Ramuan tradional di Usada Rukmini Tatwa untuk Suami – Istri


Tradisi jamu sudah lama dikenal oleh masyarakat Bali. Nenek moyang kita misalnya telah memanfaatkan tetumbuhan dengan meramunya menjadi jamu, termasuk jamu untuk kepentingan kecantikan. Salah satu buktinya adalah ditemukannya kitab lontar Rukmini Tatwa yang terdiri dari 24 atau 25 lembar daun tal. Naskah kuno ini membahas masalah obat-obatan dan yang berkaitan dengan keserasian hidup suami istri.

Dalam lontar Rukmini Tatwa terdapat wejangan Dewi Saci kepada Dewi Rukmini mengenai bermacam-macam obat-obatan tradisional yang berkaitan dengan masalah sanggama (coitus), penggunaan “lalepan” (boreh, pupur), jamu untuk mempercantik tubuh dan bagian muka, bedak untuk kelamin perempuan, obat penyakit keputihan, obat penyakit kelamin laki-laki, obat menghidupkan “kama” (Kama yaitu nama dewa asmara yang berarti cinta, air mani, nafsu), memperkuat kelamin laki-laki, “panglanang” (menjadikan laki-laki lebih jantan), jamu untuk mereka yang tidak mampu punya anak, jamu pengasihan perempuan, obat-obatan agar seorang perempuan bergairah kembali seperti gadis, obat kehabisan kama (kama asat), singha sanggama (sanggama macan kerah), memperbanyak kama (Pamraddi kama) dll. 

Lontar ini muncul berdasarkan pengalaman Dewi Rukmini yang dicampakkan oleh sang suami. Semakin hari sang suami semakin menjauh. Seakan sudah tidak lagi menginginkannya ada sebagai pendamping hidup. Dewi Rukmini merasa frustasi. Berbagai cara dilakukan untuk merawat dirinya agar suaminya tetap berada dalam pelukannya. Akan tetapi usaha tersebut tidak berhasil meskipun dilakukan dengan maksimal.

Karena merasa usaha yang dilakukan itu gagal, maka dia datang kepada Ida Bhatara Saci. Ia memohon petunjuk agar suaminya tidak berpaling ke lain hati. Maka diberikanlah Rukmini sebuah wejangan agar ia merawat dirinya dengan ramuan obat-obatan yang diberikan. Rukmini diminta untuk menjaga organ kewanitaannya agar tetap terjaga dan selalu terasa seperti perawan.

Ia diberikan sebuah sarana seperti Yeh Juwuk Linglang, Nyuh Mebakar, Manjakani, Jinten, Ulambet, Merica, Bawang Putih. Itu campurkan semua dibuat seperti loloh lalu diminum. Sebelum diminum Rukmini merapalkan mantra yang berbunyi;

Ranining Sang Baga Purusa Harat Adodol Wajik Sorta Papanganan Kabeh Dene Wawadonane Wastu Panhulun Pupuh Siwa Dananing Kahot Kapurusa Dene Pinakang Hulun Teke Lulut Asih Si Anu Hanang Amban Wawadonan Ing Hulun.

Selain itu juga dibahas bagaimana merawat muka agar tetap terlihat menawan. Rukmini diajarkan untuk membuat pupur atau bedak. Bahan-bahan yang diberikan seperti Sawi Kuning, Bunga Kepuh Putih, Babakan Cemara, Peehan Lembu atau susu sapi. Semua bahan itu dicampur jadi satu lalu dimasak. Setelah itu, didinginkan lalu dibalurkan ke wajah.

Pupur yang dibuatnya itu selalu dipakai selama tujuh hari berturut-turut. Setelah itu maka nampaklah wajahnya selalu bersinar seperti bulan purnama, sembari membacakan isi Lontar Rukmini Tattwa.

Selain sarana tersebut, ada lagi sarana lain yang dapat digunakan sebagai pupur muka atau bedak. Seperngtti Umbi Candihih, Madu, Perasan Jeruk Nipis, Pupur Ring Muka Suteja Sukaniya. Itulah bahan-bahan yang digunakan sebagai media merawat kecantikan wajah agar wajah menjadi berseri-seri. Masa pemakaiannya juga sama, yakni tujuh hari berturut-turut.

Tabia bun, padang lepas, pipin, mayeh lembu atau susu, dipakai masker dan diaplikasikan tidak hanya dua kali. Ini juga untuk merawat muka. Jika ini dipakai maka hilanglah kekotoran yang ada pada wajah si perempuan maupun laki-laki. Itu yang tersurat di lontar Rukmini Tattwa.

Dalam Lontar Rukmini Tattwa juga dipandu bagaimana merawat rahim agar memperoleh keturunan bagi mereka yang sulit memperoleh keturunan dalam jangka waktu panjang. Sarana-sarana dan mantra ini kemungkinan digunakan oleh seorang balian, dukun beranak atau sejenisnya.

