Melukat

Ritual Melukat untuk Penyembuhan Gangguan Psikosomatik


Upakara Banten dan Sesayut Untuk Melukat

Dalam semiotika ritual Bali, Banten adalah bahasa komunikasi. Untuk kasus penyakit berat, banten yang digunakan harus memiliki spesifikasi “Penebusan” dan “Peleburan”.

Banten Dasar : Pejati (Daksina Pelinggih)

Pejati adalah fondasi dari segala ritual. Tanpa Pejati, upacara dianggap tidak memiliki “saksi” yang sah.

Komposisi & Makna Simbolik :

  • Daksina : Wadah bedog (keranjang) berisi kelapa (simbol alam semesta/Brahma), telur itik (awal kehidupan/kesucian), beras (sumber kehidupan), dan uang kepeng. Ini melambangkan persembahan diri manusia kepada Tuhan (Hyang Guru).
  • Peras : Berisi benang tukelan putih. Simbol permohonan agar ritual sukses (Prasiddha) dan mengikat kembali jiwa yang goyah.
  • Ketupat Kelanan : Enam buah ketupat, melambangkan enam musuh dalam diri (Sad Ripu) yang harus dikendalikan.
  • Penyeneng / Tehenan : Simbol kehidupan baru dan kegembiraan, penting bagi pasien depresi / Bebainan untuk memulihkan semangat hidup.
  • Pasucian : Air, bunga, minyak wangi untuk menyucikan dewa sebelum dimohonkan tirtha.

Banten Khusus : Sesayut Lara Melaradan

Ini adalah core offering untuk penyakit. Sesayut berasal dari kata Ayu (selamat/sejahtera). Lara berarti sakit/derita, Melaradan berarti surut/berkurang. Jadi, banten ini berfungsi memohon agar penyakit segera surut dan menghilang.

Tetandingan (Konstruksi Banten) :

  • Alas : Menggunakan Kulit Sesayut (anyaman janur bundar) atau Tamas.
  • Tumpeng : Dua buah tumpeng nasi, satu Putih dan satu Kuning.
    • Putih : Simbol kesucian (Siwa/Iswara) di Timur.
    • Kuning : Simbol kesehatan dan kemakmuran (Mahadewa) di Barat. Kombinasi ini merepresentasikan permohonan pembersihan total.
  • Lauk Pauk (Ulam) : Sering menggunakan Ayam Panggang (putih / kuning) atau telur dadar, disertai Kacang Saur dan Gerang (ikan asin).
  • Raka-raka : Buah-buahan lengkap (pisang, salak, jeruk) dan jajan pasar.
  • Penyeneng : Diletakkan di tengah tumpeng.
  • Sampyan : Menggunakan Sampyan Nagasari atau Plaus, simbol naga penjaga dan permohonan keselamatan.
  • Canang Sari : Diletakkan di puncak sebagai sari persembahan.

Banten Harmonisasi Lingkungan : Caru Ekasata

Jika penyakit dicurigai berasal dari gangguan makhluk halus (Bhuta Kala) di rumah pasien (misalnya rumah terasa panas / angker), diperlukan upacara Mecaru skala kecil di rumah pasca-melukat.

  • Jenis : Caru Eka Sata Ayam Brumbun.
  • Ayam Brumbun : Ayam dengan bulu lima warna (campuran). Ini adalah simbol Panca Maha Bhuta yang harmonis. Penggunaan ayam ini bertujuan untuk Nyomia (menetralisir) kekuatan negatif lima arah mata angin agar menjadi positif.
  • Penempatan : Di natar (halaman) rumah atau di pintu masuk (Lebuh).



HALAMAN TERKAIT
Baca Juga