Fungsi dan Makna Perangkat Pemujaan Sulinggih (Tri Sadhaka)


A.10. Fungsi dan Makna Dhipa

Selain dhupa, unsur api lainnya yang termasuk di dalam Siwopakarana adalah dhipa. Meskipun dhupa dan dhipa sama-sama simbol api, keduanya memiliki persamaan dan perbedaan.

Dhupa berarti api yang mengeluarkan asap sebagai lambang magma dan energi. Sedangkan Dhipa adalah api yang tidak mengeluarkan asap sebagai lambang planet-planet bumi. Kedua alat pawedan itu disebut padamaran.

Dhipa berasal dari Dewa Surya (dhipametusakeng Surya). Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa dhipa memiliki fungsi yang sama dengan dhupa, yaitu berfungsi sebagai saksi agung di dalam ber-yadnya.

Dalam Wedaparikrama Bab II Bagian I menjelaskan makna dhupa dan dhipa seperti berikut.

“Wijil ing dhupa saking wiswa, (sarwa alam) dan dhipa yang terdiri atas ardhacandra (bulan sabit) adalah tajamnya Bakti”.

Dalam Surya Sevana menuliskan mantra pendeta untuk menyalakan dhupa dan dhipa sebagai berikut.

“Om am dhupa-dipa-astraya namah”

Artinya :
Kami bersujud kepada-Mu yang dilambangkan dengan aksara Am, kami bersujud kepada nyala api suci dari dhupa dan dipa.

Dhupa adalah lambang akasa tattwa dan Dhipa merupakan sakti tattwa. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa dhupa dan dhipa memberikan seruan kepada Agni untuk menyukseskan semua upacara.

 

A.11. Fungsi dan Makna Genta

Keberadaan genta sangat sesuai bila dibandingkan dengan bhuwana agung dan bhuwana alit. Suara genta yang muncul ibarat adnyana sandhi, yaitu suara genta sebagai sarana perekat pikiran di bhuwana alit dengan pikiran di bhuwana agung.

Seperti yang disebutkan pada lontar Prakempa, suara genta tersebut adalah suara bhuwana agung (alam jagat raya semesta ini) dan pada lontar Kundalini disebutkan bahwa suara genta tersebut adalah sapta cakra di bhuwana alit (pada diri manusia). Jadi, suara yang terdapat di bhuwana agung dan di bhuwana alit dipertemukan dan disatukan di dalam suara genta, yang dibunyikan oleh pandita saat mapuja/meweda (yoga).

Terkait dengan hal itu, ada nasihat dari para pandita (Ida Sang sampun meraga putus), yaitu seperti berikut.
“Yanin Sang Wiku sedeng ngambek genta, puja pangastawan juga ucapan, citta bhudi uleng akena ring tutungin irung”.

Hal ini dimaksudkan bahwa saat memegang dan membunyikan genta (ngambekang genta), dilarang keras untuk membicarakan hal lain, kecuali puja pangastawa. Pikiran harus dipusatkan agar pengucapan puja mantra tidak keliru dan suara genta itulah yang dijadikan penuntunnya.
Demikian juga mengenai makna genta dapat dilihat saat pendeta ngastawa genta (sakralisasi genta). Untuk ngastawa genta terlebih dahulu genta diperciki dengan air suci tiga kali. Dengan sakralisasi genta, upacara pokok berarti dimulai. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa esensi falsafah Hindu riil. Ngaskara genta ditutup dengan menyentil anak genta sebanyak tiga kali sebagai lambang sthiti.
Genta berasal dari nada, mantra berasal dari tri antah karana. Hal ini dapat dilihat dalam buku Surya Sevana, yaitu

“genta mijil sakeng nada, mantra berasal dari tri antah karana”


SUMBER
Ida Bagus Purwa Sidemen, S.Ag., M.Si

PERANGKAT PEMUJAAN SULINGGIH



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga