Dasaksara dalam Bhuwana Agung dan Alit


Tuhan Sadaśiva dalam menggerakkan hukum kemahakuasaanNya beliau diwujudkan dalam bentuk ‘Mantratma’ yaitu jiwa dari doa mantra, yang dalam bentuk aksara diwujudkan dengan OM.

Sawyaparah, bhatara Sadaśiva sira, hana padmasana pinaka palungguhanira, aparan ikang padmasana ngaranya, saktinira, sakti ngaran: Vibhu Sakti, Prabhu Sakti, Kriya Sakti, Jñana Sakti, nahan yang Cadhu Sakti ………………………………… nahan yang Cadhu Sakti ngaranya Padmasana, ri madyanngkana ta palungguhanira bhatara, kalanirab pasarira Mantratma ta sira, mantra pinaka sarira nira, Isana murdhaya, Tatpurusa waktraya, Aghora hredaya, Bhamadeva guhyaya, Sadyojata murtiya, AUM pinaka sarira bhatara

Lontar Vrhaspati Tattva. 8

Tuhan Sadaśiva dalam persatuan dengan hukum kemahakuasaanNya. Padmasana sebagai singgasana Beliau. Apakah yang dimaksud dengan Padmasana? Yaitu Sakti Beliau, yakni: Vibhu Sakti, Prabhu Sakti, Jñana Sakti, Kriya Sakti, itulah yang disebut dengan Cadhu Sakti. Cadhu Sakti itulah yang disimbolkan berupa Padma, di tengah-tengahnya itulah singgasana Tuhan Sadasiwa, pada waktu Beliau berbadankan Mantratma, mantra adalah badan Beliau, Isana sebagai kepala, Tatpurusa sebagai muka, Aghora sebagai hati, Bhamadeva sebagai anggota rahasia dan Sadyojata sebagai bentukNya dan AUM adalah sebagai wujud Beliau.

Berdasarkan kutipan di atas bahwa Tuhan Sadaśiva dalam wujud aksara, dilambangkan dengan AUM atau OM dan dalam hubungannya dengan Mantratma, ada lima bagiannya, yaitu: Isana, Tatpurusa, Aghora, Bhamadeva, Sadyojata. Kelimanya ini disebut Panca Brahma atau Panca Devata. Sedangkan menurut kepercayaan umat Hindu di Bali, masing-masing deva itu mempunyai nama lain, yakni: Isvara (Sadyojata), Brahma (Bhamadeva), Mahadewa (Tatpurusa), Visnu (Aghora), Śiva (Isana).

Demikian Tuhan Sadaśiva dalam menggerakkan dan mengatur keharmonisan alam dengan segala isinya. Menurut ketentuan waktu pada utpeti, sthiti dan pralina. Dalam halini Beliau diberi gelar Sanghyang Tri Murti, Brahma sebagai pencipta, Visnu sebagai pemelihara, dan Śiva sebagai pengembali yang ada. Sadaśiva dalam wujud Tri Murti disebut berbadankan Omkara. Omkara itu terdiri tiga (3) huruf, yaitu A-kara adalah simbol Tuhan Sadaśiva dalam fungsinya sebagai pencipta/Brahma, huruf U-kara adalah simbolis dari Tuhan Sadaśiva dalam fungsinya sebagai pemelihara/Visnu. Dan huruf MA adalah simbolis Tuhan Sadaśiva dalam fungsinya sebagai pelebur/Śiva. Huruf A-kara, U-kara,dan MA-kara disebut Tri Aksara.
Panca Brahma Vijaksara sering disertai dengan Panca DevataNya, yang dihubungkan dengan kiblat mata angin, sehingga masing-masing dianggap menguasai mataangin, yakni:

  • SA (SAM) – Sadyojata (Isvara) di Timur.
  • BA (BAM) -Bhamadeva (Brahma) di Selatan.
  • TA (TAM) – Tatpurusa (Mahadeva) di Barat.
  • A (AM) -Aghora (Visnu) di Utara.
  • I (IM) – Isana (Śiva) di Tengah.
  • NA (NAM) – Mahesvara di Tenggara.
  • MA (MAM) -Rudra di Barat Daya.
  • SI (SIM) – Sankara di Barat Laut.
  • VA (WAM) – Sambhu di Timur Laut
  • YA (YAM) – Śiva di Tengah.

