Jnana Tattwa, Dasar Semua Tattwa Siwa


Sanghyang Ātma di Buwana Alit ( Dalam Tubuh Manusia)

Bila dalam alam besar terdapat banyak sungai, maka dalam badan terdapat semacam sungai yang disebut nādi. Nādi yang utama terdapat sepuluh nādi yaitu :

  1. Ida adalah nādi disebelah kanan, tempat makananan lewat terus masuk meresap sampai kesekat rongga dada.
  2. Pinggala adalah nādi disebalah kiri, tempat air lewat terus masuk meresap ke dalam kandung kemih.
  3. Sumsumna adalah nadi ditengah, tempat angin memencar ke tiga jurusan.
  4. Gandhari, ialah cabang nadi, tempat angin lewat melaju sampai ke kepala, kemata, ke hidung, ke telinga, ke ubun-ubun.
  5. Asti, adalah cabang nadi, tempat angin lewat menuju semua persendian, terus masuk meresap sampai ke dalam kulit, bulu badan.
  6. Jihwā adalah cabang nadi, tempat angin lewat ke jantung.
  7. Pusā adalah cabang nadi tempat angin lewat menuju paru-paru.
  8. Alambusā ialah cabang nadi tempat angin lewat menuju sampai ke limpa.
  9. Sangkhini adalah cabang nadi, tempat angin lewat menuju sampai ke buah pelir dan batang pelir.
  10. Kuhūh adalah cabang nadi.
pancawāyu 

Wāyu adalah Tenaga Gerak Tubuh Jumlahnya lima disebut pancawayu yaitu :

  1. Prana berada di dalam jantung hingga di dada batasnya yang menjadi sumber gerak semua wayu, sebagai jiwanya. Gunanya ialah sebagai nafas.
  2. Apāna ialah wāyu yang ada di dalam kandung kemih, mengedarkan sari-sari makanan yang dimakan dan diminum, yang menjadi sperma dan ova. Ampasnya menjadi berak dan air kencing. Sari-sari yang dibaui menjadi dahak dan ingus.
  3. Udana ialah wayu yang berada di ubun-ubun, menggerakkan mata dan mulut tujuannya.
  4. Wyāna ialah wayu yang berada pada semua persendian, menggerakkan badan dan mengamati umur tua dan kematian.
  5. Samana ialah wayu yang berada dalam hati, mengedarkan apa-apa yang dimakan dan diminum, menjadi darah, daging, empedu.
Pancātma

Semuanya itu dihidupi oleh Sanghyang Ātmā yang membagi-bagi dirinya dalam menghidupi bagian-bagian tubuh itu. Akibat dari pembagian itu, maka ātmā membagi dirinya menjadi Pancātma yaitu :

  1. Ātma adalah idep (pikiran ) yang berada dalam hati. Gunanya untuk berpikir.
  2. Parātma ialah pikiran yang berada pada mata. Gunanya untuk melihat.
  3. Antarātma ialah pikiran yang berada di ubun-ubun. Gunanya sebagai antara jaga dan tertidur.
  4. Suksmātma ialah pikiran yang berada pada telinga. Guanya untuk mendengar.
  5. Nirātma ialah pikiran yang berada dalam kulit. Gunanya untuk merasakan rasa panas dan dingin.

Dunia ini dialami oleh ātmā melalui Dasendriya dan manah.

Dasendriya
  1. Srotendriya pada telinga menyebabkan ātmā mendengar kata-kata yang baik dan buruk.
  2. Twagindriya pada kulit yang menyebabkan ātmā merasakan panas dan dingin, merasakan apa yang dipakai apakah lembut.
  3. Caksuwindriya pada mata, yang menyebabkan ātmā melihat rupa dan warna.
  4. Jihwendriya pada lidah yang menyebabkan ātmā mengecap sadrasa (enam rasa).
  5. Ghranendriya pada hidung yang menyebabkan ātmā dapat membau, bau busuk dan bau wangi.
  6. Wagendriya pada mulut yang menyebabkan ātmā dapat memastikan yang ada atau yang tidak ada.
  7. Panindriya pad atangan, yang menyebabkan ātmā dapat memegang.
  8. Padendriya pada kaki yang menyebabkan ātmā dapat berjalan.
  9. Paywindriya pada dubur, yang menyebabkan ātmā dapat kentut dan buang air besar.
  10. Upastendriya pada alat kelamin perempuan dan laki yang menyebabkan ātmā dapat melakukan persetubuhan. Demikianlah dasendriya dalam badan jasmani, ditambah buddhi, manah dan ahangkara.

Buddhi adalah sarana atma berpikir. Manah adalah sarana atma membayangkan wujudnya.

Ahangkara adalah sarana atma mengaku bermilik dan sebagai sarana atma mempersiapkan tinakan yang baik atau buruk. Buddhi, manah, Ahangkara dan dasendriya disebut Trayodasakārana ( tiga belas penyebab) ditambah triguna yaitu sattwa, rajah, dan tamah. Lalu para Dewa dan para Rsi juga menempati bagian-bagian-bagian tubuh kita sepeti :

  • Bhatāra Brahmā menempati hati
  • Bhatāra Wisnu menempati empedu
  • Bhatāra Iswara pada jantung
Tempat Panca Rési
  1. Sang Kusika pada kulit
  2. Sang Garga pada darah dan daging
  3. Sang Maitri pada lemak, otot.
  4. Sang Kurusya pada tulang, sumsum
  5. Sang Werttanjaya pada otot, daging.
Tempat Dewaresi
  • Sanghyang Maheswara pada buah pelir
  • Sanghyang Sadasiwa pada kandung kemih
  • Sanghyang Paramasiwa pada dada.
Tempat Saptaresi
  1. Aditya pada mata kanan
  2. Soma pada mata kiri
  3. Anggara pada telinga kanan
  4. Budha pada telinga kiri
  5. Wrehaspati pada hidung kanan
  6. Sukra pada hidung kiri
  7. Saniscara pada mulut.
Tempat Panca Dewata
  1. Hyang Indra pada dada
  2. Hyang Yama pada tangan kanan
  3. Hyang Waruna pada punggung
  4. Hyang Kubera pada tangan kiri
  5. Hyang Waisrawana pada pinggang.
Tempat Widhyadara
  • Citrasena sebagai keberanian
  • Citranggada sebagai keperwiraan
  • Citraratha sebagai keteguhan hati
  • Gandharwa adalah sebagai ketenangan, kepuasan, keindahan, kegirangan, kelangenan, itulah tempatnya sattwa.
Tempat Rajas
  • Danawa sebagai kekerasan, kecepatan, panas yang keras.
  • Daitya sebagai kemarahan, kebencian, kesedihan.
  • Raksasa sebagai kebingungan, penipuan , iri, kelancangan, kekuasaan
Tempat Tamas
  • Bhūtayaksa sebagai lapar, kelelahan dan haus.
  • Bhūtadengen sebagai keletihan, kelesuan, sakit.
  • Bhūtakala sebagai kenyang, amat kenyang, mabuk.
  • Bhūtapisacab sebagai lemah, enggan, kotor, kantuk, tidur, bodoh.
Tempat “Pada”
  • Jāgrapada menyebabkan ātmā bangun dari tidur pada diri manusia.
  • Suptapada menyebabkan ātmā tidur.
  • Swapnapada menyebabkan ātmā dapat mimpi, mengigau pada dii manusi.
Badan Sanghyang ātmā

Badan Sanghyang ātmā adalah Pradhānatattwa yang disebut ambék. Ambék dan tubuh itu disebut anggrapadhana. Dari ambéklah timbulnya suka duka, baik dan buruk. Ambéklah yang menikmati obyek kenikmatan itu melalui dasendriya. Maka harus ditarik dari obyek kenikmatannya., kembalikan kedalam ambék, ambék kedalam pramanā, pramāna ke dharamawisesa, dharmawisesa kedalam antawisesa, antawisesa ke dalam anatawisesa.

Cara mengembalikan itu adalah dengan Prayoga Sandhi yang dapat dilaksanakan dengan tuntunan Samyagjnāna. Samyagjnāna hanya akan diperoleh melalui tapa, yoga, dan samādhi. Yang dimaksud dengan prayogasandhi ialah āsana, prānayama, praktyāhara, dhārana, dhyāna, tarka dan samādhi. Bila Sang Yogiswara telah menemukan samādhi itu, ia dikatakan telah memiliki ka-astaiśwaryan. 

Astaiśwaryan itu meliputi : alima, laghima, mahima, prapti, prakāmya, isitwa, wasitwa, dan yatrakāmawasayitwa. Bila endapan sattwa sudah tidak ada lagi, maka saat itulah Sang Yogiswara berpisah dengan panca mahabhuta dan kembali menyatu dengan Bhatāra Paramaśiwa.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

HALAMAN TERKAIT
Baca Juga