Panca Durga

Pañca Durgā – Lima Kekuatan (Śakti) Dewi Durgā


 

Pañca Durgā dalam Konteks Pañca Dewata

Penting untuk membandingkan Pañca Durgā dengan konsep ketuhanan Hindu Bali lainnya, yaitu Pañca Dewata.

Konsep Pañca Durgā Pañca Dewata
Inti Lima Kekuatan Śakti Dewi Durgā Lima Manifestasi Dewa Śiwa
Aspek Kekuatan Destruktif (Peleburan), Niskala Kekuatan Konstruktif dan Pemelihara, Sekala
Arah Mengendalikan roh/energi negatif di lima penjuru Mengatur alam semesta di lima penjuru
Tujuan Pemujaan Menetralisir energi negatif (Bhuta Kāla) dan memohon perlindungan. Memohon anugerah kehidupan, keseimbangan, dan kesucian.

Meskipun berbeda dalam aspek (Durgā mewakili aspek peleburan, Dewata mewakili aspek penciptaan/pemeliharaan), keduanya bekerja bersama dalam menjaga keseimbangan alam semesta (Bhuwana Agung) berdasarkan prinsip Desa, Kala, Patra (Tempat, Waktu, Keadaan). Upacara yang ditujukan kepada Pañca Dewata (misalnya Caru Pañca Sanak) seringkali dilakukan bersamaan atau beriringan dengan upacara untuk Pañca Durgā, menunjukkan kesatuan kosmik antara kekuatan baik dan kekuatan pengendali.

Pañca Durgā adalah manifestasi ilahi yang kompleks dalam Hindu Bali. Ia adalah bukti bahwa spiritualitas Bali merangkul seluruh spektrum kekuatan kosmik, termasuk energi yang sering dianggap “gelap” atau “menakutkan”.

  1. Pengendalian Niskala : Pañca Durgā berfungsi sebagai penguasa dan pengendali segala jenis Bhuta Kāla dan kekuatan niskala di lima penjuru.

  2. Jaminan Keseimbangan : Pemujaan kepada Pañca Durgā melalui ritual Bhūta Yadnya adalah tindakan spiritual untuk menjaga keseimbangan Tri Hita Karana, memastikan bahwa kekuatan peleburan beroperasi secara teratur dan tidak menimbulkan bencana.

  3. Filosofi Mendalam : Konsep ini mengajarkan bahwa kekuatan gelap sekalipun adalah bagian dari tata kelola ilahi dan harus dihormati serta diatur, bukan dimusnahkan.

Dengan memahami Pañca Durgā, umat Hindu Bali dapat menjalankan hidup dengan kesadaran penuh akan adanya kekuatan spiritual yang beroperasi di sekitar mereka, baik yang tampak (sekala) maupun yang tidak tampak (niskala).

Dua Pilar Keseimbangan Kosmik Hindu Bali

Aspek Pañca Dewata Pañca Durgā
Inti Konsep Lima manifestasi Dewa Śiwa (Iśwara) yang bertugas menjaga dan mengatur alam semesta. Lima manifestasi Śakti (Kekuatan) dari Dewi Durgā (aspek peleburan dari Dewa Śiwa/Rudra).
Tujuan Utama Mengatur, memelihara, dan memberikan anugerah kehidupan serta kesucian (Anugraha). Mengendalikan, membersihkan, dan menetralkan energi negatif atau unsur-unsur perusak (Nigraha).
Sifat Energi Śubha (Baik/Positif), Pencipta-Pemelihara, Energi yang bersifat sekala (terlihat) dan niskala (tidak terlihat). Aśubha (Pengontrol/Penarik Karma Buruk), Pelebur, Energi yang sangat bersifat niskala (tidak terlihat) dan magis.
Asosiasi Unsur Sering dikaitkan dengan Pañca Maha Bhuta (lima unsur dasar alam : Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, Akasa). Sering dikaitkan dengan Bhuta Kāla (energi waktu dan unsur negatif) serta berbagai jenis makhluk halus.
Arah Mata Angin Masing-masing Dewata menguasai satu arah utama dan warna : Masing-masing Durgā mengendalikan Bhuta Kāla di lima arah :
  Iśwara (Timur, Putih) Bhatari Raji Durgā (Timur)
  Brahma (Selatan, Merah) Bhatari Suksmi Durgā (Selatan)
  Mahadewa (Barat, Kuning) Bhatari Gori Durgā (Barat)
  Wisnu (Utara, Hitam) Bhatari Maya Dewi Durgā (Utara)
  Śiwa (Tengah, Pañca Warna) Bhatari Durgā (Tengah)
Pura Pemujaan Pura-pura besar atau Kahyangan Tiga (Pura Desa/Puseh) yang berlokasi di hulu (tempat suci, pegunungan). Pura Dalem dan Pura Prajapati (dekat setra atau kuburan) yang berlokasi di teben (tempat peleburan).
Upacara Dewa Yadnya dan Manusa Yadnya (Upacara yang ditujukan kepada Dewa/leluhur dan manusia). Bhūta Yadnya (Upacara untuk menenangkan Bhuta Kāla dan menyeimbangkan alam). Contoh : Caru Pañca Sata MaDurgā.

Kesatuan dan Keseimbangan

Meskipun memiliki tugas yang berlawanan, Pañca Dewata dan Pañca Durgā adalah dua sisi dari koin yang sama : kekuatan tunggal Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa).

  1. Saling Melengkapi : Pañca Dewata menciptakan dan memelihara kehidupan, sedangkan Pañca Durgā (dan Bhuta Kāla yang mereka kontrol) memastikan bahwa segala sesuatu yang telah usang atau kotor akan dilebur dan dibersihkan.

  2. Harmoni Kosmik : Hindu Bali meyakini bahwa alam semesta akan seimbang jika kekuatan baik (Dewa) dan kekuatan pengontrol (Durgā/Bhuta Kāla) sama-sama dihormati. Upacara yang melibatkan keduanya (misalnya, Caru di pagi hari untuk Bhuta Kāla dan Pemujaan Dewa di siang hari) adalah implementasi dari prinsip Tri Hita Karana untuk menjaga harmoni antara manusia dan alam.

  3. Filosofi Śiwa-Śakti : Pañca Dewata mewakili aspek Purusa (Śiwa/Kesadaran) dan Pañca Durgā mewakili aspek Pradana (Śakti/Energi). Keduanya harus bersatu agar alam semesta dapat berfungsi secara harmonis. Tanpa kekuatan Durgā untuk melebur dan membersihkan, kekuatan Dewata tidak akan mampu menciptakan kembali kehidupan yang suci dan baru.

Pembahasan mengenai Pañca Durgā dan Pañca Korsika membawa kita lebih dalam ke mitologi penciptaan (kosmogoni) dan aspek spiritual Hindu Bali, khususnya yang berkaitan dengan asal-usul energi negatif dan Bhuta Kāla.



Relevansi Panca Durga ini ada di Buku Kanda Pat
Baca Juga