Kalimat NA,MA,SI,VA,YA (nama Śivaya), berarti sujud kepada Śiva. Nama berasal dari kata Nam kelas I, yang artinya menghormat, Śivaya = dative, singulris, maskulin/neutrum/feminim, yang menyatakan untuk atau kepada Deva Śiva.

Dengan demikian maka dalam doa mantra, sering kita dapati SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI, VA, YA, yang disebut dengan Dasaksara. Jika ditambah dengan OM, maka dinamakan dengan “EKA DASAKSARA”, yang dianggap Bija Mantra.

Jadi Dasaksara inilah yang merupakan perwujudan Sadaśiva, sebagai inti kekuatan Veda Mantra. Demikian juga sepuluh Deva yang menguasai masing-masing kiblat dan merupakan personifikasi dari Sakti dan SwabhawaNya Tuhan Sadaśiva, pada waktu beliau mengatur keharmonisan alam semesta dengan segala isinya. Namun perlu dipahami bahwa Tuhan itu sebenarnya adalah Esa.

Dibedakan sedemikian rupa, seperti Paramaśiva, Sadaśiva, dan Śivātma, adalah berdasarkan atas sifat, status, dan fungsi, aktivitasNya masing-masing, serta ada atau tidaknya pengaruh Maya/Prakerti yang menjadi sumber materi dan psykhis dari alam semesta dengan segala isinya. Atau dapat dikatakan bahwa Paramaśiva itu adalah Tuhan yang suci murni, Nirguna dan Niskala Brahma (Paramaśiva adalah Impersonal God without attributes). Sadaśiva adalah Tuhan yang telah bersatu dengan unsur acetana/prakerti/Swayaparah, yang maha kuasa, maha karya, sehinga disebut Saguna Brahma (Sadaśiva adalah Personal God with attributes). Sedangkan Śivātma adalah Tuhan yang memberikan tenaga hidup terhadap semua isi alam, khususnya manusia, besrta makhluk lain, sehingga disebut Jivatma (Śivātma).

Jadi kesimpulan dari konsepsi Ketuhanan yang telah diuraiakn di atas, maka Saṁkhya mengajarkan hanya dua unsur, yaitu Purusa merupakan unsur kesadaran,dan Pradhana/Prakerti merupakan unsur ketidaksadaran, yang ada dengan sendirinya. Maka ajaran Saṁkhya bersifat Dualistis Nontheistis. Demikian juga dalam ajaran Vrhaspati Tattva belumlah jelas menyebutkan dari mana asal Acetana dan Cetana itu. Tetapi dalam sistem filsafat Yoga dijelaskan bahwa Purusa (Cetana) dan Prakerti (Acetana) itu bersumber pada Tuhan, karena dalam sistem Yoga mengenal sistem Dualistis Theistis. Jadi ajaran ini sudah jelas mengkui bahwa Tuhan/Brahman, sebagai asal segala-galanya dan merupakan asas tertinggi. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan dalam Bhagavadgita VII.6 :
“Etad-yonini bhutani sarvanity upadharaya aham krtsnasya jagatah prabhavah pralayas tatha”.
Semua makhluk yang diciptakan bersumber dari kedua alam tersebut. Ketahuilah dengan pasti bahwa Aku adalah sumber perwujudan dan peleburan segala sesuatu di dunia ini, baik yang bersifat material maupun yang bersifat rohani. ( Prabhupada, 2000:372).
Berdasarkan uraian di atas tentang Konsepsi Ketuhanan menurut ajaran Tattwa di Bali, sebagai berikut:

  • Konsepsi 2 + 1, yaitu Purusa dan Pradhana adalah bersumber pada Brahman, yang disimbulkan dengan akasara ANG , AH dan OM sebagai sumbernya.
  • Konsepsi 3 + 1, yaitu Brahma , Visnu, Śiva adalah bersumber pada Brahman, dengan simbol aksara: ANG, UNG, MANG dan OM.
  • Konsepsi 5 + 1, yaitu: Sadyojata, Bhamadeva, Tatpurusa, Aghora, dan Isana bersumber pada Brahman, dengan aksara suci: SA, BA, TA, A, I, dan Om.
  • Konsepsi 10 + 1, yaitu: Ekadasaksara yang bersumber pada Brahman, dengan aksara suci: SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI, VA,YA, dan OM.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

HALAMAN TERKAIT
Baca Juga