Sarananya adalah Yuyu atau kepiting yang punggungnya dirajah atau ditulisi aksara tertentu. Kemudian dibuat rujak atau dicampur dengan diisi terasi, Mantranya berbunyi:

Om Rakata Sun Angalok rare den akeh, den kadi sangkorawa, kehan anake hulun.

Diucapkan itu dengan tujuan dapat memperoleh keturunan. Seperti yang terucap dalam mantra, agar nantinya punya anak banyak. Selama belum berhasil,maka ramuan ini pun tetap dikonsumsi hingga berhasil memperoleh anak. Ini biasanya digunakan oleh balian-balian. Seperti balian tenung, tenung wong beling dan sebagainya.

Untuk menambah kemanjuran dan keampuhan obat-obatan tadi masyarakat zaman dulu lalu menambahkan pengucapan mantra-mantra tertentu saat ramuan jamu tersebut digunakan.

Berikut ini merupakan contoh-contoh ramuan dalam lontar Rukmini Tatwa :

  1. Madu, pangkal buaya (pangkal buwaya) sama takarannya dipipis sampai halus, dikumpulkan, dan dituang, dipipis lagi sampai lumat, kemudian dioleskan pada yoni dan tidak melakukan sanggama pada waktu itu. Maka apabila seorang perempuan telah menjadi tua, setengah baya, akan kembali menjadi gadis lagi (yan hatuha kang stri, tngah tuwuh, maluy kanya).
  2. Hatal, galuga (sejenis rempah-rempah, tumbuh-tumbuhan: troussonetia), teratai merah (padma), babakan kepundung putih, pipis semuanya dan dioleskan pada yoni. Maka pada waktu bersetubuh suaminya akan dikuasai bagaikan seorang hamba (sdengnyan macumbana, kakawasang swaminya kadi dasa denya).

Minyak yang menyebabkan kembali menjadi gadis atauSadana minyak, phala maluy rara denya.

Ramuannya :

    1. Batang teratai merah (witning padma), susu kambing (pehan kambing), setelah dipipis lalu dimasak sampai kental dengan kelopak jantung pisang selama lima hari (pipis hindel hantuk kalupakan pusuh byuh, limang welawasnya) dan dioleskan pada yoni. Akhirnya akan menjadi gadis kembali.
    2. Minyak (lemak) tikus (muluk bikul), minyak kelapa (lengis), minyak wijen (lenga) sama takarannya dioleskan pada yoni maka akan kembali menjadi gadis dan merasa bahagia (subhaga maluy rara denya). Khasiat campuran minyak tersebut menurut lontar Indrani-sastra adalah : liang sanggama akan menjadi bersih, nyaman dan rapat, serta tidak terasa sakit. (dwaraning yoni maho denya, lawan tan wyadi)
    3. Inggu, mrica (mica), teratai merah (padma), babakan kepundung putih, kayu manis, bunga sidawayah (sepet-sepet, pohon delima dengan buah kecil-kecil), jahe, buah pala, kamaloko (kamalaka: nama pohonPhyllanthus emblica), klapu, ara beras (aha bahas?), kpi tandalima(?), pisang bunga (bitu bunga), pangkal buaya, semua itu dicampur dengan minyak (kinla ring lenga), dadah hantu (?), kelopak jantung pisang (klupakan pusuh byu) dimasukkan ke dalam liang yoni, maka seorang perempuan akan kembali menjadi gadis dengan obat tersebut, meskipun umurnya telah mencapai seratus tahun (maluya kanya wang wala denya, yadyan satus tahun yusanya).
    4. Cara lain supaya menjadi gadis kembali (nyan muwah kanya hetu) yaitu menggunakan lemak (minyak) kura-kura (muluk badawang) san minyak wijen (minyak lenga) dioleskan pada yoni maka kekurangan pada yoni akan hilang (panglaning yoni) dan seseorang akan merasa sebagai gadis kembali (kanya muwah). Untuk para perempuan manfaat campuran minyak itu adalah : meskipun liang yongi (liang sanggama) menjadi lebar, akan kembali menjadi seperti gadis lagi (yadyana lwa ikanang yoni wiwara, maluya kanya muwah) dan suami akan terkuasai olehnya serta merasa senang (lawan ta kakawasang suami denika).

Mempercantik tubuh dan roman mukan dengan pupur (Pamahayu hawak mwang muka, pupur).

Ramuannya :

  1. Cabe rawit (tabyabun), padang lepas (?), dipipis kemudian ditambahkan degan air kencing lembu (mayeh panyuh lembu). Apabila dipakai pupur muka, maka tidak sampai dua kali, hilang segala penyakit muka (hangge pupur muka, tan ping rwa pinupuraken, hilang wyadining muka denya).
  2. Sesawi kuning, babakan kapundung putih, galuga (sejenis rempah-rempah/troussonetia) semuanya dipipis halus untuk pupur muka.
  3. Sasari kuning, bunga kepuh putih, babakan cemapra, dipipis sampai halus dan dicampur susu lembu (pehan lembu) kemudian didinginkan (diangin-anginkan) dan ditambah susu lagi. Untuk pupur muka selama tujuh hari maka roman muka akan bersinar-sinar bagaikan bulan purnama (ping sapta diwasanya pinupuraken, kadi wulan purnama muka denya)

Cara membuat bedak kuning, rahasia (tingkahing akarya gopita).

