- 1Surya Sewana, Peganggan dan Japa Sulinggih
- 2Pengastawan Pemangku (Pinandita) dalam melaksanakan Surya Sewana
- 2.1a. Pembersihan diri ( Sikap tangan dewa pratistha)
- 2.2b. Persiapan-pesiapan nunas tirtha pembersihan dan penglukatan
- 2.1c. Astiti akena Sanghyang Ongkara Mantra
- 2.2d. Arcana Dewa ring Sanggar (Menstanakan Sanghyang Widhi Wasa)
- 2.1e. Nunas Tirtha pebersihan (Tirtha Dasar)
- 2.1f. Nunas Tirtha Panglukatan
- 3Kegiatan Pokok
- 3.1.1a. Pinandita kemudian mendak dan menghadirkan Ida Bhatara melinggih di Padmasana dengan puja
- 3.1.2b. Selanjutnya ngayabang banten Palinggih dengan kembang sikap dewapratista, diiringi Genta
- 3.1.3c. Pemangku (Pinandita) melakukan persembahyangan yang diawali dengan puja Tri Sandhya, kemudian dilanjutkan dengan Kramaning Sembah
- 3.1.4D. Kramaning sembah
- 3.1.5E. Kegiatan Akhir
Ada banyak gegelaran Sulinggih sebagai berikut:
- Ida Pedanda adalah sebutan Sulinggih yang berasal dari soroh keluarga Ida Bagus.
- Ida Pedanda Buddha adalah sebutan Sulinggih yang berasal dari soroh keluarga Ida Bagus (Buddha Keling).
- Sri Bhagawan adalah sebutan Sulinggih yang berasal dari soroh keluarga Ksatria.
- Ida Rsi Bhujangga adalah sebutan Sulinggih yang berasal dari soroh keluarga Bhujangga Waisnawa.
- Ida Pandita Mpu adalah sebutan Sulinggih yang berasal dari soroh keluarga Pasek.
- Sira Empu adalah gelar ebutan Sulinggih yang berasal dari soroh keluarga Pande.
- Ida Jero Dukuh adalah sebutan Sulinggih yang berasal dari soroh keluarga Dukuh.
- Ida Pandita Dukuh adalah sebutan Sulinggih yang berasal dari soroh keluarga Pasek Celagi.
Banyak Sulinggih yang melakukan Surya Sevana dan banyak juga Sulinggih yang tidak ber-japa. Jumlah Sulinggih yang tidak melakukan japa lebih banyak dari yang berjapa. Sulinggih yang menerapkan ajaran Siwa-phaksa kebanyakan dari mereka melakukan japa, berasal dari keturunan (klan) Ide bagus, Dukuh, Bhagawan, Pande dan Pasek. Dan juga meraka yang menerapkan Buddhaphaksa. Tidak semua Sulinggih menggunakan siwapakarana khususnya yang berasal dari Brahmana Buddha.
Penyebab para Sulinggih berJapa di Kali Yuga ini ada 2 faktor yaitu :
- Faktor internal, yang berasal dari dalam diri seorang Sulinggih itu sendiri. Pada umumnya Japa dalam Surya Sevana merupakan suatu keinginan untuk lebih meningkatkan ketenangan diri, hati semakin nyaman dan Japa juga merupakan suatu proses pembelajaran dalam melancarkan pengucapan atau perapalan mantra atau melatih disiplin spiritual. Japa dalam Surya Sevana merupakan Dharmaning Kawikon. Serta menjalankan Kesulinggihan merupakan suatu media untuk mempersiapkan diri menuju kematian.
