Tata Cara Mengubur Ari-Ari Sesuai Tradisi Bali


Perawatan ari-ari merupakan bagian terpenting setelah bayi lahir, bahkan menjadi prioritas sebelum merawat tubuh bayi. Ritual proses mendem ari-ari sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur orang tua.

Setelah bayi terlahir, upacara dan upakara yang dibuat adalah berupa : Dapetan, Penyeneng dan Jerimpen. Sesajen tersebut, sesuai dengan daerah tertentu (loka dresta).

Disebutkan dalam Dharma Kahuripan bahwa kelahiran seorang bayi ke dunia sama halnya disebut dengan Rumaja Putra. Kalau ari-arinya keluar dengan diikuti oleh jabang bayi disebut terlahir sempurna. Jaman dahulu ari-arinya dipotong dengan menggunakan “Ngad” berupa pisau dari bambu yang diambil dari “Galar Bale tempat tidur” dengan beralaskan daun dadap tis telung bidang, kunyit telung tugel/potong. Potonglah puser bayi yang mana puser yang tertinggal diikat erat-erat dengan “Benang Guwun”.

Saat setelah lepas tali puser si bayi, patut diingat bahwa keselamatan sang bayi harus dijaga. Kalau masih siang sebelum matahari terbenam, sang bayi jangan dulu dibaringkan di tempat tidurnya, harus dipangku sampai matahari terbenam dalam artian malam telah tiba. Sedangkan pada tempat tidurnya diletakkan anak batu gilingan bumbu. Kalau ternyata di malam hari pusar itu terputus (lepas), harus juga si bayi dipangku sampai pagi.

Demikianlah tatacara memperhatikan sang bayi selama dan atau sebelum tali pusarnya terlepas. Pusar yang telah terlepas, ditempatkan pada sebuah ketupat “Kukur” dan digantungkan dekat tempat tidurnya. Tempat dimana menggantungkannya diberi kain, gelang, cincin dan juga kembang. Akan tetapi bungkusan ketupat kukur dimaksud diisikan merica gundil tiga butir, abu/debu waton tempat tidurnya dengan jalan mengeriknya dan dibalut dengan kain bersih yang halus.

Cara mengubur ari-ari yang baik

Proses mengubur ari-ari ini tentunya tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Ada tata cara tertentu yang harus diikuti, sesuai adat dan tradisi, atau bahkan menurut panduan dari tokoh agama. Ari-ari adalah terbentuk dari jaringan di dalam tubuh ibu yang berfungsi menyalurkan oksigen dan makanan kepada janin selama dalam kandungan. 

Saat ibu selesai melahirkan, ari-ari harus segera dikubur. Setidaknya kurang dari 24 jam setelah bayi lahir agar tidak terjadi pembusukan. Dan bila bayi dilahirkan di rumah sakit, biasanya pihak rumah sakit akan memberikan kantong plastik berisi ari-ari pada pihak keluarga.

Namun ada beberapa orang yang memutuskan untuk membiarkan ari-ari tetap terhubung dengan bayi hingga tali pusarnya lepas sendiri. Hal ini dikenal dengan metodelotus birth.

Adapun pada ari-arinya dibuatkan sanggah kurung yang ditutup dengan “upih” (pelepah pinang) diisi atau dihias sampyan ceniga dan gantung-gantungan, plawanya dari pohon kantawali, don tebel-tebel yang mana sanggah tersebut ditunjang dengan pohon canging brahma, diisi sujang (bumbung bambu kecil) empat buah berisi air-tuwak-arak-berem. Untuk upakara diantaranya : Punjung putih kuning lauknya telur,  Geti-geti, Canang raka, Lengawangi.

 1. Menyiapkan ari-ari untuk dikubur

Sebelum dikubur, sebaiknya ari-ari dicuci terlebih dulu. Lalu siapkan bahan seperti garam, asam/lunak, jeruk nipis dan kain putih sebagai persiapan untuk mengubur ari-ari. Beberapa orang juga menggunakan kendi dari tanah liat sebagai wadah ari-ari sebelum dikubur. 

2. Mencuci ari-ari

Saat si ibu dalam proses bersalin, maka disiapkan sebuah periuk tanah yang berisi tutup untuk tempat Ari-ari, setelah bayi lahir. Ari-ari tersebut, dibawa pulang, dan setelah itu diletakkan di dalam baskom atau ember baru, dan ember itu tidak boleh dipakai lagi.

  • Cucilah ari-ari, bersihkan sisa darah yang menempel padanya.
  • Gosokkan garam kasar dan asam/lunak.
  • Cuci di bawah air mengalir agar bersih secara tuntas. Sang ayah harus membersihkannya dengan bersih, menggunakan kedua tangan, tanpa perasaan jijik dan dilakukan dengan perasaan penuh syukur dan kasih sayang.
  • Setelah bersih lalu dibilas dengan air kumkuman (air bunga). 
3.Menggunakan garam kasar 
  • Gunakan garam kasar dan bukan garam halus.
  • Taburkan di atas ari-ari,
  • Bila ari-ari sudah mulai membusuk, beri perasan jeruk nipis untuk menghilangkan baunya.
4. Membungkus ari-ari

Siapkan sebuah kelapa ukuran besar yang masih lengkap dengan kulitnya, lalu dipotong dan dikeluarkan airnya. Pada bagian atas kelapa (bagian tutupnya) ditulis aksara Ah yang melambangkan Akasa, dan pada bagian bawahnya ditulis aksara Ang yang melambangkan Pertiwi.

Kemudian Ari-ari dimasukkan kedalam kelapa tersebut, diisi dengan :

  • 1 kwangen yang berisi 11 kepeng uang bolong yang diletakan di atas Ari – ari,
  • 1 potong lontar atau ental yang ditulis aksara Ongkara,
  • 1 ikat duri – durian (3 macam duri),
  • Rempah – rempah (anget – angetan),
  • Wewangian
  • Boleh juga diisi pesan – pesan lain dari sang ayah dalam hal ini mengacu kepada Desa Kala Patra.
5. Membuat lubang di dalam tanah

Buat lubang yang cukup dalam di tanah, sekitar setengah meter, sebelum menaruh ari-ari di dalamnya dan menutup kembali lubang tersebut dengan rapat.

Hal ini dimaksudkan agar hewan liar tidak mencium bau ari-ari dan menggalinya. Bila perlu, letakkan batu besar/batu bulitan di atas kuburan ari-ari untuk menghindari hewan liar menggali ari-ari tersebut. Batu Bulitan : Batu bulitan sebagai simbol anugerah panjang umur untuk bayi.

 

Tuntunan dan Mantra Menanam Ari-ari

Bayi yang terlahir ke dunia tak sendirian. Berdasar kepercayaan Hindu, ada empat saudara yang mengikuti yang disebut Catur Sanak.

Untuk doanya ditujukan kehadapan Hyang Ibu Pretiwi dengan memohonkan keselamatan dalam pemeliharaan dan menjaga bayi. Untuk dibawahnya dihaturkan : Nasi empat kepel dijadikan dua tanding. Doanya dengan memanggil Sang Anta, Preta, Kala, dan Dengen yang merupakan saudara sang bayi untuk mohon menjaga keselamatan dalam pemeliharaan dan menjaga sang bayi.

  1. Sang Anta Preta merupakan sebutan dari air ketuban atau yeh nyom sebagai personifikasi saudara tertua dari sang bayi karena air ketuban sebagai pengantar bayi lahir ke dunia.
  2. Sang Kala merupakan sebutan darah yang keluar saat melahirkan sebagai sumber energi dari bayi, sehingga bayi bisa bergerak aktif untuk keluar dari perut Ibu.
  3. Sang Bhuta merupakan sebutan untuk selaput ari atau lamas yang membungkus tubuh bayi, berguna sebagai penetralisir suhu udara sebelum lahir maupun saat lahir, sehingga suhunya menjadi seimbang dan sekaligus sebagai sarana pelicin saat bayi lahir.
  4. Sang Dengen yakni sebutan untuk Ari-ari atau placenta yang ikut lahir.

Ari-ari sangat berguna sebagai sumber kehidupan bayi dalam kandungan. Sebab, ari-ari merupakan transformator dan mediator zat-zat makanan dari ibu kepada bayi dalam pertumbuhannya sekaligus sebagai selimut dalam menjaga stabilitas suhu tubuh bayi terhadap suhu badan si ibu

Lebih lanjut dijelaskan, saat bayi lahir,  ada upacara khusus yang harus dilakukan untuk mendem Ari – ari si bayi.

Jadi, penanaman Ari-ari memiliki tujuan untuk menyatukan pertiwi dan Akasa guna memberikan keseimbangan perjalanan si bayi.

Tempat menanamnya sesuai dengan jenis kelamin si bayi :

  • Kalau si bayi laki-laki, maka ditanam di sebelah kanan pintu balai,
  • Kalau bayinya perempuan, maka Ari-arinya ditanam di sebelah kiri pintu balai (dilihat dari dalam rumah).

Sebelum mulai menanam Ari-ari, sebaiknya terlebih dahulu menyalakan dupa untuk memohon perlindungan dan amertha ke hadapan Sang Hyang Ibu Pertiwi dengan mantra : 

Om Ang sri basundari jiwa mertha, trepti paripurna ya namah suaha

Selanjutnya dengan ucapan/saha

Untuk menampilkan bagian ini, diperlukan
Login Membership
Setelah mengucapkan mantra tersebut, lanjutnya, barulah membuat lubang, selanjutnya Ari-ari dicuci dengan air biasa sampai bersih. Sesudah itu diusapi dengan boreh gading sampai rata, kemudian dibilas dengan air kumkuman agar bersih. Semua air pencucinya dimasukkan ke lubang tersebut.

Ari-ari dimasukkan ke dalam kelapa yang dibelah menjadi dua dan diisi ngad, lontar yang telah ditulisi aksara, kewangen yang berisi uang bolong 11 kepeng, duri-duri, isin ceraken, anget-anget, dan wangi-wangian dibungkus dengan serabut ijuk, serta diluar ijuk dibungkus dengan kain putih, dibuat simpul di atasnya, dan dipasangkan kwangen di atasnya.

Masukkan Ari-ari ke dalam lobang atau bangbang dengan muka kwangen ke arah halaman rumah. Sambil meletakkan di dalam lubang, ucapkan mantra dalam hati :

Untuk menampilkan bagian ini, diperlukan
Login Membership
Setelah ditanam, di atasnya ditanami pohon pandan dan batang kantawali, sebatang buluh guna memasukkan air nantinya ke ari-ari tersebut kemudian diletakkan sebuah batu hitam atau batu bulitan. Di atas batu diletakkan sebuah lampu Bali yang telah menyala dan dibiarkan tetap menyala sampai bayi kepus pusar, kemudian ditutup dengan sangkar ayam.

Di bagian hulu dari ari-ari, ditanam ditancapkan sebuah sanggah tutuan dihiasi dengan bunga merah, lengkap berisi sampian, gantung-gantungan, sebagai stana Sanghyang Maha Yoni.

Suguhkan segehan beralaskan daun taru sakti (dapdap) pada Ari-ari sebanyak empat tanding yang merupakan persembahan kepada Catur Sanak yakni, kepelan putih satu tanding, lauknya garam menghadap ke timur. Kepelan merah (bang) satu tanding, dengan lauk bawang menghadap ke selatan.

Kepelan kuning satu tanding, lauk jahe menghadap ke barat. Kepelan hitam (ireng) satu tanding, lauk uyah areng menghadap ke utara, dengan mantra :

Untuk menampilkan bagian ini, diperlukan
Login Membership
Kemudian percikkan tetabuhan berem dan arak, dan  lakukan ritual menghaturkan segehan ini setiap rahinan jagat, kliwon serta petemuan dina kelahiran bayi. Selanjutnya setiap hari di atas batu bulitan atau batu hitam disajikan banten nasi segenggam di atas daun dapdap dengan lauk garam dan arang. 

