Daksina Linggih – Simbol (Nyasa) Tuhan dalam Tri Angga


1. Hubungan manusia dengan Tuhan(Parahyangan)

Manusia adalah ciptaan Tuhan, atman yang ada pada diri manusia merupakan percikan sinar suci Tuhan yang menyebabkan manusia hidup. Alam ini beserta isinya merupakan ciptaan Tuhan, karena itu manusia wajib berterima mkasih dengan selalu sujud bhakti. Rasa terima kasih dan sujud bhakti itu dapat dinyatakan dengan sembahyang, beryadnya, melaksanakan Tirta Yatra ataupun Dharma Yatra, melaksanakan dan mengamalkan ajaran agama. Konsep menghadirkan Tuhan dalam wujud Daksina Linggih juga merupakan proses menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan sebagai salah satu wujud bhakti.

Memberikan kebebasan kepada umat untuk mengatur tata cara beryadnya kepada Tuhan sesuai dengan kondisi masing-masing, namun selalu berpedoman pada aturan tata letak dan posisi penempatan tempat ibadah pada posisi keluwan (hulu) atau tempat yang sudah disucikan (area khusus) seperti merajan (Pura keluarga), kamar suci sebagai tempat untuk meningkatkan sradha dan bhakti(yakin dan sesalu taat menjalankan ajaran Tuhan) sesuai dengan swaddarma (profesi atau kemampuan masing-masing) dengan dasar saling hormat menghormati dan saling menyayangi.

2. Hubungan manusia dengan manusia(Pawongan)

Sebagai mahluk sosial, manusi tidak dapat hidup menyendiri, mereka memerlukan bantuan dan kerja sama dengan orang lain. Karena itu hubungan manusia dengan sesamanya harus dijaga supaya selalu harmonis, yaitu dengan dasar saling asah, saling asih dan saling asuh, artinya saling menghargai, saling mengasihi dan saling membimbing. Hubungan yang baik ini akan menciptakan keamanan dan kedamaian dalam masyarakat. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, dimana terscermin saat ngayah dalam upacaara piodalan.

Proses ngayah ini adalah suatu cara masyarakat berbaur dan bersosialisasi dengan masyarakat lainnya. Masyarakat yang aman dan damai akan menciptakan Negara yang tentram dan sejahtera. Menjaga toleransi anta sesama manusia yang dimulai dengan melaksanakan bentuk-bentuk menyama braya seperti misalnya saling bertegur sapa (ramah), saling memberi dan menerima (ngejot), saling membantu memberi sumbangan baik berupa sumbangan tenaga, sumbangan pemikiran, ataupun sumbangan materi kepada sesama warga dalam masyarakat yang membutuhkan. 

3. Hubungan manusia dengan lingkungan(Palemahan)

Menjaga dan melestasikan alam baik yang bersifat nyata seperti flora dan fauna, maupun yang tidak nyata seperti roh atau jin, dengan menempatkan mereka pada posisi masing-masing. Karena semua isi ala mini adalah ciptaan Tuhan pasti mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia. Seperti adanya poho-pohon besar atau ekosistem pohon besar sebagai penyerapan air maka keberadaannya perlu dipelihara terutama pada kawasan hutan. Untuk di lingkungan tempat tinggal atau di ruang kosong ditanami dengan aneka bunga dan buah yang hasilnya dapat digunakan sebagai sarana sesajen. Sesajen atau banten mempergunakan isi alam baik flora maupun fauna sebagai rasa kasih yang dihaturkan kepada alam dan segala isinya.

Manusia hidup dan memperoleh kebutuhan hidup dari alam lingkungan. Hubungan antara manusia dengan alam lingkungan termasuk juga segala jenis yang ada di alam seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang, sudah pantaslah berterimakasih kepada alam. Di Bali hubungan tersebut direalisasikan dengan berbagai bentuk persembahan dan jenis-jenis jenis yadnya, dilihat dengan adanya persembahan yang ditujukan kepada tumbuh-tumbuhan yang di sebut hari Tumpek Uduh, persembahan yang ditujukan untuk binatang yang disebut dengan hari Tumpek Kandang, bahkan ada persembahan yang ditujukan untuk berbagai senjata yang disebut dengan hari Tumpek Landep, dan lain sebagainya.

Itulah kemampuan manusia yang digunakan dalam kehidupan 203ystem masyarakat, diharapkan mampu berjalan secara seimbang tanpa ada yang mendominasi agar manusia dapat mencapai tujuan hidup. Agama Hindu selalu menganjurkan manusia agar selalu menjaga keharmonisan hubungan manusia secara vertikal yaitu sebagai makhluk Tuhan dan makhluk alam. Menjaga keharmonisan secara horizontal adalah sebagai makhluk individu dan makhluk hidup lainnya. Sehingga, roda kehidupan dapat berputar secara seimbang dan harmonis. Dengan demikian akan tercipta moksartham jagadithayas caiti dharma (kebahagiaan lahir bathin baik di dunia ataupun di akhirat), seperti yang tersirat dalam kitab Yayur Veda.36.17: 

Dyauh santir antariksan santih
Prthiva santir apah santir visve deva santih
Vanas patayah santir visve devah santir brahma Jantah sarvam santih santir eva santih sa ma santih edhi

(Yayur Veda.36.17)

Terjemahannya:

Damai di langit, damai di angkasa, damai di bumi, damai di air, damai pada tumbuh-tumbuhan, damai pada pepohonan, damai pada semua Dewa, damai pada Brahman(Tuhan), damai dalam alam semesta, damai dalam kedamaian, semoga kami dapat kedamaian itu.

 


Sumber : I Nyoman Piartha


 




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Blog Terkait