Fungsi dan Makna Perangkat Pemujaan Sulinggih (Tri Sadhaka)


B.4. Fungsi dan Makna Ghanta/Genta

Perangkat pemujaan Budha Pakarana, sebuah ghanta atau genta memiliki fungsi dan makna tersendiri.

“Ghanta mapiteges sabdha. Sabdhaning rahayu wantah sabdha jnana suci, angewetuang sabdha utama jati, sabdhaning Ida Sang Hyang Wedha”.

Perangkat pemujaan berupa ghanta/genta dan bhajra selalu digunakan bersama-sama oleh Pandita Budha karena merupakan simbol dualistis kosmos.

Ghanta/genta dipegang pada tangan kiri setinggi dada/susu di sebelah kiri, sedangkan bhajra dipegang dengan tangan kanan setinggi pinggang.

Ghanta/genta sebagai simbol pradana dan bhajra sebagai simbol purusa. Ghanta/genta berfungsi menimbulkan bunyi untuk memuja kebesaran Ida Sang Hyang Widi Wasa, diiringi dengan puja Weda. Ghanta/genta yang menimbulkan suara nyaring dan selalu diikuti dengan puja mantra mempunyai makna memohon keselamatan bagi seisi dunia. Nada awal pada saat permulaan ghanta/genta bertujuan untuk menghidupkan suara magis yang ada pada ghanta/genta tersebut, sedangkan bunyi atau suara selanjutnya adalah permohonan kepada para Dewa yang dipuja agar upacara yang diselenggarakan berhasil dan selamat.

Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa ghanta/genta sebagai peranti atau atribut dan perlengkapan sadhaka atau pandita dalam melaksanakan kewajibannya (mapuja/meweda) sudah tentu memiliki makna yang tinggi.

 

B.5. Fungsi dan Makna Wanci Kembang Ura

Wanci (tempat) kembang ura berfungsi untuk meletakan Kkmbang ura (bunga yang telah dipotong-potong atau diiris) terdiri atas tiga macam bunga atau lebih. Biasanya diambil bunga yang berbau harum, seperti kamboja, jepun, cempaka, sandat, dan bunga delima yang digunakan oleh Pandita Budha.

Selain sekar katihan (bunga utuh), juga digunakan bunga yang dipotong-potong atau kembang ura. Hal itu merupakan suatu keharusan bagi seorang Pandita Budha. Dalam hal ini pada hakekatnya bunga berfungsi sebagai alat untuk membersihkan diri secara simbolis. Di samping itu, bunga juga dapat bermakna sebagai wujud persembahan yang paling sederhana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara muspa.

Bunga merupakan salah satu sarana penting dalam pemujaan umat Hindu. Demikian juga bagi seorang Pandita Budha, artinya bunga menjadi penting, bahkan vital keberadaannya. Dalam astuti atau pemujaan kepada Bhatara Panca Tathagata, Pandita Budha diwajibkan mengambil bunga putih sebagai simbol Bhatara Aksobhya, bunga kuning sebagai simbol Bhatara Ratnasambhawa, bunga merah sebagai simbol Bhatara Amitabha, dan bunga dengan berbagai warna sebagai simbol Bhatara Amoghasiddhi.

 

B.6. Fungsi dan Makna Wanci Wija

Wanci wija merupakan tempat wija, sebagai simbol kemakmuran atau amertha yang berasal dari pikiran, ucapan, dan laksana yang hening suci.
Wanci (tempat) wija berfungsi untuk meletakkan wija atau aksata yang berbau harum bermakna sebagai simbol keabadian atau kehidupan yang abadi. Cendana yang menimbulkan bau yang harum dan wija atau aksata merupakan sifat yang tidak dapat dipisahkan.

Dalam upacara wija dibuat dari beras yang utuh, bersih, dan dicuci dengan air cendana dan air kembang. Wija diberikan kepada umat setelah melakukan persembahyangan dan diletakkan antara kedua kening, di dada, dan ditelan. Di sini wija disimbolkan sebagai Dewa Kumara dan Dewi Sri, sedangkan pemakaian wija mempunyai pengharapan akan memperoleh kebijaksanaan, kemuliaan, kemakmuran, dan terhindar dari malapetaka.

Wija juga disebut gandhaksata, yang berasal dari kata gandha dan aksata, yang berarti biji padi-padian yang utuh serta berbau wangi. Wija merupakan suatu perlengkapan yang diperlukan dalam upacara-upacara keagamaan sebagaimana halnya air atau tirtha, bunga dan api. Pemakaian wija hampir sama dengan tirtha, yaitu dengan jalan menaburkan ke depan sebanyak tiga kali. Bila diberikan kepada seseorang, wija diletakkan di antara kedua kening, di dada, dan ditelan tidak dikunyah.


SUMBER
Ida Bagus Purwa Sidemen, S.Ag., M.Si

PERANGKAT PEMUJAAN SULINGGIH



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga