Proses dan Peran Catur Sanak (Kandapat) dalam Kehidupan


Peran Catur Sanak sangat penting dalam kehidupan ini. Orang yang pintar secara intelektual belum tentu karakternya baik, moralnya baik serta orang yang emosinya baik belum tentu karakternya juga baik tetapi orang yang karakternya baik sudah pasti ada emosi yang baik pada dirinya. Dalam perkembangan sekarang pergaulan bebas, minum-minuman beralkohol. Tidak hanya bagi anak-anak tetapi karakter juga diperuntukan bagi kalangan yang tua, dengan mengetahui, menyadari, Catur Sanak ada dalam tubuh maka dia akan selalu menuntunnya. Semua kalangan membutuhkan karakter yang baik untuk mengabdi kepada nusa bangsa, agama sebagai wujud bakti kepada Tuhan yang Maha Esa.

Dalam ajaran Bali Kuno Saudara setia yang mengikuti samapai mati adalah Catur Sanak. Catur Sanak berasal dari kata Catur yang artinya empat dan Sanak yang artinya keluarga. Jadi Catur Sanak artinya empat saudara. Catur Sanak sama dengan Kandapat.

Kandapat berasal dari kata Kanda dan Pat. Kanda dan Pat mempunyai pengertian Kanda adalah Tutur/Petuah. Pat artinya empat. Selain itu juga pengertian Kanda pat artinya saudara empat waktu bayi itu lahir. Diceritakan pada waktu lahir pada saat yang sama juga lahir Sanghyang Panca Mahabhuta dan Sanghyang Tiga Sakti. Beliau Sanghyang Tiga Sakti amor ring (menyatu dengan) Bhuwana Agung, kemudian dipuja semua mahkluk semua. Sedangkan Sanghyang Panca Maha Bhuta menjadi Pepatih di segala penjuru, sebagai pemelihara dunia, semua sakti tanpa ditandingi, bila di puja, diresapi, diyakini, beliau masuk kedalam badan.

Catur Sanak, merupakan tutur dari inti ajaran empat saudara yang mengikuti kelahiran manusia. Dalam Catur Sanak sangat banyak pembelajaran menjadi manusia yang baik, mulai dari orang tuanya kawin, anak dalam kandungan sampai lahir, remaja, dewasa, dalam Tutur Catur Sanak ini membahasnya. Karena masalah kehidupan manusia sangat urgen, dan sedang hangat-hangatnya dibicarakan maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti penelitian ini. Manusia pada zaman modern ini banyak yang mencari Tuhan kemana-mana tempat yang sangat jauh padahal didalam dirinya sudah terdapat Tuhan itu sendiri yang dalam ajaran Bali kuno disebut dengan Catur Sanak. Dalam Catur Sanak terdapat saudara, saudara tersebut yang lahir bersamaan dengan manusia. Manusia sejak lahir diikuti saudaranya sampai manusia tersebut meninggal. Karena manusia sudah sejak lahir ada saudara empatnya atau Catur Sanak, yang lama-lama saudara ini berubah nama menjadi Dewa maka untuk menyadari hal tersebut dengan meditasi atau memanggil saudaranya dalam diri masing-masing, meditasi ini yang jarang dilakukan oleh kebanyakan orang.

Untuk memanggil saudara empat manusia ini menggunakan mantra khusus tidak terlalu panjang mantra tersebut dan mengunakan sarana banten, sarana banten tersebut sederhana tidak terlalu besar. Dengan berbagai keinginan bisa digunakan dengan memanggil saudara empat ini orang menjadi sakti mantraguna tinggal memanggil saja, yang tentunya agar apa yang dipanggil terebut berhasil maka harus tau cara memanggilnya. Kadang-kadang disaat tidur pulas saudara manusia datang memberikan isyarat melalui pewisik, maupun mimpi.

Orang yang didatangi saat tidur tidak menentu tiba-tiba dia datang, akan tetapi kedatangan dia kapan saja, disaat apapun juga karena dia sebenarnya adalah Tuhan itu sendiri bermanifestasi sebagai saudara, atau dewa. Dewa-dewa yang dikenal sesuai dengan arah mata angin itulah perwujudan dari saudara atau Catur Sanak. Dalam peran Catur Sanak, Catur Sanak merupakan inti dari ajaran-ajaran kandapat yang lainnya. Adapun saudara tersebut adalah:

  1. Yang paling tua (pertama lahir) yang paling pertama lahir adalah Yeh Nyom (air ketuban) menjadi patih di Pura Hulun Suwi yang bergelar I Ratu Ngurah Tangkeb Langit.
    Beliau menjadi Dewanya Sawah, Dewanya Bumi, dan Dewanya semua binatang.
    Bila didalam badan beliau berstana dikulit. Berwujud amerta sanjiwani.
    Kalau memberikan beliau sesajen bantennya: ketipat dampulan, dengan ikan telur bokasem, canang pesucian, segehan kepelan putih, ikannya bawang jahe.
    Beliau disebut Sang Bhuta Anggapati. Aksara Sucinya SANG dengan arah mata angin di Timur.
  2. Yang kedua adalah Getih (darah) disebut dengan Prajapati aksaranya BANG arahnya selatan warnanya merah.
    Beliau sebagai Dewa Hutan, Dewa Gunung, Dewa jalan, menjadi patih di Pura Sada, bergelar I Ratu Wayan Tebeng,
    Sesaji beliau atau upacaranya banten; ketipat geleng, dengan ikan telur itik, segehan kepelan barak, ikannya bawang dan jahe, canang pasucian.
  3. Yang ketiga lamas atau Banaspati, arahnya barat aksaranya TANG bergelar I Ratu Nyoman Jelawung sebagai Dewanya kebun,
    Upakara banten untuk beliau ketipat gangsa, dengan ikan sate gede, canang pasucian, segehan kepelan kuning, ikannya bawang dan jahe.
  4. Yang ke empat Ari-ari menjadi Patih di Pura Dalem.
    Bernama Banaspati Raja Aksaranya ANG bergelar I Ratu Ketut Petung.
    Banten upacara Ketipat Gong, ikannya telur diguling, pesucian, segehan kepelan selem, ikannya bawang dan jahe, ditambah rokok, sesari sebelas 11 uang kepeng bolong.

Dalam membentuk manusia menjadi lebih baik diperlukan kesabaran yang di mulai dari memilih calon istri/suami, anak dalam kandungan sampai dia tumbuh dewasa. Mulai dalam kandungan dia dididik dalam bentuk upacara magedong-gedongan, upacara baru lahir, upacara putus tali pusar, upacara 42 hari (tutug kambuhan), upacara tiga bulanan, upacara enam bulanan (otonan), sampai tiga oton atau 630 hari, upacara menek kelih, menek bajang, upacara potong gigi.

Walaupun dari dalam kandungan sampai lahir pendidikan melalui upacara akan tetapi lingkungan sangat mempengaruhi anak, selain itu juga lingkungan keluarga sangat mempengaruhi karena orang tua beserta keluarga lainnya lebih banyak mereka sekolah kesempatan mendidiknya, dari hari kehari, setiap detik, menit selalu bersama keluarga.

Keluarga sangat berperan, dalam pembentukan manusia yang lebih baik. Dalam keluarga yang baik-baik, aman, tentram damai akan mengasilkan anak yang baik atau suputra. Anak yang baik adalah investasi emas, harta karun yang tersimpan, untuk bangsa dan Negara nantinya. Menjadikan kehidupan manusia yang lebih baik, kesuksesan, adalah yadnya yang paling tinggi menurut Agama Hindu karena Agama Hindu adalah agama yang lues, pleksibel, sesuai dengan desa, kala, patra. Kehidupan manusia yang lebih baik tentunya dambaan semua orang apalagi orang tua terhadap anaknya, begitu juga sebaliknya anaknya terhadap orang tuanya dikemudian hari kelak. Kehidupan manusia menjadi lebih baik juga dambaan bagi leluhur-leluhur yang sudah meninggal. Kalau dipikir mendalam mati tidak akan membawa apa-apa hanya karmalah yang akan mengikuti sebagai saudara yang setia untuk sampai ke alam tujuan.

Catur Sanak dengan Dewata Nawa Sanga hanya berbeda sebutan saja, tetapi intinya sama, sama-sama ada Aksara Sucinya (Bija Mantranya) yaitu SANG, BANG, TANG, ANG, ING sehingga semua mengacu kepada yang kosong yaitu Tuhan itu sendiri yang dalam lontar Dalem tentang Catur Sanak ini disebutkan “Galihing Kangkung, Tampaking Kuntul Angelayang, Lontar tanpa tulis, Tegal Tanpa Tepi” yang kesemua itu yang berarti kosong, kosong itu Sunya atau Tuhan tanpa wujud.


Sumber
I Nyoman Nadra

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Katalog Dalam Terbitan (KDT)



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Dapatkan Dalam Versi Cetak
Baca Juga