- 1Pemandangan di Alam Astral
- 2Penghuni Alam Astral
- 3Jiwa dari orang yang telah meninggalkan Badan Fisik (Mati)
- 3.11. Kaum Nirmayakaya
- 3.22. Yang menunggu Reinkarnasi
- 3.13. Kaum Orang biasa
- 4Kehancuran Tubuh Astral
- 4.1Selongsong
- 5Orang Bunuh Diri dan Mati Kecelakaan
- 6Sumber Daya Alam Astral
- 6.1Kewaskitaan.
- 6.1Kehancuran Disintegrasi
- 6.2Materialisasi
- 6.3Apa sebabnya harus gelap
- 6.1Pengendapan
- 6.2Cahaya Roh
Jiwa dari orang yang telah meninggalkan Badan Fisik (Mati)
Perkara mati di sini sebenarnya nama yang kurang tepat, sebab mereka yang disebut orang mati di sini dapat dikatakan sepenuhnya hidup secara non-fisik. Sering malahan lebih hidup. Golongan ini dapat dibagi dalam golongan pokok, seperti di bawah ini:
1. Kaum Nirmayakaya
Yaitu golongan manusia yang telah mendapat hak untuk nienikmati terus-menerus alam Nirwana, tetapi telah menanggalkan haknya agar dapat memberikan segala waktunya guna bekerja, demi kebaikan umat manusia.
Jika berhubungan dengan pekerjaan luhurnya, ia perlu turuh di alam lagi, ia akan menciptakan badan astralnya, yang akan disusunnya dari atom-atom zat astral.
Hal seperti itu juga akan dilakukan oleh para Awatara yang ada di dalam badan mentalnya, sebab tanpa badan astral, dan hanya tetap didalam badan mental saja atau badan yang lebih mulia lagi, tentu tidak akan dapat dilihat oleh mata astral. Agar dapat bekerja di alam apapun juga tanpa keragu-raguan sedikitpun, ia itu selalu menyediakan dalam dirinya beberapa atom dari tiap-tiap alam. Atom-atom itulah yang dijadikan inti zat-zat lain yang dengan seketika dapat dipatdatkan disekelilingnya. Dengan demikian ia dapat menyediakan badan apapun yang ia butuhkan.
Sering dikatakan dalam kepustakaan Theosofi, jika siswa telah mencapai suatu tingkatan tertentu, dengan bantuan Gurunya ia dapat tidak usah masuk ke dalam alam surga atau dewachan pada akhir waktu ia ada di dalam alam astral. Hal ini berarti ia dapat terlepas dari hukum alam yang membawanya masuk ke dalam surga. Di dalam alam ini, biasanya menurut jalan hukum alam, ia akan memetik buah pekerjaan semua kekuatan rohaniah yang telah digerakkan oleh cita-cita luhurnya pada waktu ia masih hidup ada di dunia.
Mungkin untuk dirinya kekuatan rohaniah ini luar biasa kuatnya, sehingga jika ia masuk ke alam surga, mungkin sekali akan berlangsung lama sekali. Dari pada berbuat demikian, ia dapat mengambil langkah lain dengan mengorbankan haknya untuk masuk dewachan.
Dengan demikian ia mulai mengikuti jejak para Dewa. Selanjutnya ia akan dapat menggunakan kekuatan cadangannya untuk jurusan lain, yaitu demi keuntungan umat manusia. Pengorbanan itu tampaknya mungkin sangat kecil, namun ini berarti bahwa ia telah mengambil bagiannya sangat kecil dalam pekerjaan maha besar dari para Nirmayakaya. Dengan mengambil langkah ini, ia akan mengorbankan hidup sangat bahagia, yang berlangsung beratus-ratus tahun. Tetapi sebaliknya ia mendapat keuntungan besar sekali, karena ia dapat meneruskan pekerjaan dalam hidupnya dan mencapai kemajuan tanpa berhenti.
Jika seorang yang dengan putusan demikian meninggal dunia, ia keluar dari badan wadagnya, seperti yang sering ia lakukan sebelumnya. Di dalam alam astral ia menunggu sampai kelahirannya kembali yang sesuai. Inilah suatu yang dibutuhkan persetujuan dari kekuasaan lebih tinggi sebelumnya, dan baru hal di atas dapat dijalankan. Akan tetapi bahkan bila persetujuan itu telah diterima, ia harus sangat berhati-hati untuk selalu tinggal di dalam alam astral, sebab hukum alam itu sangat kuat dayanya. Ia menunggu sampai zat-zat astral diatur dengan baik. Namun apabila ia sampai menyentuh alam mental (dewachan), meskipun hanya sebentar sekali, ia dapat terhanyut dalam aliran evolusi biasa lagi tanpa dapat ditahan.
Seperti telah diceritakan di atas, menunggu adanya kesempatan kelahiran yang cocok datang baginya. Dalam hal itu ia tidak kehilangan waktu, sebab ia tetap seperti sedia kala, sehingga ia dapat tetap menjalankan Kesadarannya dan ia dapat bergerak ke mana-mana menurut seleranya ke semua bagian alam itu dengan mudah.