Rangkaian Upacara dan Upakara Manusa Yadnya


Upacara dan Upakara Kepus Puser (Mapenelahan)

Pada waktu bayi masih berada dalam kandungan, maka menyerap zat-zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhannya adalah lewat tali pusat yang merupakan saluran penghubung puser si bayi dengan ari-ari sebagai tempat penyaringaan makanan. Setelah bayi lahir, tali pusat itu kemudian dipotong, namun untuk beberapa hari (lamanya berbeda pada masing-masing bayi) sebagian tali pusat masih melekat pada pusernya, yang dimaksud untuk melindungi si bayi terhadap gangguan pada perutnya, sehingga ketika tali pusat lepas dari puser sang bayi akan dibuatkan upacara yang disebut Upacara kepus puser.

Upacara kepus puser sering juga disebut dengan “Mapenelahan” atau upacara penelahan, Bayi dalam kandungannya dijaga oleh empat saudaranya yang disebut catur sanak. Maka dengan lepasnya tali pusat yang merupakan bagian dari ari-ari maka habislah bagian-bagian dari catur sanak yang melekat pada bayi. Upacara kepus puser dilaksanakan pada dasarnya adalah untuk membersihkan jiwa dan raga si bayi. Dengan lepasnya tali pusat maka secara jasmaniah si bayi sudah bersih dan secara rohaniah si bayi sudah bebas dari pengaruh catur sanak

Tata Upacara

Bagi puser bayi yang lepas, dibungkus dengan secarik kain yang baru lalu dimasukkan kedalam sebuah ketupat burung (tipat kukur) disertai dengan anget-anget (rempah-rempah), kemudian digantungkan ditempat tidur bayi.

Di atas tempat tidur bayi dibuatkan kemara (sebuah pelangkiran) sebagai tempat pemujaan kepada Sang Hyang Kumara/Sang Hyang Panca. Di pelangkiran dihaturkan banten kumara untuk memohon agar si bayi dijaga dari segala macam gangguan juga ditempat ari-ari si bayi dihaturkan banten ari-ari.
Selanjutnya si ibu menghaturkan banten labaan ditempat seperti dapur, merajan dan apabila ada si bayi akan natab banten dapetan sebagai rasa syukur dan terimakasih kepada tuhan karena telah dianugerahi seorang anak dengan memohon agar si bayi tetap sehat dan panjang umur.

Upakacara kepus puser bervariasi tergantung desa, kala, patra masing-masing.

Sarana :

  1. Banten penelahan: Beras kuning, daun dadap.
  2. Banten kumara: Hidangan berupa nasi putih kuning, beberapa jenis kue, buah-buahan (pisang emas), canang, lengawangi, burat wangi, canang sari.
  3. Banten labaan: Hidangan/ nasi dengan lauk pauknya.
  4. Segehan empat buah dengan warna merah, putih, kuning, dan hitam. Masing-masing berisi bawang, jahe dan garam.

Waktu : Upacara kepus puser dilaksanakan pada saat bayi sudah kepus pusemya, umumnya pada saat bayi berumur tiga hari.

Tempat: Upacara ini dilaksanakan di dalam rumah terutama di sekitar tempat tidur si bayi.

Pelaksana : Untuk melaksanakan upacara ini cukup dipimpin oleh keluarga yang tertua (sesepuh), atau jika tidak ada, orang tua si bayi.

Tata cara

  • Puser bayi yang telah lepas dibungkus dengan kain putih lalu dimasukkan ke dalam “ketupat kukur” (ketupat yang berbentuk burung tekukur) disertai dengan rempah-rempah seperti cengkeh, pala, lada dan lain-lain, digantung pada bagian kaki dari tempat tidur si bayi.
  • Dibuatkan kumara (pelangkiran) untuk si bayi, tempat menaruh sesajian.
  • Di tempat menanam ari-ari dibuat sanggah cucuk, di bawahnya ditaruh sajen segehan nasi empat warna, dan di sanggah cucuk diisi dengan banten kumara.
  • Tidak ada mantram khusus untuk upacara ini, dipersilakan memohon keselamatan dengan cara dan kebiasaan masing-masing.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Buku Terkait
Baca Juga