Isi Lontar Siwa Banda Sakoti


Yang keempat belas jalan untuk pulang sampai pada Sang Hyang Catur Dasa-Siwa beliau menikmati kebahagiaan dan tidak kembali pada penderitaan, sehingga di sebut Sadasiwa. Beliau sangat sakti karena disebut Parama Siwa, karena beliau berstana banyak, beliau sebagai raja dasa-pura beliau bernama Hyang Iswara, yang utama berstana Tiga, yang masuk tempat yang lapang, beliau kaya dan berwujud pada Catur Dasa-Siwa, sehingga beliaulah yang memutuskan kesukaan, Sura, artinya Purusa, Siwa, Catur Dasa artinya tunggal karena itu berganti-ganti stana.

Jika melapalkan mantra aksara Sang dihayati pada waktu datangnya kematian, disebut Sang Hyang Prasada Siwa, Aksara BANG, dihayati bila kematian datang di sebut Sang Hyang Stiti Kala-Siwa, aksara TANG, dihayati bila kematian datang disebut Sang Hyang-Kusa-Siwa, aksara ANG, dihayati bila kematian datang disebut Sang Hyang Mahasuksma-Siwa, aksara ING, dihayati bila kematian datang disebut Sang Hyang Suksma-Siwa.
Perwujudan Sang Hyang Wisnu pada badan dan penglihatan berstana pada perilaku, Sang Hyang Iswara berwujud angkasa berstana pada suara dan tengah sembilan lubang (Sang Tri Purusa). Pengitar Panglepas, Sang Hyang Windu sebagai penghubung Sang Hyang Nada sebagai lubang sumpit Sang Hyang Ongkara sebagai Sumpit, Sang Hyang Siwasunia di bidik oleh Windu-Sunia keteranganya pada Catur-Dasa-Bayu-Ongkaranya perwujudan Ida Bhatara Paramasiwa.

Mantra ANG AH pada waktu sakit. Upadesa, Pancaksara Bayu, Triaksara Bayu, Ekaksara Bayu semuanya bernama Ekapranawadnyana yang berwujud tunggal. Kemudian Sang Hyang Jati Wisesa, Sanghyang Nirmaladnyana, Siwa-Nirbana semuanya tidak ada yang kalah dan menang, jika berhasil menghayatinya kelepasan Sang Hyang Agni wujudnya.
Kalau menjalankan Sang Hyang Urip pada pusar, hati, leher, jakun, ujung hidung (Panca Paramarta) dan Sad Paramarta semuanya tidak ada yang kalah. Kata AH, napas pada ubun-ubun, U keterangan puser, ANG apinya pusar (Sang Hyang Rwa-bineda) pada waktu kematian datang, jika jiwa Sengsara tutup seluruh lubang. Jangan ceroboh dengan Sang Hyang Parama-Cintiadnyana bisa berbahaya. Mentaati yoga harus melupakan dan tinggalkan segala pikiran.

Kalau pancaindrianya bekerja pada waktu beryoga, Sang pendeta akan menemukan lima pataka beliau, untuk mencapai Sang Hyang Panca-Paramarta. Paramarta-Ekatimu yang dimiliki oleh Sang pendeta seperti Panca Warna tetapi satu namun jalannya yang lima (Panca Paramarta). Ini perlu diwaspadai, kalau tidak dihayati bisa gaib beliau. Yang berada ditengah hati, dan dibawah jantung, berupa daging putih terdiri pada pangkal hati, tidak disusupi oleh darah itu disebut tiga urat nadi yang kakudayang, oleh Sang pendeta, karena itu nasehat orang yang sudah tua paling utama di dunia dan berwujud atma (ongkara Samungsang).

Yang berwujud Windu Suwindu Sunia, berupa panglihatan, keinginan, pikiran, nasehat patut dipegang oleh pendeta, itu berwujud gaib, jika berhasil akan sunyi dan tidak tercemar. Kalau cerita kematian, masukkan semua kelakuan pada waktu ngantuk, itulah rahasia pendeta. Bagi mereka yang ingin kebaikan, kalau kena cahaya yang tidak mungkin diupacara, Sang Hyang Swacandra-marana perlu diingat supaya tidak tertimpa sengsara.

Kemudian Sang Hyang Trinadi, beliau Sang Hyang Tiga tenaga diharam, perwujudan Sang Hyang Brahma dengan mantra : A, buah pinggang nafas di kiri perwujudanSang Hyang Visnu, U, sumsum nafas di tengah lanjut ke ubun-ubun, perwujudan Sang Hyang Iswara dan MA, ingat daranya pusatkan pikiran pada Sang Hyang Brahma, perbaiki jalannya hafal akan bersinar seperti sang Hyang Suryaa, ulu keluarka dengan mantra kalau tidak kematian datang praga baru dawuh.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Buku Terkait
Baca Juga