Ramuannya :

Pangkal buaya, kapundung putih, padma, jambu biji (nyambu sotong), karuk (nama tumbuhtumbuhan), kamaloko (pohon Phyllanthus emblica L.), klapu, ara (pohon aha di Bali), minyak beras (lenga baas), delima dengan kembang dan kulitnya (delima tekeng kembangnya sama kulitnya), serabut kelapa hijau (tapuk klapa ijo), buah melet (bwah melet?), sama takarannya berat 1 keteng (wrat 1 keteng) satu keteng yaitu seberat uang kepeng di Bali yang biasanya disebut pis bolong atau uang bolong karena berlobang di tengahnya. Uang kepeng ini umumnya diimpor dari Cina. Jemur terlebih dahulu sampai asat. Kemudian ditambah mrica, jahe pahit, palaraja, maswi(?), cabe sama takarannya seberat 2 keteng, bunga sidawayah (semacam delima dengan buah kecil-kecil), bunga pisang bunga (bungan biu bunga), sarinya kembang kanigara (kanikara: bunga matahari, Nymphaea stellata Wild), serbuk pudak cindaga (srebuk pudak cindaga) sama takarannya 3 kepeng terutama sekali ditambahrahingsana (?) seberat 66 kepeng. Semuanya dijemur sampai asat (sami jemuh den asat). Pipis sampai halus, kemudian dicampur kapur barus berat 7 keteng, pangada-gajaha guling seberat 13 kepeng. Sewaktu dipipis supaya ditetesi madu seberat 2 kepeng (titisana madu uwrat 2 keteng).

Madu tersebut dicampur inggu seberat 1 jinah kuci (jinah kuci  yaitu pis bolong yang lebih kecil). Uang kepeng di Bali umumnya berasal/impor dari Cina pada zaman dulu (Chinese coin), kemudian ditetesi minyak kura-kura (minyaking kuma), minyak belibis (minyak ing waliwis), minyak wijen (minyaking lenga), air tebu hitam (tebu cemeng), semuanya sama takarannya dicampur madu, minyak kambing lalu dioleskan pada liang yoni pada waktu akan bersetubuh (rarabaken ing lengning yoni yan meh acumbana). Meskipun sudah sehat akan terasa lebih nikmat (yadyapin warasa ikang yoni surasa temahanya). Meskipun baunya kurang enak akan menjadi harum (yadyapin durganda ikan yoni, suganda temahanya).

Orang-orang pada masa itu jika mempergunakan ramuan ini akan mengucapkan mantra. Bunyi japa mantranya adalah :

Ong kamosadi kama lulut, kama purusa, stri murca ratih sang yoga, marca sweet swaha.

Obat keputihan (tamba puputihan).

Ramuannya : Air kapur (yeh pamor), air jeruk nipis (yeh juwuk linglang), minyak kelapa (lengisa tanusan) semuanya dicampur. Dimakan dengan mengucapkan mantra :

Ong Padakah-padakah ya nama swaha.

Obat orang kurang rasa (Nihan tambaning wong kirang rasa).

Ramuannya : Yaitu akar pancar-sona digerus sampai lembut (ulig den alembut), rumput gamongan 3 ijis (ikat?) yang dibakar di atas bara api dan dibungkus daun pisang (gamongan matambus 3 ijis), daun bidehang diletakkan di air hangat (jangdi yeh angete), kemudian didinginkan (embonang) seraya mengucapkan japa mantra. Setelah itu dibasuhkan pada yoni (wasehaken pada yoni) atau baga (kelamin perempuan ). Mantranya berbuni : Ong Gangga anangkebi, Gangga angancingi, Odod anangcang rahasya, ong teg nyer (diucapkan tiga kali) atau Dewi sungai Gangga yang suci, akan mengunci, otot (akar,rambut?) mengikat alat kelamin. Amin kuat rasa nyer-nyeran

Demikianlah isi sebagian kecil lontar Rukmini Tatwa yang berisi wejangan Dewi Saci (Indrani) kepada Dewi Rukmini, yaitu mengenai masalah kehidupan seksual dan juga obat-obatan. Kitab itu disebut juga “Indrani-prawala” yang menunjukkan maksud bahwa wejangan tersebut diucapkan dengan tulus hati, jujur, dan sungguh-sungguh. Prawela berarti jujur, lurus hati. Selain berisi obat-obatan, japa mantra, kitab tersebut lebih-lebih juga bermaksud agar seorang perempuan dikasihi oleh suaminya atau agar terjalin keserasian hidup berumah tangga.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

HALAMAN TERKAIT
Baca Juga