Adiparwa merupakan parwa pertama dari delapan belas parwa Mahabharata yang dikenal dengan Astadasaparwa. Sebagai sastra parwa umumnya, Cerita Jaratkaru juga… Detail

Berbagai Jenis Upakara dan Bentuk Tetandingan Banten

Upacara yang berasal dari kata sansekerta, Upa dan Cara, Upa berarti Sekeliling atau menunjuk segala dan Cara berarti Gerak atau Aktifitas. Sehingga Upacara dapat diartikan dan dimaknai Gerakan Sekeliling Kehidupan Manusia dalam upaya menghun=bungkan diri dengan Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa. Aktifitas ini dilakukan berlandaskan Kitab Suci Weda dan Satra Agama Hindu…. Detail

Penggunaan Puja Mantra (Stava, Stuti, Stotra dan Sehe)

Pūjāstava tidak dapat dilepaskan dengan teologi Hindu pada umumnya. Untuk itu penguasaan terhadap mantra-mantra Veda maupun pūjā, stuti, stava, stotra atau sêhê sangat mendukung pemahaman terhadap teologi tersebut. Pemahaman terhadap teologi Hindu hendaknya juga diikuti dengan upaya untuk menyucikan diri pribadi sebagai sarana untuk merealisasikan pemahaman dan penghayatannya itu. Penyucian yang mantap akan membuka atau… Detail

Makna Filosofi dan Konsep dari Suara Gamelan Bali

Penggunaan gamelan gambelan dalam upacara Yajña telah diatur dalam Lontar Prakempa dan Aji Ghurnita. Ajaran dalam Lontar ini tidak hanya memuat tentang filosofi gambelan Bali, seperti dewa penguasa dari masing-masing suara yang dihasilkan oleh gamelan Bali atau fungsi dari masing-masing barungan gamelan Bali, namun juga memuat estetika dari suara gamelan, etika dalam memainkan gamelan, dan… Detail

Etika Suami dan Istri Hamil di Lontar Baberatan Wong Beling

Pada hakikatnya setiap manusia mendambakan apa yang disebut kebahagiaan yang kekal abadi. Tujuan hidup manusia adalah untuk mencapai dan melaksanakan dharma sebagai pengendali artha dan kama yang merupakan sarana untuk mencapai kebahagiaan. Setelah melewati masa Brahmacari, seseorang diwajibkan untuk memasuki masa grhasta. Dalam tingkat hidup grhasta asrama (berumah tangga) ini masalah artha dan kama menjadi… Detail

Upacara Mebayuh Otonan sebagai Pembersihan Karma Wasana

Upacara mabayuh oton merupakan salah satu upacara manusa yadnya yang bertujuan untuk membebaskan manusia dari derita bawaan atau karma wasana atau dari sifat-sifat buruk yang dibawa sejak lahir. Sebagaimana ajaran agama Hindu bahwa manusia terikat oleh hukum Karma. Keterikatan pada Karma, menyebabkan manusia mengalami samsara atau kelahiran kembali untuk menjalani hasil karma sebelumnya. Yang dimaksud… Detail

Tutur Watugunung dalam Lontar Medang Kemulan

Tutur Medang Kemulan merupakan salah satu dari sekian banyak lontar tutur yang memuat tentang ajaran Siwa. Dilihat dari bahasa yang digunakan dan teks–teks sloka yang ada di dalamnya, maka tampaklah bahwa lontar Medang Kemulan termasuk lontar tua, tetapi lebih muda dibandingkan dengan lontar–lontar yang memuat ajaran Siwa yang lainnya seperti; Tattwa Jnana, Buana Kosa, Ganapati… Detail

Babad Sira Arya Kubontubuh – Kuthawaringin

Bhatara Ra Hyang Dimaharaja Manu turun di Tanah Jawa pada tahun Çaka 530 (tahun 608 Masehi), bulan Citra, hari kedua belas bulan hidup, wuku Julung Pujut. Baginda bermukim di Medang Kemulan, seraya mengadakan Yoga Samadhi. Sehingga tanah Jawa menjadi aman dan makmur semenjak Baginda Ra Hyang Dimaharaja Manu bertahta. Baginda memperoleh keturunan bernama Sri Jaya… Detail