- 1Tata Upakara Sebuah Pura
- 1.1Fungsi dan Makna Upacara Ngenteg Linggih
- 1.2Pelaksanaan / Dedononan Karya Upacara Ngenteg Linggih
- 1.1Maksud dan tujuan upacara Ngenteg Linggih
- 1.2Tahapan upacara ngenteg linggih
- 2URAIAN PROSESI KARYA MEMUNGKAH & NGENTEG LINGGIH
- 2.2.11. Upacara Matur Piuning
- 2.2.22. Ngawit Karya
- 2.2.36. Nuwasen
- 2.2.47. Ngentegang (Negtegang Pedagingan)
- 2.2.58. Upacara Memungkah
- 2.2.19. Upacara Ngingkup
- 2.2.210. Upacara Melaspas
- 2.2.311. Upacara Mendem Pedagingan
- 2.2.412. Upacara Memben Banten
- 2.2.513. Mecaru Rsi Gana (Bhuta Yadnya)
- 2.2.614. Upacara Mendak Tirta
- 2.2.715. Upacara Nedunan Ida Bhatara (Dewa Yadnya)
- 2.2.816. Bagia Pula Kerthi
- 2.2.917. Upacara Melasti (Dewa Yadnya)
- 2.2.118. Upacara Tawur (Bhuta Yadnya)
- 2.2.219. Sate Tungguh/Sate Tegeh/Gayah
- 2.2.320. Pregembal/Sarad
- 2.2.421. Upacara Mapedanan (Manusa Yadnya)
- 2.2.522. Upacara Mapepada (Bhuta Yadnya)
- 2.2.123. Upacara Ngenteg Linggih (Dewa Yadnya)
- 2.2.224. Upacara Makebat Daun
- 2.2.325. Upacara Bhatara Tedun ke Peselang (Peselang = Pinjaman)
- 2.2.426. Upacara Nganyarin (Penganyar)
- 2.2.527. Upacara Ngeremekin
- 2.2.628. Upacara Nyenuk
- 2.2.7 29. Upacara Nyegara Gunung (Meajar-ajar)
- 2.2.830. Upacara Rsi Bhojana (Rsi Yadnya / Rsi Rna)
23. Upacara Ngenteg Linggih (Dewa Yadnya)
Ngenteg Linggih merupakan rangkaian upacara paling akhir dari pelaksanaan upacara Pamungkah. Secara etimologis, Ngenteg Linggih (Menetap Linggih) berarti menobatkan / mensthanakan. Jadi Ngenteg Linggih adalah upacara Penobatan / Mensthanakan Hyang Widhi dengan segala manifestasi-Nya pada pelinggih yang dibangun, sehingga Beliau berkenan kembali setiap saat, terutama saat segala kegiatan upacara di Pemerajan atau Pura dilangsungkan.
24. Upacara Makebat Daun
Persembahan dan pemujaan pada hari puncak karya ini adalah Upacara Makebat Daun. Sesuai dengan sebutan “Makebat Daun” berarti membentangkan sehelai daun. Upacara Makebat Daun ini harus dilakukan bersamaan dengan rangkaian upacara Pemelaspas dan Ngenteg Linggih. Inilah puncak proses penyucian pembangunan Pamerajan setelah pemugaran dengan unsur-unsur dan struktur pelinggih.
Untuk betah tinggal (Enteg Melinggih) setelah upacara Melaspas patut dipersiapkan sehelai tikar ataupun alas. Inilah puncak hakekat daun itu sehingga Pamerajan sebagai Isthana Hyang Widhi Wasa, dalam manifestasi-Nya, menjadi utuh.
25. Upacara Bhatara Tedun ke Peselang (Peselang = Pinjaman)
Upacara Ida Bhatara Tedun ke Peselang adalah Yasa Petemon Hyang Widhi dalam Prabawa Semara Ratih, untuk menciptakan dunia ini dengan segenap prabawa-Nya. Upacara ini sebagai wujud cinta kasih Hyang Widhi Wasa dengan segala bentuk jenis ciptaan-Nya, yang menyebabkan manusia hidup dengan makmur dan sejahtera. Dewa Semara Ratih (Kamajaya-Kamaratih) dipujakan dengan warna yang serba Kuning sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan. Juga upacara ini menyimpulkan bhakti disambut asih dari Hyang Widhi Wasa sebagai jiwa seluruh alam dan sebagai sumber kehidupan di Tri Bhuana ini. Jiwa kita ini pun adalah pinjaman dari Hyang Widhi Wasa.
Upacara “Mapeselang” ini adalah lambang bertemunya Hyang Widhi Wasa dengan umat manusia, melimpahkan karunia-Nya berupa cinta kasih. Cinta kasih Hyang Widhi Wasa kepada umat-Nya telah terbukti dalam bentuk Pencipta dunia beserta isinya, dengan kekuatan-kekuatan sucinya mengatur dunia ini. Beliau menciptakan : gunung, laut, danau, hutan, sawah, ladang, matahari, segala materi yang berharga serta semuanya merupakan kekuatan kehidupan manusia. Inilah bentuk cinta kasih Tuhan untuk umat manusia.
Dalam upacara “Mapeselang” Ida Sang Hyang Widhi diwujudkan dalam wujud Purusa Predana sebagai Dewa Semara Ratih, lambang dewa Cinta kasih.
26. Upacara Nganyarin (Penganyar)
Upacara Nganyarin adalah persembahan setiap hari (penyabran) selama Ida Bhatara-Bhatari nyejer. Persembahan bhakti penganyar merupakan persembahan yang baru (anyar).
27. Upacara Ngeremekin
Ngeremekin berarti menghancurkan. Upacara ngeremekin berarti menghancurkan sisa-sisa upacara, berupa sampah (lulu), terutama sisa persembahan Tawur Agung. Biasanya dilaksanakan pada hari ketiga. Selain kegiatan itu, juga ada persembahan bhakti pengeremek selaku upacara atur piuning bahwa rangkaian upacara pokok telah berakhir.
28. Upacara Nyenuk
Upacara Mendem Bagia Pula Kerthi diakhiri dengan upacara Bhatara Masineb setelah itu diadakan upacara Nyenuk, yang berarti datang melihat. Upacara ini merupakan rangkaian akhir persembahan dan pemujaan kehadapan Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi-Nya yang tuwur dalam persembahan dan pemujaan itu.
29. Upacara Nyegara Gunung (Meajar-ajar)
Upacara Nyegara Gunung disampaikan kepada Segara dan Gunung Yasa Lingga Yoni. Gunung dalam konsep filsafat Siwa sebagai Lingga Acala (Lingga yang diam). Sedangkan Laut adalah Yasa Yoni. Gunung dan laut merupakan sumber kehidupan dan kemakmuran sehingga umat manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk mempersembahkan Yadnya, dan untuk kehidupan manusia itu sendiri.
30. Upacara Rsi Bhojana (Rsi Yadnya / Rsi Rna)
Upacara ini merupakan ucapan terimakasih kepada semua pendeta yang telah memimpin upacara, misalnya upacara Dewa Yadnya, Manusa Yadnya maupun Bhuta Yadnya. Bentuknya bermacam-macam, misalnya makanan, pakaian, perlengkapan sehari-hari, seperti payung lampu dan lain-lainnya.