- Faktor eksternal, adalah karena dalam beragama terjadi kehampaan spiritual hal ini disebabkan karena tingkat pemahaman teradap suatu sumber-sunber sastra. Sumber sastra yang menganjurkan untuk menerapkan pelaksanaan Japa pada Kali Yuga antara lain: Bhagavadgita, Bhagavata Purana, Veda Caitanya Caritamrta, Brhan naradiya-Purana dan Manawa Dharmasastra. Selain sumber sastra di atas lontar yang berkaitan dengan Pengucapan nama Suci Tuhan (Japa) dalam bentuk Ista Dewata, Mantra Om dan Aksara Suci yaitu Lontar Tattva Sangkaning Dadi Janma, Tutur Angkus Prana dan Bhuwana Mereke. Dan faktor eksternal lainnya adalah peran Sulinggih sebagai Adi Guru Loka menuntut seorang Sulinggih untuk menjadi super, hal ini berkaitan dengan Sulinggih adalah Siwa itu sendiri. Dibawah ini terdapat jumlah ista dewata, Aksara Suci dan Aksara Suci Om yangdi puja pada prosesi Surya Sevana.
No | Japa Peganggan | Jumlah | No | Japa Surya Sevana | Jumlah |
1 | Gangga | 106 kali | 1 | Çiva | 41 kali |
2 | Buddha | 101 kali | 2 | Rudrä | 20 kali |
3 | Siwa | 32 kali | 3 | Agni | 17 kali |
4 | Visnu | 21 kali | 4 | Çiva-Äditya | 12 kali |
5 | Surya | 21 kali | 5 | Brahmä | 12 kali |
6 | Iswara | 17 kali | 6 | Viñëu | 12 kali |
7 | Saraswati | 16 kali | 7 | Éçvarā | 11 kali |
8 | Yamuna | 9 kali | 8 | Parama Çiva | 8 kali |
9 | Sindhu | 7 kali | 9 | Gaìga | 8 kali |
10 | Bhima | 7 kali | 10 | Sada Çiva | 6 kali |
11 | Serayu | 7 kali | 11 | Mahadeva | 6 kali |
12 | wipasa | 6 kali | 12 | Surya | 3 kali |
13 | Kausaki | 6 kali | 13 | Sarasvati | 3 kali |
14 | Isana | 6 kali | 14 | Yamuna | 3 kali |
15 | Mahadewa | 5 kali | 15 | Om | 628 kali |
16 | Indra | 5 kali | 16 | Aksara Suci | 713 kali |
17 | Candra | 4 kali | |||
18 | Rudra | 4 kali | |||
19 | Baherawa | 4 kali | |||
20 | Bamadewa | 3 kali | |||
21 | Om | 861 kali | |||
22 | Aksara Suci | 1025 kali |
Implementasi prosesi religi dalam pelaksanaan Surya Sevana dan Peganggan terlihat dalam:
- Adanya keinginan untuk Japa dalam Surya Sevana atau Peganggan yang didasari atas dasar pengetahuan. Sulinggih mengetahui bahwa pekaksanaan Japa dalam Surya Sevana atau Peganggan adalah Suatu kewajiban yang harus di lakukan.
- Adanya pengalaman rasa yang di muncul pada saat melaksanakan Surya Sevana atau Peganggan.
- Adanya keyakinan yang semakin kuat tentang pelaksanaan Surya Sevana atau Peganggan memberikan fibrasi yang sangat luar biasa bagi bagi dirinya sendiri ataupun bagi alam semesta.
Sulinggih melakukan Berjapa pada saat Surya Sevana atau Peganggan tanpa pamrih akan meningkatkan kemampuan kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual merupakan suatu jalan atau pintu masuk untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan jiwa.
Dalam proses Japa pada proses Surya Sevana dan Peganggan di atas terkandung makna religiusitas, diantaranya:
- Pertama, proses penyucian diri dan penyucian alat Alat yang di gunakan pada saat melaksanakan Surya Sevana.
- Kedua, melakukan pranayama dan di akhiri dengan peleburan kotoran yang ada di dalam diri.
Pelaksanaan proses Surya Sevana dan Peganggan selalu di awali dengan penyucian diri yang diiring oleh untaian Japa Mantra dan suara Ghanta serta Mudra. Tujuan menyucikan diri ini juga bertujuan untuk mencapai ketenanagn di dalam diri. Pengendalian diri adalah pengendalian dalam hal berpikir, berkata dan bertindak.