Rangkaian Upacara & Bebantenan Hari Galungan dan Kuningan


E. Pamaridan Guru 

Diperingati setiap hari sabtu/saniscara pon wuku dungulan, yaitu enam bulan atau 210 hari sekali, bertepatan dengan hari terakhir wuku galungan.

Upakara yang dihaturkan berupa Tumpeng Guru pada Palinggih Sanggah Kamulan ditujukan kehadapan Bhatara Hyang Guru, dengan tujuan sebagai pembersih dan penyucian terhadap diri. Selain itu dilakukan pula Tipat Kelanan Dampulan, Canang Burat wangi Lenga Wangi, Canang, Pabersihan, atau disesuaikan dengan desa kala patra.

F.  Wuku Kuningan
1. Hari Ulihan

Pada hari minggu atau Redite Wage Wuku Kuningan, hakekatnya merupakan saat kembalinya pada Dewata ke KahyanganNya masing-msing setelah memberikan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin serta panjang umur ke Dirghayusa-an pada umat manusia.
Upakara yang dihaturkan berupa barang-barang mentah seperti beras, rempah-rempah yang disesuaikan dengan desa, kala, dan patra.

2. Pamacekan Agung

Diperingati pada setiap hari senin atau Soma Keliwon Wuku Kuningan, setiap enam bulanatau 210 hari sekali. Upakara yang dihaturkan berupa Segehan agung memakai panyembahan ayam samelulung ,diupacarakan pada lebuh sore hari dengan tujuan untuk mengembalikan Sang Bhuta Galungan dan para pengikutNya ke tempat asalnya semula.

3. Hari Buda Pahing Kuningan

Diperingati pada hari Rebo atau Buda Pahing Kuningan setiap enam bulan atau 210 hari sekali. Pemujaan saat ini ditujukan kehadapan Bhatara Wisnu dengan menghaturkan Upakara di Ibu, Dadia, Paibon, Panti sesuai desa, kala, dan patra.

4. Panampahan Kuningan

Saatnya sehari sebelum kuningan, yaitu pada hari jumat atau Sukra Wage Wuku Kuningan, merupakan saat untuk melakukan berbagai kegiatan baik pada wanita dan pria seperti saat PanampahanGalungan, yaitu menyiapkan saran dan prasaran untuk hari Kuningan. Upacaraa saat ini hampir tidak ada, namun dapat disesuaikan dengan desa, kala, patra.

5. Hari Kuningan

Dirayakan pada hari sabtu atau Saniscara Keliwon Wuku Kuningan setiap enam bulan ata 210 hari sekali yaitu hari setalah Galungan sebagai hari resepsinya. Pada perayaan ini para Dewa serta Pitara akan turun dari Kahyangan untuk melakukan penyucian sambil mukti atau menikmati banten-banten yang dihaturkan, memberkahkan kesejahteraan, kebahagiaan, dan kedamaian serta ka-dirghayusan, selanjutnya kembali ke kahyanganNya masing-masing.

 

G. Wuku Pahang (Pegat Wakan)

Saatnya pada hari Rebo atau Buda Keliwon Wuku Pahang yang dikenal pula dengan sebutan Buda Keliwon Pegat Wakan, Buda Keliwon Pegat Warah atau Panelahan Galungan, merupakana upacara akhir dari rangkaian raruntutan Galungan. Pegat (bahasa bali) berarti putus, wakan atau artinya bicaram sabda. Pegat wakan atau pegat warah, maksudnya berakhirlah sudah batas pelaksanaan hari raya Galungan yang patut diselenggarakan sesuai dengan pawarah-pawarah Bhatari Durgha yang telah disampaikan dan diterima oleh Sri Jaya Kasunu untuk memulai naik tahta.

Sebagai tanda berakhirnya, maka semua sarana Upakara yang masih tertinggal dari penyelenggaraan upacara Galungan dan Kuningan, ditempatkan pada satu tempat untuk dibakar dan abunya dimasukkan pada sebuah bungkak nyuh gading makasturi, diupacarakan dengan upakara berupa Tumpeng mapucak manik sebagai sarana memohon kehadapan Bhatara Galungan dan para Dewata serta leluhur untuk dibersihkan dan disucikan. Selanjutnya akan ditanam pada natar halaman rumah diupacarakan dengan upakara berupa soda, canang burat wangi lenga wangi, kawangen dan segehan Panca Warna seabagai sarana memohon kehadapan Hyang Pertiwi kekuatan hidup dan pikukh jiwa urip.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga