Turunnya Bhatara Tiga dalam Tutur Barong Swari


Naskah Tutur Barong Swari mengadung ajaran tatwa yang dikemas dalam cerita mitologi, mengandung nilai teologi hindu Bali. Naskah ini merupakan naskah yang beraliran siwaistik. 

Tutur Barong Swari menceritakan mengenai Dewi Uma yang turun kedunia menjadi Dewi Durga yang sudah berganti nama menjadi Dewi Rohini, menuju tempat yang sunyi di tengah-tengah hutan rimba, di bawah pohon beringin beliau menangis tersedu-sedu.  Hingga waktu yang lama di hutan angker, Dewi Rohini kemudian menebar segala wabah penyakit.

Hal ini  kemudian disaksikan oleh Bhatara Guru (Dewa Shiwa), dan beliau turun menjadi Rudramurthi dengan wajah menakutkan untuk menemui Dewi Durga.

Bhatara Guru dengan Betari Rohini, sama-sama mengambil wujud menyeramkan, sama-sama disusupi oleh kasmaran, sehari-harinya bercumbu rayu.

Tatkala Beliau keduanya bersenang-senang bercumbu rayu menghadap ke timur, penduduk (orang-orang) di arah timur pada menderita penyakit muntah-muntah, di sebelah selatan wabah merajalela. Apabila Beliau bermesraan menghadap ke arah barat, orang-orang di arah barat pada terkena wabah kolera. Apabila Betara Guru bersama Dewi Rohini bermesraan menghadap ke sebelah utara, maka orang-orang di arah sebelah utara pada menderita sakit perut yang sangat keras, dan juga terkena penyakit kuning.

Oleh karena demikian, maka sedih bercampur ketakutan segenap manusia di dunia ini, oleh karena setiap hari ada saja yang meninggal dunia. Pagi hari terkena penyakit, sore harinya meninggal. Sore hari mulai sakit, keesokan hari paginya meninggal.Oleh karena dunia ini terkena musibah sedemikian rupa, maka Bhatara Tiga (Dewa Brahma, Wisnu, dan Iswara), yang mengetahui akan hal itu, turun ke dunia untuk menuntun manusia melenyapkan penderitaan dan kesedihan tersebut.

Kemudian ketiga bhatara (bhatara tiga) melakukan proses ruwatan atau melebur aktivitas panca durga yang dilakukan oleh Dewi Uma serta bhatara Guru dengan konsep satya siwam sundaram, yaitu merubah wujud kedalam Tari Topeng ; Dewa Brahma turun menjadi Topeng Bang, Dewa Wisnu turun menjadi Topeng Telek, sedangkan Dewa Iswara turun menjadi Barong Swari. Mereka menari dengan sangat indah, sampai menyadarkan Dewi Uma dan Bhatara Guru untuk kembali kedalam wujud dewataNya. Hal ini kemudian menjadikan semua mahluk bahagia dan dunia terbebas dari wabah penyakit.

Dalam Tutur Barong Swari ini, konsep teologinya lebih ditekankan tentang ajaran ke-Siwa-an dimana Siwa sebagai personafikasi Tuhan tertinggi. Didalamnya diceritakan bahwa Bhtara Hyang Guru Tunggal yang merupakan personafikasi Tuhan tertinggi (nirgunabrahman) memberikan Bisama/ perintah kepada seluruh penyembah Bhatara Guru (Siwa) bahwa semua harus menjaga dan menghormati pohon-pohon rindang seperti  beringin, hewan-hewan seperti menjangan, hingga bentuk batu.

Hal ini menjadi sebuah pesan yang ingin disampaikan bahwa menjaga isi alam semesta sangatlah penting, seupaya terjadinya keharmonisan dalam hidup.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Buku Terkait
Baca Juga