Seluk-beluk Alam Astral (Niskala)


Kehancuran Tubuh Astral

Jika proses pemisahan manusia dengan badan astralnya sudah selesai, maka kehidupan orang itu di alam astral juga sudah selesai dan seperti sudah diutarakan diatas, jiwa memasuki alam mental. Terjadilah kematian ke dua dari orang itu seperti ia telah mati di dalam dunia ini.

Tetapi kali ini yang ditinggalkan yalah badan astralnya yang kemudian juga akan menjadi rusak. Jika orang selama hidupnya di dunia telah dapat melepaskan diri dari keinginan keduniaan, dan menaruh segala perhatiannya pada cita-cita kerohanian yang sifatnya tanpa pamrih, maka ego orang itu akan dapat menarik ke dalam dirinya seluruh pikiran rendahnya, yaitu apa yang dikirimkan ke dunia untuk dilahirkan di sana. Dalam keadaan demikian badan yang ditanggalkan hanya akan merupakan mayat, seperti mayat badan wadagnya yang telah ia tanggalkan, dan jiwa menduduki tingkatan golongan lebih tinggi.

Jika orang itu hidupnya tidak amat sempurna sekalipun, hasil yang sama dapat dicapainya, asal daya kekuatan Ego dibiarkan bekerja menghabiskan diri di alam itu tanpa terganggu. Akan tetapi kebanyakan manusia waktu masih di bumi hanya berusaha sedikit saja, bahkan dengan ceroboh untuk mernbebaskan diri dari dorongan dan tujuan tidak luhur dari Pribadinya. Akibatnya ia membuat dirinya terpaksa harus berdiam lama di alam astral, yaitu alam antara, tetapi juga dapat mengalami apa yang dapat dikatakan “kehilangan” sebagian pikiran rendahnya.

Untuk memiliki gambaran jelas mengenai apa yang sebenarnya terjadi, orang harus mengerti  prinsip pikiran (manas) mengirimkan sebagian dirinya ke dalam alam rendah atau dalam dunia ini tiap-tiap terjadi inkarnasi karena kesan laten (samkara). Dan diharapkan Pribadi itu dapat menarik bagiannya kembali pada akhir hayatnya di bumi dengan membawa segala pengalamannya yang tersimpan dalam Memorinya (catatan karma). Namun orang biasanya membiarkan diri diperbudak oleh semua keinginan rendahnya, sehingga tindakan rendahnya terjerat di dalam badan astralnya. Pada akhir kehidupannya di alam astral, maka pikiran harus secara paksa dikeluarkan dari badan astral, sedangkan bagian yang tercerap dengan keingina tinggal di dalam badan astral, yang mengalami percerai-beraian zat-zatnya.

Badan astral yang ditanggalkan itu berisi zat-zat astral yang ada bagian mentalnya, yang tidak dapat membebaskan diri.  Perbandingan zat tiap-tiap bagian dalam badan astral yang melapuk karena itu bergantung pada banyaknya zat pikiran yang terikat pada ego rendah. Kita akan mengerti bahwa di waktu pikiran melalui alam astral, tak dapat melepaskan diri sepenuhnya dari zat-zat tiap-tiap bagian alam tersebut. Hal itu akan tampak pada sisa badan astral, sebab di situ akan tampak adanya jenis pikiran kasar, yang telah dapat tetap tinggal dengan sisa badan astral tersebut.

Sisa badan astral seperti itu merupakan suatu golongan tersendiri, yang disebut mayat astral, yang juga disebut “bayangan” atau ingatan laten.  Itulah golongan mahluk tersendiri di dalam alam astral, dapat dilihat, namun golongan itu tidak mempunyai pribadi, karena individu itu sudah masuk ke dalam alam yang lain. Namun sekalipun demikian, mereka itu memiliki sifat lahiriah sebagai manusia, memiliki ingatan dan ciri-ciri khas seperti dimiliki orangnya (Kesan laten pada memorinya).

Berapa lama umur “bayangan” itu, berbeda-beda sesuai dengan zat mental rendah yang memberi hidup kepadanya, namun zat mental rendah tersebut juga akan mengalami proses kehancuran, sehingga intelek “bayangan” itu juga akan melemah.

Selongsong

Ini secara mutlak hanya merupakan mayat astral pada tingkatan terakhir dari kehancuran, yaitu sesudah ditinggalkan oleh partikel mental seluruhnya tidak mempunyai kesadaran atau intelegensi dan ia mengambang kesana-kemari mengikuti bermacam-macam arus dalam alam astral, tidak berbeda dengan awan yang dapat melayang kian-kemari, karena terbawa angin.

Meskipun demikian ia dapat dihidupkan kembali untuk beberapa saat saja menjadi seperti hantu yang mengerikan, terutama sekali jika berada di dalam jangkauan aura seorang. Dalam keadaan demikian, ia dapat memiliki bentuk asli seperti halnya manusia, bahkan kadang- kadang dapat menirukan tindakan lainnya. Namun perbuatan itu dilakukan secara otomatis, sebab sel-sel mayat astral itu memiliki kebiasaan berbuat tertentu. Jika sel-sel itu dihidupkan kembali, tentu dapat mengulangi sesuatu yang telah menjadi kebiasaannya.

Ia mempunyai juga sifat menanggapi getaran dan getaran ini biasanya yang paling rendah sifatnya. Getaran yang rendah demikian sering diterimanya pada waktu ia mengalami tingkatan terakhir dari kehancurannya sebagai selongsong astral. Ia mempunyai pengaruh tidak baik bagi orang-orang yang memiliki pikiran rendah dan yang mengunjungi suatu di mana selongsong astral itu digunakan. Sebab keinginan itu akan diperkuat oleh getaran-getaran yang dikeluarkan oleh selongsong astral yang tak sadar tersebut.


Sumber

THE ASTRAL PLANE

its scenery, inhabitants and phenomena
By cw. leadbeater



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

HALAMAN TERKAIT
Baca Juga