Setiap selesai memandikan bayi, siramkan air memandikan bayi tersebut di batu hitam tersebut. Menghaturkan soda putih kuning, canang sari pada sanggah tutuan, dengan mantra :

Untuk menampilkan bagian ini, diperlukan
Login Membership
Selain itu, ada beberapa makna yang terkandung dalam perlengkapan menanam Ari-ari, yakni batu bulitan mengandung makna sebagai permohonan kehadapan Sang Hyang Widhi agar sang bayi dianugrahi panjang umur.

Pohon pandan duri diwujudkan sebagai buaya putih sebagai penjaga bayi terhadap gangguan yang bersifat black magic.

Lampu berbahan bakar minyak kelapa yang dicampur dengan minyak lampu wayang (tunasin ring jro dalang) serta minyak kelapa (nyuh surya). Lampu Bali yang menyala melambangkan Sanghyang Surya Candra, yaitu memiliki kekuatan Widia, oleh karena itu lampu tersebut ditatabkan atau ayab dengan mantra  :

Untuk menampilkan bagian ini, diperlukan
Login Membership
Ini sebagai lambang kekuatan maya Sang Hyang Widhi dan sebagai Cakra Jala (batas pandang alam semesta), di mana Catur Sanak merupakan bagian mayanya Sang Hyang Widhi dan merupakan unit kehidupan maya di alam semesta, serta menjadi pelindung bayi.

Sanggah Tutuan merupakan simbol dari stananya Sang Hyang Maha Yoni sebagai Dewa pengasuh sang bayi.

 

Menjaga Keselamatan Sang Bayi

Lebih lanjut, setiap memberi makan sang bayi, saudaranya itu juga ikut dipanggil dan dipersilakan selalu ikut dalam menikmati makan di samping itu sang ibu sebelum menyusui si bayi, air susunya yang diperas dan atau dipercikkan juga pada ari-ari tersebut.

Setiap sore hari, menyuguhkan segehan empat kepel hingga si bayi berumur satu oton. Janganlah lupa dan mengurangi bentuk persembahan dimaksud. Demikianlah sesungguhnya harus diingat demi keselamatan si bayi dan ibunya. 

Berikutnya adalah sisipkanlah caru penelahan pada lantai bangunan sanggar, sumur dan lainnya. Caru dimaksud berupa beras kuning beralaskan daun dadap tis, diisi sigsig dan ambuh (alat keramas) yang dialasi dengan tangkih kecil dengan dilengkapi canang lengawangi dan buratwangi masing-masing atanding.

Sang bayi sepantasnya dibuatkan lalaban (laban) berupa : penyeneng, jerimpen pada wakul dan kurenan yaitu tumpeng gede tiga bungkul dijadikan satu tanding dengan raka secukupnya lauknya ayam panggang sepalaken (jantan-betina).

Sebagai dapetannya yaitu ikan laut dan itik dilengkapi dengan jotan ayaban dan ketupat pcsor, entil, sesanganan dan lain sebagainya, diisi loloh (jamu) dari tai langlang, digelangi benang, diberi ayunan. Benang yang utama adalah dari tali cakepan (rontal bertulis) dan pinggel (gelang) besi kari Kalau bayi laki-laki, gelangnya diisi bulu merak sedangkan kalau wanita, gelangnya diisi bulu kemawon, dan buatkan si bayi berupa pesikepan yang terbuat dari duri tuwus-tuwus sepanjang lebih kurang aselengan.

Bila tidak ada duri tuwus-tuwus, dapat diganti dengan kayu dadap dibentuk gada, ditusuki dengan bahan bumbu-bumbuan lengkap bawang putih dan janggur (jangu), jimat itu dilengkapi dengan mesuwi dibungkus dengan daun dadap tis tiga lembar dirajah dasa bayu dan tulisi dengan Pretiti Samut Pada bertepatan dengan hari kelahiran si bayi yang dapat dibaca pada lontar Wariga dengan menggunakan lontar kurang lebih sejari panjangnya juga dirajah dasa aksara pangret urip. Itulah sebagai penjaga sang bayi untuk keselamatannya. 




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

HALAMAN TERKAIT
Baca Juga