Mitologi Palinggih Multikultur di Pura Gambur Anglayang


Palinggih Ratu Agung Dalem Mekah

Selain Palinggih Ratu Agung Syahbandar, maka Palinggih Ratu Agung Dalem Mekah juga menjadi salah satu klasifikasi Palinggih multikultur yang menggandeng cerita mitologis.

Konon Palingih ini juga dibentuk oleh salah satu kelompok dagang yang terdapat pada kapal yang mengalami kebocoran. Dengan kata lain sebagai salah satu bentuk rasa syukur dari pedagang muslim, atas keselamatan dirinya dari marabahaya kebocoran kapal. Secara lebih lanjut dikatakan pula bahwa, kelompok pedagang yang mayoritas beragama muslim ini, datang langsung dari pusat kehidupan muslim yang dalam hak ini adalah negeri Mekah.
Kelompok pedagang asal negeri Mekah tersebut, secara bersama melakukan perdagangan dengan beberapa kelompok pedagang yang berasal dari beberapa etnis, agama, pulau maupun negara. Tujuan utama dari aktivitas prdagangan kelompok muslimin, juga tertuju dari penyebaran barangan dagangan yang menjadi komoditas utama di negara mereka. Produk barang, begitu juga budaya khas dari negeri Mekah, kemudian dicoba untuk diperkenalkan baik pada kelompok dagang dari negara atau etnik lain.

Palinggih Ratu Agung Dalem Mekahhingga saat ini diempon oleh Krama Pekandel.

Umat muslim, baik yang bertempat tinggal di sektoral Singaraja, maupun dari beberapa daerah lain., nampaknya selalu memberikan penghormatan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam mitos. Penghormatan tersebut dilakukan dengan merealisasikan kepercayaannya, pada aktivitas persembahyangan bersama di Palinggih Ratu Agung Dalem Mekah, dalam rentetan pelaksanaan Piodalan di Pura Gambur Anglayang.

Penyarikan (sekretaris) Pura Gambur Anglayang, Nyoman Laken juga mengatakan bahwa, meskipun umat muslim memiliki tatacara pesembahyangan yang sangat berbeda dengan tradisi persembahyangan di lingkungan Pura (Hindu) pada umumnya, namun ketika bersembahyang di Palinggih Ratu Agung Dalem Mekah, umat muslim tetap berkenan untuk mengikuti beberapa aspek yang terdapat dalam aktivitas persembahyangan. Ketika bersembahyang di Palinggih Ratu Agung Dalem Mekah, umat muslim bersedia memakai Kamben dan dilengkapi pula oleh selendang. Akan tetapi pemakaian destar (Udeng), diganti dengan blangkon sebagaimana yang dipergunakan oleh umat Hindu Kejawen. 
Kesamaan pandangan antara Hindu dan Islam terhadap mitos Palinggih Ratu Agung Dalem Mekah, disatu sisi mampu mendorong keduanya untuk saling merajut penghargaan dalam perbedaan. Meskipun sering terjadi berbagai bentuk gejolak yang mengatas namakan perbedaan faham agama, namun kerukunan antara kehidupan beragama Hindu dan Islam yang terjadi di lingkaran Pura Gambur Anglayang, masih tetap eksis dan terwaris dari generasi ke generasi.


Sumber
Palinggih Multikultur di di Pura Gambur Anglayang

I Made Adi Surya Pradnya



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga