Sejarah, Struktur dan Pujawali di Pura Multikultur Batu Meringgit


Mitos Palinggih Multikultur Pura Batu Meringgit

Mitos palinggih multikultur di Pura Batu Meringgit merupakan bentangan cerita mistis dan magis yang melekat pada klasifikasi palinggih multikultur. Ulasan terhadap mitos palinggih multikultur didasarkan atas beberapa konsep umum mengenai mitos.

Adapun klasifikasi palinggih multikultur yang memiliki cerita mitologis antara lain: palinggih Konco dan palinggih Siwa Buddha.
Palinggih Konco merupakan salah satu palinggih multikultur di Pura Batu Meringgit yang memiliki cerita mitologis. Cerita mitos yang melekat pada palinggih Konco dipercayai secara bersama oleh umat pemeluk agama Buddha termasuk warga Hindu yang ada di Pura Batu Meringgit. Berdasarkan penuturan Muliada (mangku gede Pura Batu Meringgit)  bahwa konon palinggih Batu Meringgit di bangun oleh warga beragama Buddha. Secara lebih lanjut dikatakan pula bahwa warga yang beragama Buddha tersebut berasal dari warga Tan. Kuatnya kepercayaan terhadap faham Buddha dan klan yang dibawa oleh warga Tan tersebut memberikan pengaruh besar terhadap keberadaan Konco yang telah di bangun. Diceritakan bahwa warga Tan mampu beradaptasi dan melakukan integrasi sosial yang apik dengan warga Hindu yang berada di Pura Batu Meringgit.

Klan sebagai warga Tan yang melekat pada warga pendiri Konco dipercayai bersumber dan diciptakan oleh Dewa. Dewa tersebut merupakan sentralisme spirit dalam perjalanan hidup, hubungan antar klan termasuk konsentrasi ketika melakukan persembahyangan. Pandangan teologis yang mendasari warga Tan (pendiri Konco), secara langsung berimplikasi pada kepercayaan terhadap manifetasi Tuhan yang dipuja pada palinggih Konco. Warga Tan mempercayai bahwa Tuhan yang bersthana dan memberikan restu pada mereka ketika bersembahyang di palinggih Konco adalah Bhatara Tan Lai Su Tek, sehingga kepercayaan terhadap Bhatara Tan Lai Su Tek selalu dijadikan sebagai fokus utama dalam aktivitas kultus yang berlangsung pada palinggih Konco.

Umat Buddha di Pura Batu Meringgit konon memiliki rasa toleransi yang tinggi. Kesadaran untuk membangun kedamian berdasarkan persatuan dalam perbedaan, selalu dipupuk dengan baik oleh warga Tan ini. Toleransi diwujudkan dengan keterbukaan bagi warga Hindu untuk ikut serta bersembahyang pada palinggih Konco. Diceritakan pula bahwa umat Hindu yang bersembahyang di palinggih Konco mengikuti tradisi dan sistem ritus yang berlaku pada Konco tersebut. Toleransi tersebut terwaris hingga saat ini. Persembahyangan yang dilakukan oleh umat Hindu dilengkapi dengan persembahyangan pada Konco dengan menerapkan sistem pemujaan Buddhis pada umumnya.

 

Palinggih Konco di Pura Batu Meringgit berdiri dengan megah dan dihiasi dengan ornamen khas Buddha. Hal ini memberikan sebuah pertanda bahwa kisah mitologis mengenai pembangunan Konco masih dipegang oleh generasi Buddhis di Pura Batu Meringgit saat ini. Kuatnya kepercayaan terhadap mitos memberikan sugesti untuk melakukan perlindungan dan perawatan terhadap keaslian nuansa Buddhis yang terdapat pada mitos Palinggih Konco.

Konon palinggih Konco berfungsi sebagai tempat memohon kesejahteraan dan kesehatan. Warga Tan sebagai pendiri palinggih Konco mempercayai bahwa Bhatara Tan Lai Su Tek menganugerahkan kesehatan dan kesejahteraan sebagai dasar dalam pembangunan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Cerita mitos yang menguraikan fungsi Palinggih Konco masih dipercayai hingga saat ini.

Banyak warga Tionghoa yang beragama Buddha, warga Hindu serta seluruh pamedek umum melakukan persembahyangan sembari memohon keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan di Palinggih Konco. Kepercayaan terhadap anugerah kesehatan pada Palinggih Konco disimbolkan dengan pemberian minyak. Minyak tersebut ada yang sudah langsung tersedia pada Konco. Disisi lain, umat juga dapat membawa minyak bersih dari rumah, yang kemudian dimohinkan restu pada Palinggih Konco.

Palinggih Siwa dan Buddha menyimpan mitos yang mengarah pada sisi teologi dalam realitas multikultur. Palinggih ini, tergolong sebagai salah satu palinggih pokok atau utama di Pura Batu Meringgit.

Konon umat Hindu dan Buddha di Pura Batu Meringgit sangat memprcayai kemenunggalan asas Siwa dan Buddha. Ajaran Siwa maupun Buddha secara bersama dirasakan sebagai jalan suci berlandaskan kasih, sehingga terjalin sebuah integrasi pemahaman secara teologis antara umat Hindu dan Buddha di Pura Batu Meringgit. Kuatnya kesadaran Hindu dan Buddha terhadap sisi teologis keduanya, konon direalisasikan dalam penempatan palinggih Siwa dan Buddha di Pura Batu Meringgit yang dapat disimak pada gambar berikut:

 

Palinggih Siwadan Buddha diposisikan secara berdampingan. Palinggih Siwa terkonstruksi dalam bentuk Palinggih Gegedongan. Sedangkan Palinggih Buddha diwujudkan dengan sistem bebaturan.


Sumber
I Made Adi Surya Pradnya

Pelinggih Multikultur di Pura Batu Meringgit



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga