Fungsi dan Makna Perangkat Pemujaan Sulinggih (Tri Sadhaka)


A.8. Fungsi dan Makna Saet Mingmang

Fungsi saet mingmang adalah sebagai pengikat dan penyucian. Mingmang dari rangkaian rumput alang-alang (ambengan/kusa) yang diletakkan pada ujung atas dari sesirat berfungsi untuk memercikkan air suci (tirtha) selama Sang Pandita mepuja. Fungsi religius lainnya saet mingmang adalah untuk merajah tirtha pada saat Sang Pandita ngarga tirta (membuat air suci).

Saet mingmang dibuat dari rangkaian alang-alang (ambengan/kusa) bermakna sebagai kekuatan pelebur segala hal yang bersifat negatif atau mala. Dari filosofinya, alang-alang tersebut memiliki kekuatan yang besar dan tajam. Seperti halnya air suci tirtha amertha yang pernah tumpah dan mengenai ujung rumput alang-alang (ambengan) pada saat Sang Naga, dari Dewi Kadru akan merebut tirtha amertha yang dibawa oleh Sang Garuda, anak dari Dewi Winata, menjadikan alang-alang memiliki kekuatan yang luar biasa dan tajam hingga lidah para Naga yang berusaha menjilat rumput alang-alang tersebut pun terbelah.

Saet mingmang juga merupakan simbol dari Tri Purusa (Tri Murthi), yaitu Brahma, Wisnu, Iswara (Ang, Ung, Mang). Dalam proses pembuatan atau ngarga tirtha yang dilakukan oleh Pandita Siwa, aksara suci juga dituliskan pada air suci yang dibuat, yang disebut juga tirtha Weda. Perangkat yang dipakai menuliskan aksara suci pada air suci tersebut adalah saet mingmang.

Jadi, demikian penting dan besar makna saet mingmang. Kekuatan yang ada pada rumput alang-alang (ambengan) oleh umat Hindu diyakini dapat memberikan perlindungan sehingga alang-alang dipakai sebagai perangkat pemujaan Pandita Siwa yang disebut saet mingmang. 

 

A.9. Fungsi dan Makna Dhupa

Dhupa adalah semacam harum-haruman yang dibakar, berbentuk seperti lidi. Dhupa merupakan unsur api. Api adalah agni simbol Dewa Brahma, Dewa Pencipta. Dhupa berarti api yang mengeluarkan asap sebagai lambang magma dan energi, dhupa juga mengandung makna simbolis bintang. Dhupa adalah sejenis harum-haruman yang dibakar, yang berbau harum. Dalam upacara besar dhupa diganti dengan api takep atau pasepan.

Lebih lanjut mengenai dhupa yang penting adalah mengadakan api dengan asapnya yang harum. Untuk membuat harum kadang-kadang dipakai kemenyan, gula, kulit duku, kayu cendana dan lain-lain. Asap ini merupakan lambang akasa. Dalam Surya Sevana menuliskan mantra pendeta untuk menyalakan dhupa dan dhipa sebagai berikut.

Om am dhupa-dipa-astraya namah

Artinya :
Kami bersujud kepada-Mu yang dilambangkan dengan aksara Am, kami bersujud kepada nyala api suci dari dhupa dan dhipa.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa dhupa merupakan salah satu unsur api. Unsur api merupakan simbol Dewa Brahma dan lambang magma atau energi ataupun ambang akasa. Fungsi dhupa adalah untuk memuja Dewa Brahma sebagai Dewa Pencipta. Dengan dinyalakannya dhupa maka sinar terang akan masuk ke diri manusia dan siap menghadap Tuhan. Dengan sarana api umat Hindu menerima ciptaan Tuhan, siap untuk lahir sebagai manusia baru, yang mengetahui dharma. 

Padhupan atau pasepan bila dilihat dari mantramnya adalah simbol dari Bhagawan Agni (api) sebagai Dewa Perantara karena asap akan menghubungkan segala kegiatan Yoga dengan Sang Hyang Parama Siwa. Kalau di India Bhagawan Agni adalah pemimpin upacara, sedangkan di Bali Agni (api) adalah sebagai pengantar/penyampai pesan (Suamba, 2011:31). Demikian makna yang terdapat pada padhupan, api suci pengusir dan pembakar segala kekotoran dunia dan saksi suci yadnya.


SUMBER
Ida Bagus Purwa Sidemen, S.Ag., M.Si

PERANGKAT PEMUJAAN SULINGGIH



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga