Prosesi Upacara Metatah (Potong Gigi) Massal


8. Mandi. Setelah dilakukan upacara metatah orang yang diupacarai diberikan membersihkan diri (mandi) di sungai sambil mengiringi sekah ngening atau nunas toya hening. Kemudian kembali lagi ke tempat upacara. Tujuan upacara mandi di Temuku Aye untuk penyucian diri atau melebur sifat- sifat buruk yang melekat pada diri sehingga kemudian mampu membedakan mana yang baik dan buruk.

9. Majaya- jaya. Sore harinya dilanjutkan dengan upacara mejaya-jaya. Mejaya-jaya berasal dari kata jaya yang artinya menang atau restu karena saat itulah pemimpin upacara memohon restu Sang Hyang Siwa Guru (manifestasi Sang Hyang Widhi) agar anak yang melakukan upacara metatah dianugrahi kemenangan dalam berpikir, berbuat dan berbicara. Upacara ini belum dianggap selesai jika belum melaksanakan upacara mejaya-jaya karena segala kegiatan keagamaan sangat erat hubungannya dengan permohonan restu kehadapan Sang Hyang Widhi, tanpa restu beliau semua kegiatan boleh dikatakan sia-sia. Adapun urutannya adalah: natab banten paotonan, banten pesangihan, sembahyang kehadapan Sang Hyang Semara Ratih dan dilanjutkan dengan metirta.

10. Mepedambel. Setelah tata upacara mejaya-jaya selesai dilanjutkan dengan upacara mepedambel yaitu upacara mencicipi enam rasa (Sad Rasa), yaitu: pahit, manis, asam, asin, sepet, pedas dan beberapa lauk-pauk. Satu persatu isi pedambel diberikan kepada orang yang diupacarai untuk merasakan dan menyebutkan rasa yang telah dirasakan. Upakara atau banten yang dipergunakan dalam upacara Tradisi metatah adalah sebagai berikut:

    1. Banten di merajan menggunakan banten pejati yang diletakkan di pelinggih Bhatara Hyang Guru sebagai upasaksi bahwa anak ini akan melangsungkan upacara ritual metatah.
    2. Banten mabyalaka terdiri dari tebasan prayascita, tebasan durmangala, bayekaonan, banten kekeb dan Banten sanggar agung (sanggah surya) daksina suci.
    3. Banten ngekeb yaitu pulegembal, daksina suci, penyambutan, sayut pageh urip, sayut atma nyeneng, sayut pengenteg bayu, sayut pengidep hati, tebasan preyascita, banten kumara, matur piuning majeng ring Bhatara Siwa, Brahma, Sang Hyang Kumara.
    4. Banten mabyalaka terdiri dari tebasan prayascita, tebasan durmangala, bayekaonan, banten kekeb dan penimpug. Banten sanggar agung (sanggah surya) daksina
    5. Banten pada waktu sembahyang kehadapan Sang Hyang Surya (Siwa Raditya) dan Sang Hyang Semara Ratih adalah sebuah kwangen yang berisi uang kepeng 11
    6. Pada saat ngendag (ngrajah badan) seorang pendeta hanya menggunakan cincin bermata mirah atau tangkai sirih yang telah diolesi dengan madu.
    7. Banten di tempat metatah yaitu:
      1. banten di bale gading: bungkak nyuh gading yang sudah dibuka, toya hening, meka (cermin) mole-mole (kekayaan seperti gelang, kalung, cincin, dan kekayaan yang lainya) sok ponjen, tumpeng putih kuning memakai ulam siap putih  yang sudah dipanggang.
      2. banten duur sirep (di atas tempat tidur) peras ajengan, daksina suci dengan ulam bebek putih, dan banten dedari (terbuat dari tepung seperti jajan puragembal yang berbentuk menyerupai senjata dari dewata nawa sangga).
      3. banten damping: daksina putih (peras ajengan daksina yang bahannya semua dari janur kalapa gading yang masih segar, jadi banten ini tidak boleh dibuat dari jauh-jauh harinya seperti banten- banten yang lain), dengan ulam ayam putih yang sudah
      4. banten peningkeb banten saat turun dari tempat Tradisi Metatah yaitu: daksina suci, sorwan alit, lis gede, panak batu, uang kepeng yang diikat dengan benang berwarna putih, merah dan hitam, dan banten klapitan tebog diletakan disatu bokor berisi beras, base tampel, tampak dan kelapa yang sudah dipisahkan dengan tempurungnya, namun kelapa ini tidak boleh sampai pecah.
      5. banten peras tanjung yang terdiri dari peras, segehan cacah, dan berisi besi lidahan atau pisau.
    8. Banten saat mandi terdiri dari peras ajuman, bayekaonan, tebasan prayascita, daksina santun, pengulapan dan bantn surya yang terdiri dari daksina suci dengan ulam bebek
    9. Banten mejaya-jaya yaitu terdiri dari banten pulegembal dan banten paotonan.
    10. Mapadambel terdiri dari rasa manis yang terbuat dari madu, rasa asin terbuat dari garam, rasa pahit terbuat dari pohon kentewali, rasa asam terbuat dari buah lunak, rasa pedas terbuat dari cabai dan rasa sepet beberapa temu-temuan.

Jadi semua sarana atau banten yang dibuat oleh warga yang pada dasarkan sarana penyucian diri dan menghilangkan Sad  Ripu dalam diri sang anak sehingga mampu membangun kesadaran diri lebih dewasa dan tahan uji dalam menghadapi musuh- musuh yang ada pada diri sendiri.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga