Lontar Usada Taru Pramana


Tumbuh-tumbuhan dalam lontar Taru Pramana digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Bagian tumbuhan yang digunakan untuk mengobati penyakit dapat berupa akar, batang (babakan), daun, bunga, buah, dan getahnya. Naskah Lontar Taru Pramana memuat keragaman jenis tumbuhan obat dan pemanfaatannya dalam pengobatan tradisional Bali. 

Ada sebanyak 182 nama lokal tumbuhan yang disebutkan dalam lontar Taru Pramana, seperti disajikan pada halaman berikutnya. Namun demikian, sebanyak 20 jenis belum dapat dikenali dan ditentukan nama ilmiahnya secara pasti. Beberapa jenis tumbuhan mudah dikenali dan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Bali sehari-hari, seperti sebagai bahan bumbu, sayuran ataupun sebagai tanaman upacara agama Hindu. Namun demikian, beberapa nama jenis tumbuhan tidak ditulis secara jelas atau kemungkinan disamarkan dengan maksud tertentu, seperti wandira padahal yang dimaksudkan adalah beringin (Ficus benjamina).

Bahkan ada jenis tumbuhan mempunyai nama yang benar-benar berbeda dengan yang dimaksudkan, seperti dalam lontar ditulis kedondong, tetapi setelah ditelusuri dari lontar Dasanaming Taroe, ternyata yang dimaksudkan bukanlah kedondong tetapi kecemcem. Kedondong dan kecemcem merupakan dua jenis tumbuhan yang berbeda walaupun keduanya termasuk dalam famili yang sama yaitu Anacardiaceae. 

Tumbuh-tumbuhan yang tercatat dalam lontar Taru Pramana sebagian besar termasuk anggota famili Euphorbiaceae, Moraceae, Fabaceae, dan Zingiberaceae. Tumbuh-tumbuhan tersebut termasuk golongan tumbuhan dengan jumlah species banyak. Euphorbiacea termasuk salah satu famili terbesar dari angiospermae, terdiri atas lebih dari 300 genus dengan 8000 species mulai dari tumbuhan berkayu besar sampai rumput yang tumbuh di tanah. Anggota famili euphorbiaceae berpotensi sebagai bahan obat untuk mengobati berbagai jenis penyakit seperti antidiare, antioksidan, antibakteri, antikanker, asma, hipoglikemik, diabetes, inflamasi, dan sebagainya.

Famili moraceae terdiri atas 37 genus dengan lebih dari 1000 species dan tersebar terutama di daerah tropis. Tumbuhan ini memiliki nilai ekonomi dan ekologi penting, diantaranya dari genus artocarpus dan Ficus.

Fabaceae termasuk kelompok angiospermae terbesar ketiga setelah Orchidaceae and Asteraceae atau Compositae, dengan jumlah anggota mencapai 630 genus dan 18.000 species, serta memiliki nilai ekonomis tinggi. Zingeberaceae seperti, isen, kunyit, maupun jahe sangat umum bagi masyarakat Bali karena menjadi bagian dari bumbu masakan sehari hari, di samping sebagai bahan obat seperti digunakan untuk loloh kunyit maupun wedang jahe oleh kebanyakan masyarakat.

Tumbuhan obat dalam Taru Pramana dalam pemanfaatanya dibuat dalam berbagai bentuk di antaranya; 

  1. Loloh berupa cairan sari pati pekat yang diperoleh dengan cara meremas-remas atau menggiling serta ditambahkan cairan yang telah ditentukan dan dalam penggunaannya diminum.
  2. Boreh yaitu ramuan yang diperoleh dengan cara meghaluskan campuran bahan-bahan dan dalam penggunaannya dicampur dengan cairan seperti air, cuka, atau arak.
  3. Sembar /simbuh yaitu berupa ramuan yang diperoleh dengan cara mengunyah bahan-bahan sampai lumat kemudian disemburkan secara langsung pada bagian badan yang diobati.
  4. Tutuh / pepeh yaitu ramuan yang diambil dari sari pati dengan cara memeras atau menggiling bahan-bahannya kemudian disaring untuk mendapatkan sari patinya dan dalam penggunaannya diteteskan.
  5. Tampel / tempel yaitu ramuan yang diperoleh dengan cara menghaluskan campuran bahan-bahan dan dalam penggunaannya ditempelkan pada bagian yang diobati, biasanya di pusat nadi.
  6. Ses / cairan pembersih luka yaitu berupa cairan yang diperoleh dengan cara merebus bahan-bahan dalam air sampai mendidih kemudian digunakan sebagai cairan pembersih setelah dingin.

Loloh dan boreh sangat umum bagi masyarakat Bali, bahkan loloh telah menjadi minuman herbal yang dikonsumsi secara ekslusif untuk mencegah dan mengobati berbagai jenis penyakit. Disamping itu, terdapat juga penggunaan dengan cara menggosokkan pada bagian yang akan diobati dengan membuat dalam bentuk gulungan menyerupai rokok kemudian dibakar kemudian asapnya ditiupkan ke bagian tubuh yang hendak diobati, dengan hanya memukulkan pada bagian tubuh yang hendak diobati biasanya pada kaki.

Tumbuh-tumbuhan dalam lontar Taru Pramana digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Penyakit-penyakit yang disebutkan dalam lontar Taru Pramana secara umum ada dua kelompok penyakit yaitu penyakit sekala (nyata) seperti sariawan dan patah tulang, dan penyakit niskala (tak nyata) seperti kepongor dan bebahi, dianggap berkaitan dengan black magic.

Eksistensi praktik pengobatan tradisional Bali tersebut juga diperkuat dengan pengetahuan (corpus) orang Bali tentang tumbuhan. Pengetahuan tentang tumbuhan tercermin dari penyebutan khasiat tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan obat.

Khasiat tersebut di antaranya adalah tumbuhan berkhasiat anget (panas), tis (dingin), dan berkhasiat dumalada (sedang). Khasiat tersebut dikaitkan dengan karakter fisik tumbuhan terutama dari getahnya.

Tumbuhan yang bergetah putih kemerahan atau bergetah merah dan lengket mempunyai khasiat panas, tumbuhan yang bergetah putih kehijauan mempunyai khasiat dumalada (sedang), tumbuhan yang bergetah hitam kehijauan atau biru kehijauan mempunyai khasiat tis (dingin).

Tumbuh-tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan obat tidak terbatas hanya pada tumbuhan yang termuat dalam lontar Taru Pramana, diantaranya ada 51 jenis tumbuhan lainnya yang digunakan sebagai bahan loloh oleh masyarakat Bali, bahkan tumbuhan yang tidak lazim yakni lateng kidang (Dendrocnide stimulans) juga diketahui digunakan sebagai bahan loloh.

 




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

HALAMAN TERKAIT
Baca Juga