Ajaran Kanda Pat (Catur Sanak)

Kanda Pat Bali Sebagai Kesatuan Filosofi Spiritual Nusantara


Korelasi Antara Rwa Bhineda dan Kanda Pat

Rwa Bhineda adalah prinsip kosmik, sementara Kanda Pat adalah manifestasi prinsip tersebut di dalam diri setiap individu (Bhuana Alit).

1. Keseimbangan Dualitas dalam Diri

Kanda Pat secara sempurna merefleksikan dualitas Rwa Bhineda dalam wujud dan sifatnya :

Sisi Rwa BhinedaPerwujudan
dalam Kanda Pat
Karakteristik
Kebaikan
(Penengen)
Kanda Pat Sari/DewaMelambangkan Satwam (kebajikan), energi positif, kesucian,
dan kekuatan Ilahi. Berfungsi sebagai pelindung dan pemberi kebijaksanaan.
Keburukan
(Pengiwa)
Kanda Pat BhutaMelambangkan Tamas (kegelapan/nafsu), energi negatif, unsur liar, dan
kekuatan alam bawah (Bhuta Kala). Berfungsi sebagai penjaga yang menuntut penghormatan.

Korelasi : Pancer (diri) berada di tengah, dan tugasnya adalah menjadi penyeimbang antara kekuatan Dewa yang menariknya ke atas (spiritual) dan kekuatan Bhuta yang menariknya ke bawah (keduniawian/nafsu). Kegagalan menyeimbangkan keduanya akan mengakibatkan penyakit (fisik/psikis) atau kesulitan hidup.

2. Manifestasi Dualitas dalam Ritual (Yadnya)

Ajaran Rwa Bhineda mewajibkan manusia untuk melayani kedua sisi dualitas secara adil. Dalam konteks Kanda Pat, hal ini terlihat jelas dalam praktik persembahan :

Jenis YadnyaKanda Pat
yang Disasar
Tujuannya
Dewa Yadnya
(Persembahan Suci)
Kanda Pat DewaDilakukan dengan sarana suci (Banten Pejati, Daksina) untuk
memohon berkat, Taksu, dan spiritualitas yang tinggi.
Bhuta Yadnya
(Persembahan Nista/Madyama)
Kanda Pat BhutaDilakukan dengan sarana di bawah (Segehan, Caru) untuk
menenangkan energi Bhuta Kala, menetralisir sifat liar, dan mencegah gangguan.

Dengan melakukan kedua jenis persembahan ini, seseorang memastikan bahwa ia telah menghormati Kanda Pat secara keseluruhan : memuliakan sisi Ilahi dan menenangkan sisi alamiah/liar.

3. Penyatuan Mencapai Catur Sanak yang Sempurna

Tujuan akhir dari ajaran Kanda Pat (Catur Sanak) adalah mencapai keutuhan diri. Keutuhan ini bukan berarti menghilangkan Bhuta, melainkan menyatukan kekuatan Bhuta dan Dewa ke dalam Pancer (diri).

Dalam beberapa ajaran spiritualitas Bali, penyatuan ini dilambangkan dalam bentuk :

  • Warna : Penyatuan warna Hitam (Bhuta/Utara) dan Putih (Dewa/Timur) yang menghasilkan warna yang seimbang, melambangkan keharmonisan mutlak.

  • Posisi : Dalam meditasi, Kanda Pat Bhuta yang berada di posisi Pengiwa (kiri/kekuatan batin) harus diselaraskan dengan Kanda Pat Dewa yang berada di posisi Penengen (kanan/kekuatan spiritual) di dalam Pancer.

Singkatnya, Rwa Bhineda adalah kerangka teoritis, dan Kanda Pat adalah aplikasinya pada diri manusia. Keseimbangan Kanda Pat adalah puncak dari penyeimbangan Rwa Bhineda dalam kehidupan sehari-hari.

Kanda Pat tidak hanya berfungsi dalam kehidupan sehari-hari (Sthiti) tetapi juga memiliki peran krusial dalam dua fase ekstrem kehidupan lainnya, yaitu saat kelahiran (Utpeti) dan kematian (Pralina).

Mari kita analisis secara rinci bagaimana Kanda Pat terintegrasi sempurna dalam kerangka Tri Kona (tiga fase siklus keberadaan).



Detail ada di Buku Tattwa Kanda Pat (Catur Sanak)
Baca Juga