- 1Magedong- gedongan (Garbhadhana Samskara)
- 2Upacara Menaman Ari-Ari saat Kelahiran (Jatakarma)
- 3Upacara dan Upakara Kepus Puser (Mapenelahan)
- 4Upacara dan Upakara Ngelepas Hawon (12 hari)
- 5Upacara Kambuhan atau Mecolongan (42 hari)
- 6Upacara Nelu Bulanin (umur 3 bulan) - Niskramana Samskara
- 7Upacara dan Upakara Otonan (210 hari)
- 8Upacara Tumbuh Gigi (Ngempugin)
- 9Upakara Tanggalnya Gigi Pertama (Makupak)
- 10Upacara dan Upakara Menek Deha (Rajaswala)
- 11Upakara Potong Gigi (Mepandes / Metatah)
- 12Upakara Perkawinan (Pawiwahan / Wiwaha)
Upacara Nelu Bulanin (umur 3 bulan) – Niskramana Samskara
Upacara yang dilakukan pada saat bayi berumur 105 hari, atau tiga bulan dalam hitungan pawukon.
Upakara kecil: panglepasan, penyambutan, jejanganan, banten kumara dan tataban.
Upakara besar: panglepasan, penyambutan, jejanganan, banten kumara, tataban, pula gembal, banten panglukatan, banten turun tanah.
Waktu: Upacara ini dilakukan pada saat anak berusia 105 hari. Bila keadaan tidak memungkinkan, misalnya, keluarga itu tinggal di rantauan dan ingin upacaranya dilangsungkan bersama keluarga besar sementara si anak terlalu kecil untuk dibawa pergi jauh, upacara bisa ditunda. Biasanya digabungkan dengan upacara 6 bulan.
Tempat: Seluruh rangkaian upacara bayi tiga bulan dilaksanakan di lingkungan rumah.
Pelaksana: Upacara ini dipimpin oleh Pandita atau Pinandita.
Tata cara:
- Pandita / Pinandita memohon tirtha panglukatan.
- Pandita / Pinandita melakukan pemujaan, memerciki tirtha pada sajen dan pada si bayi.
- Bila si bayi akan memakai perhiasan-perhiasan seperti gelang, kalung dan lain-lain, terlebih dahulu benda tersebut diparisudha dengan diperciki tirtha.
- Doa dan persembahyangan untuk si bayi, dilakukan oleh ibu bapaknya diantar oleh Pandita / Pinandita.
- Si bayi diberikan tirtha pengening (tirtha amertha) kernudian ngayab jejanganan.
- Terakhir si bayi diberi natab sajen ayaban, yang berarti memohon keselamatan.
Mantra-Mantra
Mantram panglepas aon:
Pukulun Bhatara Bhrahma, Bhatara Wisnu, Bhatara lswara, manusanira si anu (nama anak) anglepas aon, ipun ribatara tiga, pukulun anyuda leteh ipun, teka sudha, teka sudha, teka sudha, lepas malanipun.
Pukulun kaki sambut, nini sambut, tanedanan sambut agung tanedanan sambut alit, yen lunga mangetan, mangidul, mangalor, mangulon, mwang maring tengah, atmane si jabang bayi, tinututan dening pawatek dewata, pinayungan kala cakra, pinageran wesi, sambut ulihakena atma bayu premanane si jabang bayi maka satus delapan, amepeki raga sariranipun.
Artinya:
Om Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi sebagai Bhatara Brahma, Wisnu, lswara. Hamba Mu si anu anglepas aon, membersihkan kekotorannya sehingga menjadi suci dan bebas dari kesengsaraan atau penderitaan.
Om Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi sebagai kaki sambut, nini sambut, tanpa kecuali sambut besar dan kecil, perkenankanlah hamba memohon apabila roh si jabang bayi barangkali ia pergi ke Timur, Selatan, Barat, Utara dan berada di Tengah, agar selalu mendapat perlindungan dari para Dewata ibarat dipayungi oieh Kalacakra dan pagar besi. Selanjutnya kembalikanlah kesempurnaan roh si bayi ke badannya.
Mantram mengelilingi lesung (simbul tanam):
Om sang wawu pade wawu anak ira si tunggul ametung putunira sikarang jarat, sira anak-anakan watu, sira anak-anakan antiga, ingusan anak-anakan manusa.
Artinya:
Om Hyang Widhi Wasa, putra-Mu adalah si anu beserta cucu-Mu si anu…. yang sedang tumbuh dan sehat, adalah merupakan bibit yang diharapkan dapat berguna di masa mendatang.
Mantram ngayab (natab banten penyambutan dan lain-lain):
Pukulan Kaki Prajapati, Nini Prajapati, Kaki Citragotra, Nini Citragotri, ingsun aneda sih nugraha ring kita sambuta, ulapi atmane si anu (nama anak) manawi wenten atmanipun angati ring pinggiring samudra, ring tengahing udadi, ndaweng ulihakena ring awak nia si anu (sebut nama anak), depun tetap mandel kukuh, pageh aweta urip.
Om ayu werdhi, yasa werdhi pradnya suka sriyah dharma santana wredisca, santute sapta wredhayah.
Artinya:
Om Hyang widhi Wasa dalam manifestasi sebagai Kaki Prajapati, Nini Prajapati, Kaki Citragotra, Nini Citragotri (empat saudara: air tuba, lendir / lamad, ari-ari, darah) hamba mohon kehadapan-Mu suatu kehidupan yang sejahtera lahir batin, diberikan panjang umur, dijauhkan dari penyakit dan mara bahaya.
Mantram menurunkan bayi (menginjak tanah):
Pukulun Kaki Citragotra, Nini Citragotri, ingsung minta nugraha nurunaken rare ring lemah, turun ayam ameng-ameng sarwa kencana sri sedana, katur ring Bhatari Mangkurat, Bhatari Wastu, Bhetari Kedep makadi Kaki Citragotra, Nini Citragotri, iki aturanipun srahatan aweta urip waras, dirgha yusa, tan keneng geget, wewedinan, asung ana aweta urip, waras teguh timbul, abusana kulit, akulit tembaga, aotot kawat, abalung wesi, anganti atungkel bubungan, angantos batu makocok, ulihakena pramana nama maka satus dua lapan maring raga waluna nta si jabang bayi.
Artinya:
Om Hyang Widhi Wasa, hamba mohon wara nugraha-Mu dengan turunnya bayi ke tanah, turun ayam, bermain-main dan memakai harta benda emas perak yang berharga untuk dipersembahkan kehadapan-Mu. Inilah persembahan hamba guna mohon keselamatan jasmani dan rohani.