Makna Filosofi dan Konsep dari Suara Gamelan Bali


Nama, Bagian dan Bentuk Gending Bali

Nama Gending

Pada umumnya dalam tradisi karawitan Bali, nama dari suatu karya atau gending dianggap sebagai tanda artinya nama gending tidak terkait dengan karyanya. Oleh karena itu banyak dijumpai dalam karawitan Bali dan khususnya dalam repertoar gending-gending Gong Gede tidak mempunyai nama khususnya pada gending-gending bentuk Gegilak dan Tabuh Telu dan kadang-kadang juga pada bentuk-bentuk gending yang lain.

Apabila suatu gending diberi nama, kadang­-kadang pemberian nama gending tersebut diantaranya diambil dari daerah asal gendingnya. Misalnya seorang penabuh dari desa A mendengarkan gending di desa B, kemudian gending tersebut diajarkan di desa A, karena A itu tidak tahu nama gendingnya, maka gending yang dituangkan tadi disebut gending B. Peristiwa ini misalkan terjadi didesa Tejakula yaitu dengan adanya gending Belaluan. Belaluan adalah nama salah satu Banjar yang ada di Kodia Denpasar, adanya gending Tabuh Kutus Sembiran, Sembiran adalah nama salah satu desa di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.

Pemberian nama gending yang lain misalnya, diambil dari suatu peristiwa yang dialami oleh seniman penyusun pada saat pemberian nama susunan gendingnya seperti misalnya, Lelasan Megat Tugad artinya suatu binatang yang bernama Lelasan yang menyebrangi sungai.

Contoh yang lain juga terdapat pada gending Gong Kebyar. Konon ceritanya gending-gending Gong Kebyar berasal dari desa Bantiran, maka dari itu gending-gending Gong Kebyar tersebut sering disebut dengan gending Bantiran atau Bebantiran. Selain itu pemberian nama gending dapat disesuaikan dengan tari yang diiringinya, misalnya tari Truna Jaya diiringi dengan gending Truna Jaya, tari Oleg Tambulilingan diiringi dengan gending Oleg Tambulilingan, demikian juga nama-nama gending lainnya. Peristiwa seperti ini khususnya pemberian nama suatu gending merupakan hal yang sudah wajar dilakukan pada karawitan tradisional Bali khususnya.

Hal yang lain yang terkait dengan nama gending adalah adanya nama suatu gending di daerah tertentu sama dengan nama gending yang terdapat di daerah lain. Kedua gending yang namanya sama tersebut sama sakali berbeda gending maupun garapannya. Misalnya bentuk gending Tabuh Pat Pengeger yang ada di desa Tejakula, Buleleng, berbeda dengan Tabuh Pat Pengeger yang ada di desa Sulahan, Karangasem.
Dengan melihat contoh peristiwa pemberian nama dari suatu gending diatas, maka dapat dikatakan bahwa nama dari suatu gending tidak merupakan masalah yang pokok di Bali dan tidak terkait dengan gendingnya.

Bagian Gending

Masing-masing bentuk gending Gong Gede, merupakan rangkaian dari bagian-bagian gending yang masing-masing bentuk mempunyai urutan sajian bagian gending yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada bagian-bagian gending yang belum diberikan nama, maka dari itu atas persetujuan, menentukan nama dari salah satu bagian gending, seperti nama bagian gending Pemalpal, baik yang terdapat pada bagian gending Pengecet maupun dalam bentuk gending Tabuh Telu yang terletak sesudah bagian gending Kawitan. Adapun urutan bagian-bagian gending dari masing-masing bentuk gending adalah sebagai berikut:

  1. Bentuk gending Gilak/Gegilak terdiri dari bagian gending Kawitan dan Pengawak.
  2. Bentuk gending Tabuh Pisan terdiri dari bagian gending Kawitan. Pengawak, Ngisep Ngiwang, Pengisep dan Pengecet.
  3. Bentuk gending Tabuh Telu, terdiri dari bagian gending Kawitan, dan Pengawak.
  4. Bentuk gending Tabuh Pat, Tabuh Nem dan Tabuh Kutus mempunyai bagian gending yang.sama yaitu Kawitan, Pengawak, Pengisep dan Pengecet. Pada Bagian gending Pengecet terdapat sub-sub bagian gending yang urutan sajiannya adalah Kawitan; Pemalpal, Ngembat Trompong. Pemalpal Tabuh Telu, dan Pengawak Tabuh Telu, alternatif yang lain dari susunan sajian sub bagian gending dalam Pengecet ini adalah Kawitan. Pemalpal, Ngembat Trompong dan Gilak atau Gegilak.

Bentuk Gending

Dalam repertoar gending-gending Gong Gede, terdapat 6 bentuk gending yaitu bentuk gending Gilak/Gegilak, Tabuh Pisan, Tabuh Telu, Tabuh Pat, Tabuh Nem, dan Tabuh Kutus.
Menurut pengamatan kami, nama dari bentuk-bentuk gending Gong Gede diatas, belum dikenal meluas sampai pelosok-pelosok di Bali. Kebanyakan sekehe/perkumpulan dan atau penabuh Gong Gede khususnya tidak rnengetahui soal bentuk gending. Hal ini dapat dibuktikan dengan pernyataan mereka saat rnenyebutkan salah satu repertoarnya, bentuk gending tidak pernah disebutkan. Salah satu contoh di desa Tejakula, kalau akan rnenyajikan bentuk-bentuk gending seperti Tabuh Pat, Tabuh Nem dan Tabuh Kutus, disebut dengan megending, tapi bentuk gending lainnya tidak pernah disebut sebagai megending.
Pada umumnya kalau akan rnenyajikan gending-gending Gong Gede, selalu diawali dengan gending Gilak kemudian dilanjutkan dengan bentuk gending-gending Tabuh Telu. Setelah menyajikan gending-gending Tabuh Telu kernudian dilanjutkan menyajikan bentuk-bentuk gending lainnya seperti bentuk gending Tabuh Pat, Tabuh Nem dan Tabuh Kutus. Kebetulan sekarang ini di desa Tejakula sudah tidak ada bentuk gending Tabuh Kutus (sudah punah). Pada saat menyajikan bentuk gending-gending Tabuh Telu, karena kebanyakan gendingnya tanpa nama, maka sajian gendingnya diserahkan sepenuhnya oleh penerompong (penyaricikan Trompong).

Secara umum penyusun gending-gending tradisi diantaranya gending-gending Gong Gede, tidak diketahui penyusunnya. Lain halnya dengan gending-gending Gong Kebyar yang sekarang ini, jelas nama penyusun maupun kapan gending itu disusun.


Sumber :

I Putu Ariyasa Darmawan dan Ida Bagus Wika Krishna
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja


I Gede Arya Sugiartha
Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar


I Kadek Sugiarta, I Gede Arya Sugiartha dan Kadek Suartaya
Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar


I Putu Danika Pryatna dan Hendra Santosa
Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar


Pande Made Sukerta
GENDING GENDING GONG GEDE

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Deputi Sejarah & Purbakala,
Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Jakarta 2002



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga